Suara Pembaca

Pemecatan Stefano Pioli dan Internazionale yang Tak Pernah Sabar

“FC Internazionale Milano mengumumkan perpisahan dengan pelatih kepala, Stefano Pioli, beserta staf tekniknya. Internazionale mengucapkan terima kasih kepada Stefano dan timnya atas dedikasi dan kerja keras yang telah diberikan kepada klub selama enam bulan ini, yang merupakan musim yang sulit.

Pelatih tim Primavera, Stefano Vecchi, akan menduduki kursi kepelatihan untuk tiga pertandingan tersisa di musim ini. Klub saat ini akan merencanakan yang terbaik untuk musim depan”

Demikian rilis resmi Internazionale Milan melalui laman resminya pada Selasa (09/05/2017) malam hari waktu setempat.

Internazionale memecat pelatihnya, Stefano Pioli, yang baru bekerja selama enam bulan. Musabab pemecatan yakni hasil minor yang diperoleh sepanjang bulan April hingga berlanjut di giornata ke-35.

Internazionale hanya mampu meraih satu poin (sewaktu menghadapi AC Milan) dalam enam pertandingan terakhirnya. Yang memprihatinkan adalah Internazionale juga kalah dari klub peringkat 16 dan 18, yakni Genoa dan Crotone. Padahal Pioli sempat membawa asa untuk bermain di Liga Champions musim depan dengan meraih sembilan kemenangan beruntun sebelum dikandaskan oleh mantan klubnya, Lazio, di kandang sendiri.

Internazionale di era Suning Group seperti mengulangi kebiasaan pemilik sebelumnya, Massimo Moratti, yang sering gonta-ganti pelatih, bahkan di saat kompetisi sedang berlangsung. Sejak mengambil kursi kepemilikan klub dari Ernesto Pellegrini di tahun 1995, Moratti sudah sangat sering memecat pelatihnya, yang hanya bekerja dalam waktu singkat, semisal Roy Hodgson, Marcelo Lippi, Marco Tardelli, Hector Cuper, dan Alberto Zaccheroni.

Menyusul juga para pelatih selepas meraih treble winners yakni Rafael Benitez, Leonardo, Gian Piero Gasperini, Claudio Ranieri, dan Andrea Stramaccioni yang bergantian melatih Inter dalam tiga musim kompetisi. Tercatat hanya Roberto Mancini dan Jose Mourinho yang bekerja dalam waktu yang cukup lama dan sukses memberikan trofi bagi Internazionale.

Sempat digadang-gadang sebagai pelatih yang dipercayakan untuk membangun masa depan Inter, setidaknya untuk dua tahun ke depan, dengan berfondasikan para pemain muda bertalenta semisal Roberto Gagliardini, Andrea Pinamonti, dan Gabriel Barbosa, Pioli nyatanya tak mampu menahan kuatnya tekanan dari pemilik asal Cina yang sudah menggelontorkan lebih dari 100 juta euro hanya untuk membeli pemain pada musim kompetisi ini.

Tekanan dari pendukung Internazionale yang sudah lama puasa gelar pun tak kalah hebatnya, bahkan sempat berkonfrontasi dengan sang kapten, Mauro Icardi, perihal polemik buku otobiografinya pada awal musim.

Menilik pada pertandingan terakhir melawan Genoa, jurnalis Marco Barzaghi berujar, ”Tim benar-benar jauh dari kata ‘klik’ di lapangan. Namun pada akhirnya yang akan disalahkan adalah pelatih. Kita bisa mendengar nada ancaman dari para suporter di stadion yang tidak puas dengan apa yang ditampilkan oleh tim. Kita juga bisa melihat bahwa Pioli berulang kali meminta Geoffrey Kondogbia untuk ikut membantu pertahanan dan tidak terlalu jauh maju ke depan. Namun sang pemain melakukan hal sebaliknya yang menyebabkan banyak ruang berhasil dimanfaatkan oleh para pemain Genoa, termasuk dalam proses gol Pandev.”

Bahkan, mantan pelatih Internazionale dan pemain AC Milan, Leonardo, mengkritik formasi yang diturunkan Pioli ketika menghadapi Genoa yang tidak menyertakan nama Joao Mario dan Ever Banega di lini tengah dan digantikan oleh Eder.

Pun sang kapten, Mauro Icardi, juga tak luput dari kritiknya. “Hal-hal kecil juga tak luput dari perhatian saya. Contohnya Icardi, kenapa harus ada namanya di ban kapten? Ban kapten harusnya mewakili Inter, bukan dirinya”, ujarnya.

Stefano Vecchi, pelatih yang dipercaya untuk menemani Internazionale hingga akhir musim ini, sebelumnya juga pernah dipercayakan dengan tugas serupa usai pemecatan Frank de Boer, pernah mengatakan bahwa Internazionale memiliki skuat yang berkualitas di atas kertas namun tidak memiliki kualitas dalam permainan.

Melihat semua permasalahan yang ada di tubuh Internazionale, tampaknya pendapat Roberto Mancini adalah yang paling rasional, yakni tidak adanya pemain berjiwa pemimpin di tubuh Internazionale. Mancini pernah mencoba mengatasi masalah ini dengan meminta klub untuk mendatangkan Yaya Toure dari Manchester City, namun ditolak karena pertimbangan umur yang sudah tidak muda lagi dan permintaan gaji Toure yang selangit. Hal ini pula yang menyebabkan Mancini lebih memilih mundur dari kursi pelatih musim panas tahun lalu.

Apakah Internazionale sudah tidak memiliki sosok pemimpin di lapangan setelah era Esteban Cambiasso, Walter Samuel, dan Javier Zanetti? Terus, apa yang kurang dari Icardi? Icardi memang adalah kapten tim, namun dia dipilih karena faktor tidak ada pemain lain lagi yang bisa diangkat ke permukaan untuk menjadi ikon sekaligus kapten tim, layaknya Javier Zanetti.

Kapten timnas Brasil, Joao Miranda, datang ke Internazionale setelah Icardi ditunjuk menjadi kapten. Dan bukan hal yang mudah untuk mengganti jabatan kapten tim dalam waktu singkat karena akan mengundang permasalahan dalam internal tim.

Sebagai penutup, Internazionale belakangan ini sangat getol dalam usaha mereka untuk mendatangkan salah satu dari dua pelatih top saat ini: Antonio Conte dan Diego Simeone. Internazionale sangat berharap salah satu dari dua nama tersebut sudah bisa memberikan jawaban sebelum kompetisi musim ini berakhir, setelah sebelumnya rayuan gaji selangit dan dana transfer melimpah belum cukup meyakinkan keduanya untuk pindah.

Akhir kata, frasa Latin “bene diagnoscitur, bene curatur” yang kurang lebih  berarti “yang didiagnosis dengan baik akan diobati dengan baik” patut dicermati oleh para petinggi Internazionale setiap kali mengambil keputusan.

Author: Yves Vincent Muaya (@YvMuaya)