Suara Pembaca

Menakar Kemanjuran Formasi Koeman di Barcelona

Satu Kapal, Dua Nakhoda

Dengan diterapkannya pakem double pivot, Barcelona seakan-akan memiliki dua nakhoda di lini tengah dalam diri Sergio Busquets dan Frenkie de Jong. Mereka menjadi dua otak utama dalam setiap permainan. Permasalahannya, Blaugrana terbiasa tampil dengan single pivot saja dan Busquets selalu menjadi pusat permainan serta penentu arah dan tempo serangan.

Mantan pelatih Timnas Spanyol, Vicente del Bosque, pernah mendeskripsikan Busquets dengan cermat. “Apabila kamu menyaksikan pertandingannya, kamu tak akan melihat Busquets. Namun, apabila kamu menyaksikan Busquets, kamu akan melihat pertandingannya secara keseluruhan.” Dengan kata yang sederhana, Busquets adalah napas permainan tim yang dibelanya.

Sejak dipromosikan oleh Pep ke tim utama di akhir dekade 2010-an, Busquets selalu menjadi andalan untuk mengorkestrasi permainan dari barisan tengah. Ia hampir tak tergantikan ketika sedang benar-benar fit 100%.

Sekarang, setelah diduetkan dengan Frenkie, ia kerap kebingungan, seperti yang ditunjukkannya di awal musim ini. Ia merasa masih canggung dengan peran barunya dan harus beradaptasi dengan sistem yang tak pernah dikenalnya sejak lama, bahkan mungkin sejak menginjakan kaki di akademi La Masia. Alhasil, performa Busquets sejauh ini menurun.

Selain belum terbiasa dengan sistem double pivot, Busquets sudah menua dan memang performanya diklaim menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Sementara bagi Frenkie, selain masih muda, ia sudah terbiasa dengan pakem dua DMF dan formula ini disokong sepenuhnya oleh formasi Koeman di Barcelona.

Ketiadaan pola diamond dan ‘segitiga’ saat melakukan build-up

Sejak direvolusi oleh Guardiola, Barcelona selalu mengawali build-up permainan dari lini paling belakang, yakni penjaga gawang. Dua bek sayap melebar jauh ke sisi terluar lapangan, nyaris menyentuh garis. Dua bek tengah melebar ke samping agar tersedia ruang terbuka di tengah bagi seorang defensive midfielder, biasanya Busquets, untuk meminta bola.

Apabila kita tarik garis dari posisi kiper ke dua bek tengah di kiri dan kanan, lalu ke gelandang bertahan yang sejajar secara vertikal dengan penjaga gawang di depan dua bek tengah tadi, maka kita akan melihat pola diamond. Pola ini kemudian bisa kita bagi lagi ke bagian terkecil, yakni pola segitiga.

Dalam bentuk diamond, terdapat setidaknya empat probabilitas terciptanya pola segitiga:

  • antara kiper dengan kedua bek tengah,
  • antara kedua bek tengah dengan satu gelandang bertahan,
  • antara kiper, satu gelandang bertahan dan satu bek tengah di sebelah kanan,
  • antara kiper, satu gelandang bertahan, dan satu bek tengah di sebelah kiri.

Akan tetapi dengan formasi 4-2-3-1 di bawah asuhan Koeman pola diamond itu tidak terlihat lagi karena jumlah gelandang bertahan menjadi dua pemain. Konsekuensinya, pola-pola segitiga di atas juga hilang.

Di atas kertas, yang ada adalah pemain double pivot (Busquets dan Frenkie) berada sejajar dengan dua bek secara vertikal. Alih-alih segitiga, polanya kali ini menjadi persegi. Formula ini menghambat proses pembangunan serangan.

Kalaupun dua bek tengah melebar dan double pivot meminta bola dari kiper, alur operan menuju double pivot sering kali terlebih dulu ditutup oleh lawan yang memainkan dua striker yang ditugaskan untuk melakukan pressing tinggi. Solusinya sejauh ini adalah ketika bola sudah dikuasai bek tengah, alur build-up diarahkan ke arah bek sayap.

Jalan keluar lainnya sering kali adalah salah satu dari gelandang bertahan berinisiatif meminta bola ke area lebih tengah (sejajar vertikal dengan kiper) sedangkan satu lainnya mencari ruang kosong di area lain.

Dengan demikian, cara kerja build-up-nya sebetulnya sama saja seperti ketika bermain dengan single pivot. Ujung-ujungnya penerapan strategi double pivot jadi tak berarti.

Permasalahan yang tak kalah ruwet adalah ketika salah satu dari double pivot harus memutuskan siapa yang harus menjorok ke dalam untuk meminta bola dari kiper atau bek. Dalam hal ini, Sergio Busquets sering kali kebingungan dan canggung karena pola permainan ini tidak familiar baginya.

BACA JUGA: Tribe Tank: Analisis Masalah yang Jarang Diperhatikan Para Pelatih dan Tips untuk Solusi yang Tepat