Suara Pembaca

Mengenang Romansa Kejayaan Barcelona di Wembley (Bagian 1)

Stadion Wembley telah menjadi saksi dari suatu perpaduan yang manis antara olahraga, musik, dan perjuangan kemanusiaan. Tidak diragukan lagi, ia juga merupakan saksi dari sekian banyak keseruan, keharuan, kesedihan, kegirangan, pun kejayaan.

Termasuk kejayaan FC Barcelona yang pernah dua kali mengangkat tinggi trofi Liga Champions Eropa di langit Wembley.

Pada 20 Mei 1992, Johan Cruyff datang ke Wembley bersama anak-anak asuhnya yang disebut sebagai The Dream Team. Mereka melakoni laga final Liga Champions (waktu itu masih bernama Piala Champions) melawan Sampdoria yang kala itu diisi nama-nama tenar seperti Gianluca Pagliuca, Marco Lanna, Pietro Vierchowod, Ivano Bonetti, Gianluca Vialli, dan Roberto Mancini.

Sementara The Dream Team Barcelona diisi nama-nama seperti Andoni Zubizarreta, Ronald Koeman, Jose Mari Bakerro, Eusebio Sacristan, Txiki Begiristain, Andoni Gikoetxea, Hristo Stoichkov, Pep Guardiola, dan Michael Laudrup (yang kala itu belum berkhianat ke Real Madrid).

Barcelona kala itu tengah melambung sejak kedatangan (kembali) Cruyff ke Camp Nou. Mereka baru saja meraih gelar LaLiga dan Piala Super Spanyol semusim sebelumnya.

BACA JUGA: Andres Iniesta dan Hari yang Tak Terlupakan di Afrika

Cruyff memang memberi pengaruh besar kepada tim asal Catalan ini. Selain mematahkan dominasi Real Madrid yang telah menjuarai LaLiga selama lima musim beruntun dari 1985/86-1989/1990, ia juga membawa Barcelona menginjak lagi partai final Liga Champions setelah terakhir kali mereka melakukannya pada musim 1985/1986. Itu pun Barcelona harus menelan pil pahit setelah takluk dari Steaua Bucuresti dalam drama adu penalti.

Di pihak lain, Sampdoria tengah melambung. Di bawah kendali pelatih Vujadin Boskov, Sampdoria menjelma menjadi kekuatan baru di Italia. Mereka memang pernah takluk dari Barcelona di final Piala Winners 1989 dengan skor meyakinkan, 2-0. Namun, Sampdoria baru saja menjadi juara Serie A semusim sebelumnya, memenangi persaingan sengit melawan AC Milan, Juventus, Inter Milan, dan Napoli.

Jadi, bisa dipastikan bahwa partai final edisi terakhir Piala Champions ini akan berlangsung alot.

Benar adanya, partai final itu berlangsung seru. Barcelona beruntung memiliki Zubizarreta yang tangguh di bawah mistar gawang. Sampdoria pun mujur memiliki Pagliuca yang kokoh mengadang serangan bertubi-tubi Blaugrana.

BACA JUGA: Ketika Portsmouth Mengakhiri Dahaga Piala FA dalam 69 Tahun

Previous
Page 1 / 2