Eropa Lainnya

Menengok Kabar Brendan Rodgers di Skotlandia

Walau menjadi salah satu kesebelasan paling berpengaruh di daratan Inggris bahkan Eropa, nasib buruk seolah belum ingin menjauh dari Liverpool selama beberapa tahun terakhir. Banyaknya bintang yang didatangkan dan pergantian pelatih dari satu ke yang lainnya tampak belum benar-benar mampu mendatangkan prestasi yang signifikan untuk tim yang bermarkas di stadion Anfield ini.

Dalam kurun sewindu terakhir, satu-satunya silverware yang didapat The Reds hanyalah sebiji Piala Liga Inggris di musim 2011/2012 silam kala diasuh oleh legenda hidup mereka, Kenny Dalglish. Setelah itu, semuanya hanya sebatas hampir juara. Bahkan ketika kini ditangani pelatih yang membawa Borussia Dortmund mandi gelar dan mendobrak kedigdayaan Bayern Munchen pada periode awal 2010-an kemarin.

Prestasi terbaik Juergen Klopp untuk The Reds sejauh ini barangkali hanyalah finis sebagai runner-up di ajang Piala Liga dan Liga Europa di tahun 2016. Di dua partai final tersebut, secara tragis, mimpi Liverpool merekrut gelar dipecundangi oleh Manchester City dan Sevilla. Benar-benar momen yang mengecewakan dan menguras emosi.

Namun sebelum era Klopp, ada satu momen lain yang membuat suporter The Reds jantungan dan sakit hati. Momen tersebut tentu saja Liga Primer Inggris di musim 2013/2014 yang lalu. Saat itu, Liverpool masih ditukangi pelatih asal Irlandia Utara, Brendan Rodgers.

Liverpool asuhan Rodgers terlibat pacuan sengit dengan Manchester City yang dinahkodai oleh Manuel Pellegrini. Sepanjang Februari hingga April, anak asuh Rodgers bahkan sukses mencatat 11 kemenangan beruntun yang membuat mereka duduk nyaman di puncak klasemen dengan keunggulan lima poin dan liga hanya menyisakan tiga pertandingan sisa.

Sayangnya, mimpi The Reds untuk meraih titel juara liga untuk kali pertama dalam kurun dua dekade terakhir berakhir tragis usai keok dari Chelsea di pada 27 April 2014. Kekalahan tersebut kemudian diikuti hasil seri 3-3 melawan Crystal Palace beberapa hari berselang meski saat itu The Reds sempat unggul 3-0. Trofi juara liga pun lantas melayang ke tangan The Citizens.

Walau menyedihkan, tentu saja musim itu dianggap cukup heroik, baik untuk Liverpool maupun Rodgers. Namun di musim-musim berikutnya, Liverpool tak benar-benar lagi bisa tampil ekstra luar biasa untuk menjadi penantang juara. Alhasil, Rodgers dipecat manajemen The Reds di pertengahan musim 2015/2016 akibat serentetan hasil minor. Dan seperti yang kita ketahui bersama, sosok Klopp yang digemari para hipster sepak bola yang kemudian menggantikannya di kursi pelatih.

Beberapa bulan usai berpisah dengan Liverpool, Rodgers akhirnya mendapat pekerjaan anyar usai didapuk sebagai pelatih baru klub raksasa Skotlandia, Glasgow Celtic, pada bulan Mei 2016 silam. Kubu The Bhoys sendiri ketika itu baru saja ditinggal gaffer mereka, Rony Deila, yang mudik ke Norwegia. Musim 2016/2017 pun menjadi musim debut Rodgers berkompetisi di Liga Primer Skotlandia.

Mendapat kesempatan menukangi Celtic ibarat rezeki yang surealis bagi Rodgers. Pasalnya, tim ini dikenal sebagai satu dari duo Glasgow yang merajai iklim sepak bola Skotlandia. Secara tradisi pula, hanya Rangers dan Hearts yang bisa menandingi dominasi Celtic. Rodgers pun memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya untuk mengukir prestasi dan rekor demi rekor.

Berbekal nama-nama berkualitas seperti kapten Scott Brown, penyerang muda Prancis, Moussa Dembele, kiper gaek Craig Gordon, dan para pemain buangan Liga Inggris, Scott Sinclair hingga Kolo Toure, Rodgers berhasil membawa Celtic meraih trofi juara mereka yang ke-100 di seluruh ajang. Hal itu dicapai The Bhoys tatkala mencaplok Piala Liga Skotlandia pada November 2016 kemarin. Bagi Rodgers sendiri, titel itu merupakan silverware perdana dalam karier manajerialnya.

Di kompetisi Liga Primer Skotlandia sendiri, Celtic kini duduk nyaman di puncak klasemen sementara hingga pekan ke-23. The Bhoys bahkan mencatat rekor hampir sempurna dengan membukukan 22 kemenangan plus sekali imbang dari 23 pertandingan tersebut. Koleksi 67 angka yang didapat Dembele dan kawan-kawan sejauh ini bahkan sudah unggul 25 angka dengan klub yang mengekor tepat di posisi kedua, Glasgow Rangers.

Lebih jauh, gelontoran gol yang berhasil dibuat anak asuh Rodgers pun terbilang mengesankan, yakni 60 gol. Catatan tersebut merupakan yang terbanyak di Liga Primer  Skotlandia. Hebatnya, ketajaman di lini depan juga diikuti dengan kekokohan di barisan belakang. Sejauh ini Celtic baru kebobolan 14 kali, lagi-lagi menjadi yang terbaik di Liga Primer Skotlandia.

Walau melakoni musim debut bersama Celtic, situasi sepertinya takkan menyulitkan Rodgers dan anak asuhnya untuk merengkuh titel juara Liga Primer Skotlandia ke-48 di penghujung musim nanti.

Dan andai itu terwujud, mari mengapungkan tanya: Apakah berminat kembali ke Inggris, Brendan?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional