Bulan madu Internazionale Milano dalam mengarungi musim kompetisi 2017/2018 bisa dianggap telah usai dalam kurun tiga pekan pamungkas. Setelah bermain ciamik dalam 16 partai Serie A dengan mencatat rekor unbeaten, performa anak asuh Luciano Spalletti justru melempem di empat laga pamungkas, masing-masing di sepasang laga Serie A dan Piala Italia.
Berturut-turut, Il Biscione hanya bermain imbang 0-0 dengan Pordenone (akhirnya menang via adu penalti dengan skor 5-4) serta bertekuk lutut di hadapan Udinese (1-3), Sassuolo (0-1), dan AC Milan (0-1).
Kenyataan ini pun melahirkan rasa khawatir di benak Interisti, terlebih dalam empat laga tersebut, Mauro Icardi dan kawan-kawan seolah tak tahu lagi bagaimana cara mengkreasikan peluang bersih serta menjebol gawang lawan.
Beberapa penggawa Il Biscione pun mendapat kritikan pedas dari para pendukung terkait aksi-aksi jeblok mereka di atas lapangan. Tak kurang, mulai dari Icardi, Antonio Candreva, Ivan Perisic, sampai Davide Santon beroleh cercaannya sendiri-sendiri.
Namun dari sekian nama pemain yang dimiliki Inter, barangkali tak ada yang lebih membuat tifosi sebal selain figur Joao Mario. Didatangkan dari Sporting Lisbon pada jendela transfer musim panas setahun lalu, pemain yang ikut mengantar tim nasional Portugal jadi kampiun Piala Eropa 2016 ini tak kunjung bisa menunjukkan aksi yang gemilang.
Padahal, banderol dari sosok yang kepindahannya ke Inter diinisiasi oleh agen super, Kia Joorabchian, amat menguras rekening yakni sebesar 45 juta euro (berikut bonus dan lain-lain). Dirinya pun masuk ke dalam buku rekor sebagai pemain termahal kedua yang pernah diboyong Il Biscione setelah penyerang legendaris Italia, Christian Vieri.
Kala ditukangi Frank de Boer dan Stefano Pioli di musim 2016/2017 lalu, penampilan Joao Mario terkesan biasa-biasa saja walau sering diturunkan oleh kedua sosok pelatih itu. Secara keseluruhan, Joao Mario bermain sebanyak 32 kali dan menyumbang 3 gol bagi Il Biscione di seluruh ajang.
Di saat Spalletti hadir sebagai allenatore baru Inter pada awal musim 2017/2018, nasib Joao Mario sedikit memburuk. Pelatih berusia 58 tahun itu kurang memercayai sang pemain dalam skema permainan yang dikembangkannya. Tak heran jika sampai paruh musim, Joao Mario baru turun ke lapangan sebanyak 13 kali tanpa sekalipun mencetak gol.
Celakanya lagi, minimnya kesempatan bermain yang didapat Joao Mario itu gagal dijadikannya pelecut untuk tampil semakin baik dari waktu ke waktu. Entah diturunkan sebagai starter ataupun pemain pengganti, pemain yang mengenakan seragam nomor 10 ini selalu gagal bermain apik dan mirip seperti kartu mati.
Baca juga: Curahan Hati dari Mbah Budi untuk Interisti
Sosok berpostur 179 sentimeter ini bak anak manusia yang sedang memiliki masalah kejiwaan akut. Joao Mario seolah kehilangan kepercayaan diri setiap kali dimainkan, suatu masalah yang membahayakan bagi sang pemain maupun tim secara keseluruhan. Keadaan tersebut berimbas pada performanya.
Kreativitas yang minim sebagai seorang gelandang serang dan penampilan yang cenderung malas di atas lapangan hijau membuat Interisti sangat geram terhadap Joao Mario.
Tak sampai di situ, beberapa peluang emas guna merobek jala lawan yang didapatkan Joao Mario pada sejumlah pertandingan bersama Il Biscione pun selalu gagal dimaksimalkannya. Andai hal itu cuma terjadi sekali, mungkin tak masalah. Nahasnya, preseden buruk itu terjadi berkali-kali. Lumrah bila kepantasan Joao Mario mengenakan seragam Inter senantiasa digugat.
Sosoknya tak terlihat seperti seorang pesepak bola profesional. Padahal, upah yang diterimanya pun tergolong besar yaitu 85 ribu euro per pekan. Jumlah yang lebih tinggi daripada sosok semisal Samir Handanovic, Joao Miranda, dan Milan Skriniar yang memiliki kontribusi lebih signifikan buat Inter.
Melihat performa Joao Mario yang terus-terusan seperti ini, menjadi wajar apabila Interisti menuntut pihak manajemen untuk sesegera mungkin melego sang pemain. Tak peduli jika dirinya nanti bisa tampil lebih bagus bersama klub barunya.
Bagi Interisti sendiri, penjualan Joao Mario bisa menjadi sebuah penebusan dosa pihak manajemen yang di musim panas 2016 kemarin ‘ditipu’ habis-habisan oleh Joorabchian karena mengiyakan segala bujuk rayunya untuk merekrut dua pemain nirguna yang jadi kliennya, Gabriel Barbosa dan Joao Mario, dengan biaya total sebesar 75 juta euro. Sebuah keluguan yang berdampak sangat fatal bagi Il Biscione, baik secara teknis maupun finansial.
Tunggu apalagi Inter, lego Joao Mario secepatnya!
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional