Eropa Lainnya

Derby Old Firm yang Tak Lagi Seimbang

Kompetisi La Liga Spanyol begitu identik dengan duopoli Barcelona dan Real Madrid. Berdasarkan catatan sejarah, keduanya merupakan tim paling sukses di Negeri Matador sebab memiliki segudang trofi juara, baik di kancah domestik, regional bahkan internasional.

Bergeser jauh ke utara, tepatnya di Skotlandia, kondisi nyaris serupa juga berlangsung di kompetisi Liga Primer Skotlandia. Walau memiliki banyak klub sepak bola profesional namun kutub persaingan di sana selalu mengerucut kepada dua tim asal kota Glasgow yakni Celtic FC dan Rangers FC.

Sampai hari ini, keduanya tercatat sebagai klub Skotlandia dengan koleksi trofi paling banyak, baik untuk kompetisi lokal maupun kejuaraan antarklub Eropa. Untuk trivia saja, dari total 120 tahun Liga Skotlandia berjalan, 102 kali gelar juara dibagi antara keduanya. Rangers memimpin dengan koleksi 54 gelar dan Celtic dengan 48 gelar. Sungguh fantastis, bukan?

Berakar dari perbedaan agama, pandangan politik, kelas sosial, dan sektarianisme, rivalitas yang meletup di antara Celtic dan Rangers menelurkan Derby Old Firm sebagai arena pertempurannya.

Sepanjang sejarah, sudah terjadi 409 laga Derby Old Firm dengan edisi pertama dihelat pada 28 Mei 1888 silam di sebuah laga persahabatan. Partai itu sendiri berhasil dimenangi oleh Celtic dengan skor 5-2.

Menjelang laga Derby Old Firm, kota Glasgow pasti akan terpecah menjadi dua kubu. Kelompok besar umat manusia yang lekat dengan kelir hijau adalah suporter Celtic sementara mereka yang mencolok lewat pernak-pernik berwarna biru adalah pendukung Rangers. Tak terkecuali akhir pekan ini (30/12).

Meski begitu, wajib diakui bila keseimbangan ekosistem sepak bola Skotlandia mulai terganggu belakangan ini. Utamanya sejak Rangers dilikuidasi medio 2012 kemarin lantaran masalah finansial akut yang bikin mereka bangkrut.

Pasca-likuidasi, Rangers harus rela didemosi ke Divisi Tiga. Situasi tersebut memberi keleluasaan bagi Celtic untuk menancapkan dominasi tak tahu adat mereka dalam konstelasi sepak bola Skotlandia.

Sejak 2012, The Bhoys sanggup mencaplok lima titel Liga Primer Skotlandia secara beruntun, tiga Piala Liga Skotlandia (termasuk musim ini) dan sepasang Piala FA Skotlandia.

Praktis, tak ada kesebelasan lain yang mampu mengganggu kedigdayaan Celtic sejak saat itu. Tak perlu kaget bila kesebelasan yang berkandang di Stadion Celtic Park itu juga sempat menorehkan rekor 69 pertandingan tak terkalahkan di seluruh ajang domestik.

Lewat perjuangan ekstra keras, periode yang dihabiskan The Gers di divisi bawah pun tidak berlangsung lama. Per musim 2016/2017 yang lalu, mereka secara resmi kembali ke pentas Liga Primer Skotlandia.

Namun sejak peristiwa muram yang dialami Rangers itu pula, wajah Derby Old Firm pun berubah drastis. Secara ironis, kubu The Gers jadi semakin inferior di hadapan Celtic.

Berdasarkan data soccerbase, ada sembilan pertandingan Derby Old Firm yang terjadi dalam kurun 2014 sampai 2017 (tidak menghitung pertemuan keduanya hari Minggu besok) di Liga Primer Skotlandia, Piala FA Skotlandia maupun Piala Liga.

Sialnya, dari jumlah tersebut, tak ada satu laga pun yang sukses dimenangi oleh Rangers. Mereka hanya berhasil meraup dua hasil seri dan menelan tujuh kekalahan. Bila ditelusuri lebih jauh, angka penuh terakhir yang bisa didapatkan The Gers pada Derby Old Firm terjadi lima tahun silam, tepatnya pada 25 Maret 2012.

Dominasi Celtic yang sudah masuk dalam taraf kebablasan ini berulangkali diteriakkan para pengamat sepak bola Skotlandia agar dihentikan. Selain ‘tidak sehat’ bagi kompetisi di sana, rasa bosan yang dialami penggemar sepak bola akan membuat sepak bola Skotlandia terasa makin kerdil. Sayangnya, pekerjaan itu tidak seenteng membalik telapak tangan.

Ketika klub-klub lain seperti Aberdeen, Dundee, Hearts of Midlothian, dan Hibernian tak kunjung mampu memutus kejayaan Celtic, harapan publik supaya kejayaan The Bhoys dapat dihentikan pun kembali mengarah kepada Rangers yang masih berstatus rival bebuyutannya.

Tapi apa mau dikata, karena sejak nongol lagi di Liga Primer Skotlandia, The Gers belum sampai pada level top selayaknya dahulu. Mereka masih kerap tampil angin-anginan walau memiliki Bruno Alves, Graham Dorrans, Niko Kranjcar, Kenny Miller, dan Lee Wallace di dalam skuatnya.

Terbaru, Rangers baru saja memecat pelatih Pedro Caixinha di bulan Oktober kemarin. Padahal, sosok asal Portugal itu baru menjabat sebagai pelatih sejak bulan Maret lalu. Alhasil, Caixinha pun jadi pelatih dengan durasi kepelatihan paling singkat dalam sejarah klub.

Sebagai pengganti, ditunjuklah Graeme Murty untuk menjadi pelatih interim. Namun per 22 Desember kemarin, Murty didapuk oleh manajemen The Gers sebagai pelatih kepala guna menangani Wallace dan kawan-kawan sampai akhir musim 2017/2018. Sebaliknya, Celtic yang masih dibesut oleh mantan pelatih Liverpool, Brendan Rodgers, justru memamerkan kekuatannya secara konsisten.

Alhasil, laga Derby Old Firm pun seperti kehilangan magisnya dan berjalan satu arah karena hasil-hasil positif tetap jadi kekuasaan Celtic. Jelang pertemuan keduanya yang ke-410 di akhir pekan ini pun, The Bhoys masih diunggulkan untuk memetik nilai sempurna sekaligus memperlebar selisih poin mereka di papan klasemen. Apalagi keadaan The Gers masih terkesan goyah setelah terjadi pergantian pelatih.

Jika hal ini terus berlangsung sampai beberapa musim ke depan, label sengit yang tersemat di setiap laga Derby Old Firm bisa saja menguap karena keseimbangan yang ada di dalamnya terus terkikis akibat Rangers semakin keteteran menyaingi ketangguhan Celtic.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional