Eropa Spanyol

Menikmati Kegeniusan Sergio Busquets di El Clasico

Jika nama Sergio Busquets disebut dan gambaran pertama yang muncul di pikiran Anda berupa meme bahwa pemain ini tukang diving, Anda sepertinya harus lebih sering menonton Barcelona atau tim nasional Spanyol berlaga. Kegeniusan putra Carles Busquets ini sudah diakui oleh berbagai kalangan sebagai salah satu gelandang bertahan terbaik di dunia saat ini.

Penampilan nyaris sempurna pada laga El Clasico pertama musim 2017/2018 di Santiago Bernabeu, Madrid, adalah bukti kesekian kalinya pemain kelahiran 16 Juli 1988 ini sanggup memukau dunia. Andai tak terkena kartu kuning akibat melanggar Marcelo di babak kedua, Busquets berhak mendapat nilai tanpa cela. Ia adalah inspirator utama gol pertama yang dicetak Luis Suarez, gol yang menghancurkan pertahanan Real Madrid hingga akhirnya luluh lantak dengan skor 0-3.

Orang-orang pasti membicarakan finishing mantap Suarez, umpan silang tepat sasaran Sergi Roberto, atau bahkan solo run Ivan Rakitic yang membawa bola ke wilayah pertahanan Real Madrid menembus barikade lini tengah Los Blancos. Namun, semua sentuhan di depan gawang Keylor Navas itu tak akan terjadi tanpa gerakan dan operan elegan yang dimulai oleh Busquets.

Pemain bernomor punggung 5 ini dengan tangkas mematahkan serangan lawan, kemudian mengubah mode bertahan dalam dirinya menjadi mode menyerang. Dengan jeli ia melihat posisi Rakitic yang berdiri bebas, yang akhirnya berujung gol Suarez. Aksi Busquets ini mengundang pujian dari berbagai pengamat.

Pada tahun 2011 lalu, mantan bintang Barca, Xavi Hernandez, sudah lebih dulu memuji juniornya di akademi La Masia ini. “Sergio akan menjadi gelandang terbaik di dunia berkat kelihaiannya bermain dengan satu sentuhan. Dia tidak membutuhkan banyak waktu untuk memainkan bola.”

“Pada umumnya, pemain lain akan butuh minimal dua atau tiga sentuhan untuk membangun serangan. Namun, cara itu terlalu lambat,” sambung Xavi, seperti dikutip Guardian. “Sergio hanya perlu mengendalikan bola, melihat posisi kawan dan lawan, lalu memberi operan hanya dengan satu sentuhan.”

Bukti pujian dari Xavi itu sudah terlihat sebelumnya ketika Busquets bermain tanpa cela di final Liga Champions 2009 melawan Manchester United. Ketika itu, sang gelandang bertahan baru berusia 20 tahun tapi terlihat sangat dewasa dan tak ragu bertarung dengan Michael Carrick di lini tengah.

Lalu, ketika Marcos Senna, gelandang bertahan andalan tim nasional Spanyol di Piala Eropa 2008, memutuskan untuk pensiun, panggung Piala Dunia 2010 pun menjadi arena bermain bagi Busquets. Sebelum usianya menginjak 28 tahun, pemain dari kota Sabadell ini sudah merasakan semua gelar penting di dunia, dari La Liga, Liga Champions Eropa, Piala Eropa, dan Piala Dunia.

Pesona Busquets setidaknya masih akan dapat kita saksikan selama minimal lima tahun ke depan. Saat ini, sang pemain sedang berada dalam puncak permainannya. Menurut situsweb WhoScored, Busquets mencatatkan 91,5 persen operan sukses, yang dilengkapi satu gol dan dua asis dalam 22 penampilan hingga akhir Desember 2017.

Seperti kata pelatih legendaris Spanyol, Vicente del Bosque, “Jika Anda menonton pertandingannya, Anda mungkin tidak melihat Busquets. Namun jika Anda menonton Busquets, Anda melihat jelas jalannya keseluruhan pertandingan. ”

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.