Eropa Italia

Kelegaan Ivan Perisic, Kelegaan Internazionale Milano

Internazionale Milano mengawali musim dengan hati yang tak jenak. Musim ini, mereka tak berlaga di kompetisi Eropa. Lalu, Internazionale juga menjadi bahan rundungan suporter AC Milan terkait aktivitas transfer mereka. Namun, di pertengahan musim, justru Internazionale yang tertawa paling keras. Nuansa kelegaan terasa dari para pemain, terutama Ivan Perisic.

Performa Internazionale musim lalu begitu buruk, hingga membuat mereka terlempar dari zona Eropa. Sementara itu, Milan yang juga tengah membangun kekuatan baru, setidaknya, mampu lolos ke kompetisi Liga Europa. Kembalinya Milan ke kompetisi Eropa dirayakan dengan suka cita. Narasi DNA Milan kembali berkumandang.

Apalagi, musim panas yang lalu, proses akuisisi kepemilikan Milan ahirnya selesai. Hasilnya, dana belanja mereka melimpah ruah, meski sebagian besar adalah hasil patungan dan utang. Musim panas juga berjalan seperti festival untuk Milan. Dana lebih dari 200 juta euro dibakar habis untuk mendatangkan 12 pemain baru. Ya, 12 pemain baru!

Tagar #WeAreSoRich menguasai jagat maya, Milan tengah berpesta. Nama-nama potensial datang silih berganti ke Milanelo. Mulai dari Hakan Calhanoglu, Andrea Conti, Ricardo Rodriguez, Frank Kessie, Nikola Kalinic, Fabio Borini, Andre Silva, hingga yang paling “monumental” adalah Leonardo Bonucci.

Skuat yang sebenar-benarnya baru, membangkitkan asa Milan. Sekaligus, tentu saja, menjadi bahan bakar untuk mencemooh aktivitas transfer Internazionale yang terbilang lebih adem ayem ketimbang beberapa tahun terakhir. Internazionale mengawali kerja panjang membangun zaman baru dengan memastikan Luciano Spalletti menjadi pelatih mereka. Sisanya adalah kerja yang cerdas.

Praktis hanya lima pemain di mana Internazionale harus mengeluarkan dana transfer untuk mendatangkan mereka. Mereka adalah Matias Vecino (24 juta euro dari Fiorentina), Dalbert (20 juta euro dari OGC Nice), Alessandro Bastoni (delapan juta euro dari Atalanta), Borja Valero (5,5 juta euro dari Fiorentina), dan yang paling sensasional, Milan Skriniar (23 juta euro dari Sampdoria). Internazionale juga meminjam dua pemain dalam diri Joao Cancelo dan Yann Karamoh.

Total, Internazionale mengeluarkan 80,58 juta euro untuk mendatangkan pemain. Jumlah yang bahkan tak ada separuh dari pengeluaran Milan yang mencapai, tepatnya, 194,50 juta euro. Banyak pendukung Milan yang membandingkan keberhasilan klub kesayangannya mendapatkan tanda tangan Bonucci, sementara Internazionale “hanya mendapatkan” Skriniar, bek tanpa nama.

Namun semua berbalik 180 derajat. Internazionale, sekali lagi, tertawa yang paling keras di pertengahan musim 2017/2018. Mereka nyaman duduk sebagai capolista, sementara Milan baru saja memecat Vincenzo Montella dan duduk di peringkat kedelapan klasemen sementara. Internazionale menjadi salah satu kandidat peraih Scudetto, sementara Milan bahkan semakin terancam gagal masuk zona Liga Champions.

Kelegaan atas aktivitas musim panas yang cerdas dan performa pemain yang tengah mengilap. Kita tak hanya berbicara Mauro Icardi dan Milan Skriniar saja. Pujian juga harus disematkan semanis mungkin untuk Ivan Perisic.

“Pembelian terbaik” Internazionale

Ada dua kebahagiaan yang terasa dari sosok Internazionale. Pertama, kelegaan Internazionale ketika Perisic memutuskan menolak Manchester United dan memutuskan bertahan. Kedua, ketika di bulan September yang lalu, pemain asal Kroasia ini memperpanjang masa bakti bersama Internazionale hingga tahun 2020.

Betul, Perisic adalah salah satu pemain yang diinginkan Jose Mourinho selama musim panas yang lalu. Konon, tawaran United ada di sekitar 35 hingga 40 juta paun, sementara Internazionale membanderol Perisic dengan nilai 48 juta paun saja. Tentu banderol yang saat ini terasa sangat murah jika menengok performa si pemain. Internazionale terhindar dari kesalahan jika hanya memburu dana segar yang tak seberapa. Lega.

Mengapa United dan Mourinho begitu mengidamkan Perisic? Inilah keberuntungan Internazionale. Beruntung karena tak menuruti nafsu uang belaka. Ingat, hidup ini tak hanya soal duniawi belaka. Lega.

Perisic, setidaknya, menghadirkan tiga unsur ke dalam aksi bertahan: determinasi tinggi, kecepatan, dan keuletan. Tiga unsur tersebut merupakan syarat yang mendasar bagi pemain untuk bisa menerapkan pressing dengan baik. Ciri Perisic ini yang akan sangat dibutuhkan Mourinho.

Selain itu, melihat caranya bermain dalam sebuah usaha menciptakan pressing-trap, artinya Perisic punya kemampuan pergerakan tanpa bola yang sangat baik. Ia harus bisa mengukur jarak secara akurat, bisa menggunakan posisi hadap ketika berdiri dan gestur supaya bisa mengarahkan lawan masuk dalam jebakan.

Ketika bertahan di wilayahnya sendiri, keuletan Perisic yang sangat terasa. Ia tak bisa dilewati dengan mudah dan cocok untuk mengawal pemain sayap lawan yang berbahaya. Apalagi, dengan kecepatan yang cukup mumpuni, Perisic bisa mengejar pemain lawan yang masuk ke dalam ruang bermainnya.

Ketika ikut menyerang, pemain berusia 28 tahun ini menghadirkan unsur ketajaman dan kreativitas. Situasi terbaik untuk Perisic adalah situasi satu lawan satu dengan bek lawan, atau ketika ia diberi ruang di dalam kotak penalti.

Olah bola dan teknik menendang yang mumpuni memastikan Perisic hampir selalu bisa melewati lawan yang menghadang. Meski posturnya cukup besar, namun Perisic sangat luwes ketika menggiring bola sembari ditekan oleh bek lawan. Tiga golnya ke gawang Chievo menjadi gambaran paling pas. Perpaduan antara teknik menendang, olah bola, dan kejelian memanfaatkan ruang dan waktu di dalam kotak penalti. Lega.

https://www.youtube.com/watch?v=2bdZ3N-5DSY

Dengan atribut seperti itu, ditambah performa yang sangat konsisten, aman dikatakan bahwa keberhasilan Internazionale memperpanjang kontrak Perisic adalah “pembelian terbaik”. Sebuah kelegaan yang nyata, ketika Perisic berkontribusi untuk Internazionale. Pun menjadi kelegaan bagi banyak Interisti ketika kepada Mediaset Premium, Perisic mengakui bahwa keberadaan Spalletti yang membuatnya mau bertahan.

Kerja cerdas, pelatih yang cerdik, dan pemain yang tampil apik. Semuanya ada dalam rona wajah performa Perisic dan Internazionale. Sebuah kelegaan yang nyata.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen