Eropa Lainnya

Dominasi Celtic FC, Old Firm Kini Mulai Membosankan

Akhir pekan kemarin, Skotlandia, khususnya kota Glasgow, kembali membara. Laga sarat rivalitas bertajuk Old Firm antardua tim sekota, Celtic FC kontra Rangers FC dipentaskan pada semifinal Piala Skotlandia di Hampden Park. Musim lalu, Rangers yang masih berkutat di kasta kedua Liga Skotlandia atau Divisi Championship, sukses memberikan kejutan untuk musuh bebuyutannya tersebut.

Tepat di ajang dan fase yang sama, Rangers berhasil menyingkirkan Celtic lewat pertandingan yang sangat sengit dan berujung pada drama adu penalti. Rangers yang tampil amat percaya diri, sukses unggul dua kali sebelum disamakan The Bhoys hingga memaksa pertandingan ditentukan lewat babak tos-tosan. Kegagalan eksekusi Tom Rogic memastikan The Gers ke final meski akhirnya kalah menyakitkan pada menit terakhir dari Hibernian.

Tak hanya kekalahan memalukan yang diterima Celtic, manajer Ronny Deila juga mesti rela kehilangan kursi kepelatihan. Hasil buruk di Old Firm melawan rival yang belum kembali ke kasta tertinggi, dirasa sebagai sebuah penghinaan. Ditambah tren negatif di kompetisi Eropa, Deila akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri di akhir musim.

Lebih dari setahun setelah laga tersebut, Old Firm kembali digelar. Sayangnya kali ini terasa sedikit membosankan. Bayangkan saja, sepanjang laga Celtic amat mendominasi. Kemenangan dua gol sekaligus balas dendam sepadan musim lalu diraih tanpa perlawanan yang alot khas laga derbi. Kembalinya hegemoni Celtic bersama manajer baru, Brendan Rodgers memang amat dinikmati penggemarnya, tapi tidak untuk sebagian pencinta sepak bola dunia.

Hegemoni tak selamanya menyenangkan

Di bawah asuhan eks juru taktik Liverpool itu, Celtic seakan kembali menemukan pola permainan yang amat dinamis dan aktif sepanjang laga. Beberapa pemain ‘buangan’ dari Liga Primer Inggris disulap menjadi tulang punggung tim.

Di Skotlandia saat ini, siapa yang tak gentar hadapi kecepatan duo Scott Sinclair dan Moussa Dembele. Hasilnya, Celtic tampil nyaris sempurna dan menjuarai Liga Skotlandia dengan melaju seorang diri tanpa sekalipun tersentuh kekalahan.

Jika itu belum cukup, selisih Leigh Griffiths dan kawan-kawan dengan peringkat kedua, Aberdeen, mencapai 24 poin. Bagaimana dengan rival utama mereka, Rangers? Sebagai tim yang baru promosi, peringkat ketiga bukanlah sebuah hal yang buruk. Namun, hasil buruk di awal liga seakan jadi noda kebangkitan tim yang kini dilatih Pedro Caixinha tersebut.

Pekan kelima Liga Skotlandia, 10 September 2016, Rangers yang diharapkan kembali menghidupkan atmosfer Old Firm, dipermak Celtic dengan skor telak 1-5. Dembele langsung unjuk gigi dengan mencetak hat-trick, dilengkapi lewat gol Sinclair dan Stuart Armstrong. Rangers yang bermain dengan 10 orang sejak kartu merah Philippe Senderos menit ke-75, hanya mampu membalas berkat lesakan Joe Garner jelang turun minum.

Sebulan berselang, kedua tim kembali bersua pada semifinal Piala Liga Skotlandia. Kali ini situasi mulai berbeda. Rangers tampak belajar banyak saat mampu menahan gempuran Celtic, sebelum momen nahas terjadi. Tiga menit jelang pertandingan berakhir, Dembele kembali jadi mimpi buruk Rangers lewat gol penentu kemenangannya. Semakin perih ketika tahu bahwa Celtic akhirnya jadi juara usai menumbangkan Aberdeen tiga gol tanpa balas di partai puncak.

Kondisi semakin membaik untuk Rangers ketika pada pertemuan ketiga musim ini di liga, sukses unggul terlebih dahulu berkat gol Kenny Miller di awal pertandingan. Harapan yang sudah kembali tinggi seantero publik Ibrox, harus menguap begitu saja saat Dembele dan Sinclair bergantian membobol gawang Wesley Foderingham, sekaligus membalikkan keadaan untuk kemenangan Celtic di kandang The Gers.

Peruntungan mulai menaungi Rangers kala berhasil menghentikan rekor 21 kemenangan beruntun Celtic di Liga Skotlandia. Sebagai catatan, liga di negeri yang berbatasan selatan dengan Inggris itu memang mengagendakan setiap tim bertemu tiga kali masing-masing lawan di fase reguler. Kemenangan Celtic yang sudah di depan mata, digagalkan aksi Clint Hill, tepatnya menit ke-87. Sayangnya optimisme bisa jadi penjegal ambisi treble lokal Celtic musim ini, harus disimpan jauh-jauh.

The Bhoys, tak hanya menang empat kali dalam lima laga Old Firm kontra Rangers musim ini, tetapi juga selalu tampil mendominasi. Setelah adem ayem tanpa kehadirannya dalam empat musim beruntun, kembalinya Rangers diharapkan bisa memberikan perlawanan sengit agar Celtic tak leluasa berkuasa.

Coba lagi musim depan, Gers.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho