Suara Pembaca

Redupnya La Masia, Maraknya Transfer Dagelan di Barcelona

Tidak ada yang menyangkal bahwa Barcelona lewat akademi La Masia adalah salah satu ladang pembibitan pesepak bola jempolan.

Fondasi filosofi dan teknik La Masia banyak mendapat sumbangan dari Johan Cruyff semasa menukangi Blaugrana.

Era kepelatihannya yang disebut sebagai The Dream Team-nya Barcelona disokong oleh lokalan La Masia seperti Guillermo Amor dan hingga Guardiola. Hasilnya: Piala Champions pertama Barcelona dan gelar LaLiga pertama dalam dua dekade.

Estafet La Masia diteruskan oleh para suksesornya. Masih membekas di ingatan kita, tujuh dari sebelas pemain pada skuat final Liga Champions 2011 di bawah asuhan Guardiola berasal dari La Masia.

Timnas Spanyol pun kecipratan berkahnya. Pada final Piala Dunia 2010, enam alumni akademi Barcelona masuk sebagai starting eleven dan berhasil membawa pulang trofi Piala Dunia.

Tito Vilanova, suksesor Pep Guardiola, pun sama. Momen paling monumental adalah saat dia memulai laga dengan skuat all-La Masia kala menyambangi kandang Levante pada November 2012.

BACA JUGA: Mengenang Romansa Kejayaan Barcelona di Wembley (Bagian 1)

Hijaunya ladang La Masia mulai meranggas pasca era Villanova. Fasilitas jadul La Masia yang ditutup tahun 2011,  dipindahkan ke sarang kepelatihan yang lebih modern di Ciutat Esportiva Joan Gamper menjadi salah satu alasan kuat redupnya La Masia.

Namun jelas yang paling berpengaruh adalah para entrenador yang ogah memberi jam terbang pada pemain-pemain “hijau” La Masia. Sebagai gantinya, Blaugrana mulai melancarkan serangkaian transfer dagelan.

Maraknya transfer dagelan

Memang benar bahwa Barcelona tidak sepenuhnya menggunakan produk La Masia sebagai penyusun skuat utama dan itu adalah hal yang wajar.

Romario, Figo, hingga Eto’o pun pemain impor. Namun manuver perekrutan pemain di luar akademi menjadi kebiasaan kala Barcelona dipimpin oleh Sandro Rosell. Mulai dari Ibrahimovic hingga medioker sekelas Chygrynskiy yang ditebus 25 juta euro merupakan ulah kepemimpinannya. 

Satu mega transfer di bawah kepemimpinannya yang cukup membuat Cules berjingkat ialah keberhasilan menggaet Neymar dengan menyingkirkan pesaingnya, Real Madrid. Transfer yang menuai skandal keuangan inilah yang menyeret Rosell turun dari takhtanya.

BACA JUGA: Mengenang Romansa Kejayaan Barcelona di Wembley (Bagian 2)

Previous
Page 1 / 4