Eropa Italia

Festival Natal “Inter Bells” yang Dirusak oleh Zebra Kecil

Natal tahun ini direncanakan akan dirayakan dengan cara yang berbeda oleh Internazionale Milano. Tren positif sepanjang paruh musim ini menjadi momen yang tepat untuk menyambut Natal dengan suka ria pada laga kandang terakhir sebelum Natal.

Pada partai kandang di giornata ke- 17 melawan Udinese yang digelar pada Sabtu (16/12) siang waktu setempat, rencananya lagu khusus berjudul “Inter Bells”, yang digubah dari lagu “Jingle Bells”, akan dinyanyikan bersama oleh seluruh keluarga besar tim Biru-Hitam yang hadir di stadion.

Mendedah statistik Internazionale sejauh ini, ditemui beberapa fakta menarik seperti 64 persen gol dicetak di babak kedua, terutama di 15 menit terakhir, yakni sebanyak 12 gol. Selain itu, dari total 33 gol yang dihasilkan sampai saat ini, hampir setengahnya dicetak oleh satu pemain saja yakni Mauro Icardi, yang mengantarkannya sebagai pencetak gol terbanyak serie A sementara dengan torehan 16 gol (saat ini 17 gol).

Il Nerazzuri juga menjadi tim yang paling sedikit mengalami kebobolan sejauh ini bersama Napoli, dengan hanya 10 gol bersarang di gawang Samir Handanovic. Milan Skriniar, yang baru mendarat pada awal musim ini, berhasil membuktikan kapabilitas dirinya setelah sukses menjadi tembok kokoh bersama Miranda di sektor pertahanan.

Di sektor fullback, yang menjadi titik lemah Internazionale selama beberapa musim terakhir, perlahan mulai menunjukkan konsistensi permainan dalam diri Danilo D’Ambrosio dan Davide Santon.

Ketidakmampuan keduanya bertransformasi menjadi bek sayap modern dimaklumi oleh Luciano Spalletti dengan memfokuskan keduanya dalam bertahan dengan sesekali diizinkan maju hingga ke sepertiga area pertahanan lawan jika gelandang jangkar Internazionale berada di area pertahanan sendiri.

Bandingkan dengan para pelatih sebelum Spalletti yang menginginkan fullback berperan aktif melakukan serangan, yang berakibat Yuto Nagatomo, D’Ambrosio, Santon, dan Cristian Ansaldi menjadi titik lemah Internazionale yang paling mencolok musim lalu.

Lini tengah ideal yang coba dibangun Spalletti adalah lini tengah yang terdiri dari tiga gelandang, masing-masing gelandang jangkar, gelandang box-to-box, dan gelandang serang. Mirip dengan apa yang dilakukannya di AS Roma dan tim-tim sebelumnya.

Roberto Gagliardini, Matias Vecino, dan Borja Valero fasih dalam melakoni peran gelandang jangkar. Vecino dan Marcelo Brozovic paling cocok melakoni peran gelandang box-to-box karena memiliki atribut bertahan dan menyerang yang sama baiknya, selain stamina yang mumpuni. Joao Mario, Valero, dan Brozovic yang memiliki atribut menyerang yang baik, kerap bergantian mengisi satu posisi yang akan mendikte pertahanan lawan.

Di sektor penyerang, trio Ivan Perisic, Antonio Candreva, dan Icardi, sudah memperlihatkan kualitas dan kekompakkan mereka dengan torehan 23 gol (Icardi 16 gol dan Perisic 7 gol). Umpan-umpan Perisic pada Icardi bahkan menjadi tren di media sosial Twitter dengan adanya tagar #PerisictoIcardi, mengacu pada umpan Perisic yang berhasil dikonversi oleh Icardi menjadi gol  yang sejauh ini mencapai angka lima. Pun, umpan silang tepat sasaran Candreva musim ini menjadikannya raja umpan silang Italia dan Eropa.

Bom waktu Internazionale

Bicara kualitas, fakta sudah berbicara bahwa Internazionale adalah satu-satunya tim sejauh ini yang berhasil membawa pulang poin dari kandang Napoli (seri), Roma (menang), dan Juventus (seri). Namun ada satu hal yang mengganjal di hati para Interisti sampai saat ini.

Kelemahan sekaligus kekuatan Internazionale musim ini adalah mereka selalu menurunkan pemain yang relatif sama dari pekan ke pekan. Formasi Internazionale hingga giornata ke-16 (bahkan) hampir selalu diisi oleh pemain yang itu-itu saja.

Tercatat, ada 7 pemain yang selalu tampil di semua pertandingan Serie A, yakni Samir Handanovic, D’Ambrosio, Skriniar, Valero, Perisic, Candreva, dan Icardi. Miranda dan Vecino hampir menjadikan jumlah itu menjadi sembilan, namun absen satu kali dikarenakan larangan tampil. Roberto Gagliardini, yang sering masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua, sudah mencicipi sebanyak 15 pertandingan.

