Nasional Bola

Dua Regulasi Baru PSSI yang Mengundang Tanya  

Sepak bola Indonesia menyongsong era baru di bawah pimpinan Letjen TNI Edy Rahmayadi. Sang perwira angkatan bersenjata negeri ini diharapkan bisa membawa Indonesia melewati waktu sulit setelah mengalami masa kelam ketika mendapatkan hukuman dari FIFA kurang lebih selama satu setengah tahun. Dan layaknya adminstrasi baru dengan pimpinan baru, sudah bermunculan regulasi baru yang diharapkan menjadi terobosan agar tujuan untuk bangkit bisa tercapai.

Selain pergantian nama kompetisi, banyak sekali regulasi-regulasi baru lain yang ditawarkan jelang kompetisi baru bergulir. Salah satu yang paling mencolok adalah soal penggunaan para pemain usia muda. Terutama untuk level tertinggi Liga 1. Mulai musim mendatang, setiap klub peserta diwajibkan untuk memiliki lima pemain berusia di bawah 23 tahun dalam keseluruhan skuat mereka. Dan tiga diantaranya wajib dimainkan sejak menit pertama pertandingan.

Banyak pihak menyebutkan bahwa regulasi ini muncul disebabkan oleh peraturan baru di ajang SEA Games dan ASIAN Games mendatang. Pasalnya, pesta olahraga Asean dan Asia tersebut mengharuskan setiap negara peserta untuk mengirimkan tim nasional U-22 untuk berlaga. Dengan kata lain, regulasi baru PSSI soal pemain muda tersebut merupakan turunan dari aturan lain yang berlaku secara internasional.

Regulasi baru ini menuai pro dan kontra. Terutama dari lingkup pemain yang menganggap bahwa regulasi ini tidak adil, dan tidak akan betul-betul berpengaruh terhadap pengembangan usia muda di Indonesia. Segala sesuatu menjadi lebih pelik lagi karena ada peraturan batas usia lain yaitu setiap klub hanya diperbolehkan memiliki dua pemain berusia di atas 35 tahun.

Beberapa pemain bahkan sempat mengemukakan pemikiran mereka melalui akun media sosial pribadi mereka masing-masing. Salah satunya, gelandang Arema FC, Hendro Siswanto, yang beropini melalui akun twitter-nya dengan membandingkan keadaan pada waktu sebelumnya. Hendro berujar bahwa dahulu, pemain muda perlu bekerja keras bahkan bersaing dengan seniornya untuk bisa menembus tim utama. Kini, pemain muda tidak perlu bersusah payah karena terbantu regulasi. Ibaratnya, masih menurut Hendro, mereka hanya tinggal tiduran saja sudah pasti main.

Senada dengan Hendro, pemain lain yang sama-sama berposisi sebagai gelandang, Dedi Kusnandar juga menyebutkan bahwa regulasi baru ini perlu dikaji ulang. Karena ia mengingat bagaimana ia bekerja keras hingga akhirnya bisa menembus level profesional dan bermain di tim utama.

“Perlu pertimbangan kembali tentang regulasi baru itu, terutama buat saya pribadi adalah soal penggunaan pemain muda. Saya ingat sekali dulu bagaimana istilahnya sampai habis-habisan hanya sekadar buat bisa tembus tim senior,” ujar Dado, sapaan akrab Dedi Kusnandar

“Bukannya saya takut disalip oleh junior. Tapi menurut saya, ada nilai perjuangan dan kerja keras ketika berusaha dari level usia muda untuk bisa masuk ke tim senior. Jadi nantinya mereka tahu bahwa meraih kesuksesan itu tidak mudah. Ini sekarang istilahnya para pemain muda mendapatkan tiket VVIP buat langsung bermain di senior. Saya rasa itu (regulasi pemain usia muda) mesti dikaji dan dipertimbangkan lagi,” tambah pemain yang kini kembali memperkuat Persib Bandung tersebut.

Belum selesai letupan karena perbedaan pendapat soal regulasi pembatasan usia pemain, terutama menyoal pemain muda, PSSI kemudian memunculkan wacana lain yang bisa dibilang mengagetkan. Apabila regulasi sebelumnya diperuntukkan agar memaksimalkan pembinaan usia muda. PSSI baru-baru ini memunculkan wacana soal program naturalisasi beberapa pemain baru.

Ketika ditanyakan mengenai wacana tersebut. Ketua umum PSSI, Letjen Edi Rahmayadi menyebutkan bahwa alasan naturalisasi tersebut karena Indonesia masih kekurangan pemain. Dan proses naturalisasi tersebut diperuntukkan timnas yang akan berlaga di SEA Games dan Asian Games nanti.

“Penduduk kita sebesar ini, kita hanya punya 67 ribu pemain. Sehingga kita kekurangan pemain, dan itu membuat kita kedepannya mencari pemain naturalisasi dalam rangka memperkuat timnas  di SEA Games (2017) dan Asian Games (2018). Kita memerlukan pemain yang berkualitas,”  – EdyRahmayadi, Ketua Umum PSSI

Menyimak pendapat yang dikemukakan oleh sang pimpinan asosiasi sepak bola negeri ini, tentu menjadi paradoks tersendiri. Karena tidak berkesinambungan dengan regulasi soal pemain muda yang terlebih dahulu sudah dibuat untuk memaksimalkan bibit pemain muda.

Letjen Edy menyebutkan bahwa naturalisasi dibutuhkan untuk timnas yang berlaga di SEA Games dan ASIAN Games, yang seperti semua sudah tahu bahwa pada cabor kejuaraan tersebut setiap negara peserta mesti mengirimkan tim muda untuk bertanding.

Sederhananya saja, dengan dua kebijakan PSSI yang terkesan tumpang tindih, pertanyaannya kemudian, bagaimana bisa pembinaan usia muda mencapai sasaran apabila pemain naturalisasi terus berdatangan, Jenderal?

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)