Eropa Italia

Enrico Chiesa dan Jejak yang Ditinggalkannya

Era 1990-an barangkali pantas disebut sebagai momen di mana Italia memiliki segudang attacante dengan kualitas nomor wahid di penjuru Bumi. Penggemar Serie A mana yang tak kenal dengan sosok macam Roberto Baggio, Alessandro Del Piero, Filippo Inzaghi, Vincenzo Montella, Fabrizio Ravanelli, hingga Gianluca Vialli.

Di luar keenam figur tersebut, juga masih terselip nama-nama hebat dalam diri Enrico Chiesa, Roberto Mancini, Salvatore Schillaci, Giuseppe Signori dan Christian Vieri. Kebanjiran predator-predator andal membuat para pelatih Gli Azzurri pusing tujuh keliling untuk memilih attacante yang bakal dibawa bertarung di Piala Dunia atau Piala Eropa.

Dari sekian nama di atas, jalan karier Chiesa mungkin salah satu yang paling unik. Sesaknya lini depan Italia pada tahun 1990-an, membuat ia baru mencicipi debut bersama tim nasional pada Mei 1996 atau saat usianya mencapai 25 tahun.

Lahir di Genoa, Chiesa mengejar impiannya menjadi pesepak bola bareng tim amatir, Pontedecimo. Penampilan bagus Chiesa di sana menarik perhatian salah satu klub kenamaan di kota Genoa, Sampdoria. I Blucerchiati merekrut Chiesa di tahun 1987 guna dimasukkan ke dalam tim Primavera.

Namun nahas, keberadaan Mancini dan Vialli yang menjadi andalan di lini serang I Blucerchiati dalam kurun 1985-1992 membuat kans merumput Chiesa begitu minim. Alhasil, momen peminjaman ke sejumlah klub harus dilakoninya terlebih dahulu.

Mulai dari Teramo, Chieti, balik lagi ke Sampdoria, lalu dipinjamkan lagi ke Modena dan Cremonese. Bareng klub yang disebut paling akhir, Chiesa berhasil menunjukkan potensi besarnya usai menggelontorkan 14 gol demi menolong I Grigiorossi sintas di Serie A pada musim 1994/1995.

Sampdoria baru menariknya kembali di musim berikutnya. Ajaib, performa Chiesa di musim 1995/1996 sangat menakjubkan. Chiesa sukses mencetak 22 gol yang menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak ketiga di Serie A sekaligus top skor klub. Berkat serentetan performa apik itulah Chiesa kemudian mendapat panggilan dari Arrigo Sacchi untuk mengenakan jersey Gli Azzurri plus dibawa ke ajang Piala Eropa 1996.

Bersamaan dengan itu, klub yang sedang naik daun di kancah Serie A, Parma, datang membawa segepok uang guna mencomot Chiesa dari Sampdoria. Tawaran senilai 25 juta lira menjadi nominal yang susah ditolak manajemen I Blucerchiati. Chiesa pun secara resmi dilepas ke Stadion Ennio Tardini per musim 1996/1997.

Merumput bareng I Gialloblu nyatanya bikin karier Chiesa semakin mentereng. Meski tak mampu membawa tim yang dibelanya menggenggam titel Scudetto, Chiesa adalah bagian integral dari zaman keemasan Parma di pengujung 1990-an kala merengkuh titel Piala UEFA, Piala Italia, dan Piala Super Italia di musim 1998/1999.

Duetnya bareng penyerang Argentina, Hernan Crespo, disebut-sebut sebagai yang terbaik dalam sejarah Parma sekaligus salah satu yang paling hebat di abad ke-20.

Usai berpetualang dengan Parma, Chiesa menyambut tawaran Fiorentina pada awal musim 1999/2000. Perekrutan Chiesa yang menghabiskan dana sekitar 30 juta lira menjadi langkah manajemen La Viola untuk menahan kepergian sang bintang andalan, Gabriel Batistuta (meski akhirnya pemain Argentina tersebut hengkang di musim 2000/2001 ke AS Roma).

Performa yang ditunjukkan Chiesa selama berseragam ungu tak kalah dengan masa-masa jayanya di Parma. Ia berperan sebagai mesin gol Fiorentina guna mencetak prestasi, salah satunya tentu titel Piala Italia di musim 2000/2001.

Tiga musim di Stadion Artemio Franchi, Chiesa yang usianya makin uzur kemudian hijrah ke Lazio dan Siena dalam rentang enam musim berikutnya. Akan tetapi, tak ada torehan prestasi yang sukses digapainya pada momen tersebut.

Karier sepak bola Chiesa sendiri berakhir di Figline, klub divisi bawah dalam konstelasi sepak bola Italia pada tahun 2010. Saat itu, usianya mencapai 39 tahun.

Pria yang hari ini merayakan ulang tahun ke-47 tersebut secara keseluruhan bermain di 517 pertandingan profesional bersama 11 klub berbeda serta menjebol gawang lawan sebanyak 190 kali.

Legenda sepak bola Italia, Luigi Riva, bahkan memiliki pujian tersendiri untuk Chiesa yang disebut-sebut memiliki kesamaan gaya bermain dengannya.

“Chiesa memiliki kecepatan dan kekuatan tembakan yang luar biasa. Seorang predator ganas di kotak penalti. Hal lain yang membuatku kagum padanya adalah karakternya yang mirip denganku, sama-sama introvert. Dirinya tak banyak bicara dan membuktikan semuanya kepada publik lewat aksi-aksinya di atas rumput hijau”, puji Riva seperti dikutip forzaitalianfootball.

Meski sudah cukup lama menarik diri dari lapangan hijau, nama besar Chiesa tetap menyeruak di kancah sepak bola Italia. Pasalnya, Federico Chiesa yang juga putranya, kini semakin sering dibicarakan pencinta Serie A karena bakatnya yang sangat menawan. Tak heran bila sejumlah klub top Eropa siap membajaknya dari Fiorentina.

Siapa yang bisa menduga jika sang anak nantinya bakal mengikuti jejah sang ayah dengan memiliki karier cemerlang sebagai pesepak bola.

Tanti auguri, Enrico.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional