Suara Pembaca

Melawan Rezim Pemerintahan ala Megan Rapinoe

Di antara semua pencapaian olahraga yang beririsan dengan politik di abad 20 dan 21, apa yang dilakukan oleh timnas wanita Amerika Serikat, merupakan salah satu yang paling “gila”.

Bahkan, orang membandingkanya dengan apa yang dilakukan oleh Muhammad Ali. Kala itu, Ali memberikan gelar juara tinjunya secara percuma, karena tidak mau di-draft ke dalam perang Vietnam. Ali yang kehilangan gelar juaranya, kemudian bertanding dan merebut kembali gelar juaranya. 

Timnas yang dipimpin oleh Megan Rapinoe ini berhasil menyita perhatian publik dunia, dengan berbagai kontroversi dan prestasinya.

Bagaimana tidak, di tengah kegelisahan warga Amerika terkait kebijakan-kebijakan kontroversial yang dibuat oleh Donald Trump, mereka hadir bak oase di tengah gurun pasir.

Mereka hadir sebagai “oposisi” terkait kebijakan-kebijakan Trump yang kontroversial, terutama mengenai kesetaraan gender dan rasisme.

Termasuk Rapinoe, beberapa penggawa dari timnasita Amerika merupakan kelompok LGBTQ. Trump yang tidak suka dan kerap menyudutkan kelompok LGBTQ, sering mendapat kritik dan perlawanan dari Rapinoe dkk.

BACA JUGA: Adakah Masa Depan bagi Para Kartini Lapangan Hijau?

Terlebih sejak 2009, Rapinoe sudah menjadi aktivis sekaligus advokat bagi banyak kelompok LGBTQ. Salah satunya adalah Gay, Lesbian & Straight Education Network (GLSEN) dan Athlete Ally. 

Wanita yang bermain di klub OL Reign ini merupakan panutan bagi para rekan-rekannya di timnas, sekaligus sosok menginspirasi bagi orang-orang yang memiliki keresahan sama dengannya.

Selain skill olah bola yang tak diragukan lagi, Rapinoe juga memiliki pemikiran yang lugas, obrolan yang selalu tajam, serta tak pernah takut pada siapa pun, menjadikan dia dan Alex Morgan kapten yang tepat bagi Timnas Wanita Amerika.

Di balik pemilihannya sebagai kapten, Rapinoe sempat menuai protes dari para penggemar. Sebab, ia tak pernah mau mengumandangkan lagu kebangsaan Amerika sesaat sebelum pertandingan dimulai.

Ini merupakan aksi solidaritas dari para atlit Paman Sam, yang menuntut keadilan atas kekerasan polisi Amerika dan ketimpangan sosial berdasakan ras. Sebelumnya, aksi ini sempat dilakukan oleh atlet American Football, Colin Kaepernick pada pertandingan-pertandingan National Football League (NFL).

BACA JUGA: Semangat Biru dari Borneo

Previous
Page 1 / 3