Kebiasaan dan keputusan Spalletti ini bisa menjadi bom waktu ketika satu atau dua pemain yang selalu tampil reguler berhalangan main. Para pemain pengganti yang jarang mendapatkan menit bermain akan kehilangan kualitas dan sentuhan terbaik mereka, selain tentunya pantat mereka akan semakin panas karena terlalu lama duduk di bangku cadangan.

Bukti sahih bisa dilihat pada babak 16 besar Coppa Italia sewaktu menjamu tim dari antah berantah, Pordenone, pada Selasa (12/12) sore waktu setempat, di mana Il Nerazzuri dipaksa menyelesaikan pertandingan melalui adu penalti. Untung saja, muka Internazionale diselamatkan oleh kiper kedua, Daniel Padelli, dan Yuto Nagatomo. Pada pertandingan tersebut, Spalletti memainkan para pemain yang sangat jarang diturunkan seperti Padelli, Yann Karamoh, Joao Cancelo, Henrique Dalbert, dan Andrea Pinamonti.

Berkaca pada pertandingan melawan Pordenone tersebut, asalkan tiga poin di genggaman, pada laga-laga mendatang, Spalletti tampaknya hampir pasti akan tetap kukuh dengan kebiasaannya memainkan pemain yang itu-itu saja.

Pesta “Inter Bells” yang dirusak Udinese

Dipadati lebih dari 50 ribu penonton di Giuseppe Meazza, suasana Natal yang biasanya identik dengan warna merah dan putih, berubah menjadi biru dan hitam. Lagu-lagu Natal umum, ditambah dengan lagu “Inter Bells”, sudah dinyanyikan oleh para penonton tim tuan rumah sebelum para pemain memasuki lapangan.

Seperti biasa, formasi Internazionale diisi oleh para pemain yang sudah disebutkan sebelumnya, dengan tambahan Davide Santon yang baru menjadi reguler di posisi fullback sejak beberapa pertandingan terakhir.

Gol pemain Udinese, Kevin Lasagna, pada menit ke-14, langsung dibalas satu menit kemudian oleh Icardi, memanfaatkan umpan Candreva. Inter yang bermain buruk di babak kedua dihukum dengan dua gol yang dicetak Rodrigo De Paul melalui penalti pada menit ke-61 dan Antonin Barak pada menit ke-77. Peluit panjang wasit Maurizio Mariani menyudahi pertandingan dengan skor akhir 1 – 3 untuk tim tamu.

Melihat statistik permainan, sebenarnya tidak ada yang salah dengan permainan Il Biscione. Mereka masih dominan menguasai pertandingan dengan penguasaan bola 61 berbanding 49 persen. Total tembakan sebanyak 21 kali ke gawang tim Zebra Kecil dengan 9 di antaranya tepat sasaran, pun tembakan sudut sebanyak 15 berbanding 3, menegaskan bahwa ini masih Internazionale yang sama.

Miranda dan Skriniar masih perkasa di area pertahanan. Yang menjadi catatan merah adalah seringnya pemain di sisi kanan, Ambrosio dan Candreva, kehilangan bola, sehingga membuat permainan Internazionale menjadi tidak seimbang.

“Kami benar-benar kehilangan arah di babak kedua. Kami tak bisa menahan bola dengan baik, melakukan banyak kesalahan dan juga jarak antar lini juga sangat buruk. Berbeda dengan kami, Udinese sangat baik dari berbagai aspek dan mereka bermain jauh lebih baik dibandingkan kami. Kami juga gagal mengintersep serangan mereka beberapa kali,” ujar Spalletti selepas pertandingan seperti dikutip dari nerazzurriale.com.

Yang menarik, sekelompok penonton membentangkan spanduk besar di ring kedua sektor selatan. Mereka meminta Spalletti untuk menghadapi AC Milan dengan serius pada babak 8 besar Coppa Italia yang digelar dua hari sesudah Natal. Berikut adalah permintaan mereka seperti yang tertera pada spanduk:

Mister, hanya untuk memperjelas… untuk laga derby berikutnya, kami ingin melihat para pemain yang biasa menjadi starter.

Kembali ke Inter Bells

Interisti diharapkan jangan terlalu lama meratapi kesedihan ini, karena bagaimanapun, Internazionale masih merupakan tim yang diperhitungkan menjadi penantang Scudetto musim ini. Ingat juga bahwa target yang dibebankan oleh Suning Group selaku pemilik adalah minimal lolos ke Liga Champions tahun depan.

Satu kekalahan bukanlah pertanda “kiamat”, walaupun di musim lalu sewaktu dilatih oleh Stefano Pioli yang terjadi adalah hal sebaliknya, di mana kekalahan perdana merupakan pembuka dari kekalahan-kekalahan berikutnya.

Untuk mengurangi kesedihan, para Interisti disarankan untuk kembali melihat video dari “Inter Bells”, dengan Spalletti dan pemain favorit kalian, Lord Nagatomo, tampil sebagai bintang utama.

Author: Yves Vincent Muaya (@YvMuaya)