Eropa Spanyol

Vicente del Bosque, Pelatih Pendiam yang Sukses Menghadirkan Trofi Piala Dunia ke Spanyol

“Del Bosque membawa kami ke langit ketujuh pada tanggal 12 Juli 2010. Ia selalu tenang selama masa-masa sulit, sehingga menjadi panutan para pemain dan pendukung Spanyol,” begitu komentar penjaga gawang legendaris Real Madrid dan tim nasional Spanyol, Iker Casillas.

Itu testimoni tulus Casillas terhadap mantan pelatihnya, Vicente del Bosque. Sang pelatih adalah sosok penting dalam menghadirkan gelar bersejarah kepada publik Spanyol, yaitu Piala Dunia 2010. Tepat pada tanggal 23 Desember 2017, pelatih legendaris itu merayakan ulang tahunnya yang ke-67.

“Kami mencintainya karena dia orang yang membuat segalanya begitu mudah. Vicente adalah karakter paling manusiawi yang pernah saya jumpai di ruang ganti,” tutur  , gelandang tim nasional Spanyol yang juga tergabung di skuat pemenang trofi Piala Dunia di Afrika Selatan tahun 2010 itu.

Sang pelatih memang dicintai di dalam maupun luar lapangan. Semasa bermain, del Bosque mencatatkan 339 penampilan untuk Real Madrid selama 11 musim. Berposisi sebagai gelandang, ia memenangkan lima gelar La Liga dan empat gelar Copa del Rey. Selain itu, ia juga mewakili tim nasional Spanyol sebanyak 18 kali.

Selepas mengundurkan diri pada tahun 1984, del Bosque langsung mengejar lisensi kepelatihan. Ia lalu dipercaya menangani Real Madrid B (Castilla) pada tahun 1987. Setelah itu, ia menjadi caretaker selama dua kesempatan. Kurang lebih satu dekade kemudian, barulah ia dipercaya sebagai pelatih kepala pada November 1999.

Gen pemenang sepertinya sudah mengalir dalam diri pria kelahiran Salamanca ini. Selama empat tahun menangani Los Merengues, del Bosque mempersembahkan dua gelar La Liga (musim 2000/2001 dan 2002/2003) serta dua trofi Liga Champions Eropa (musim 1999/2000 dan 2001/2002). Anehnya, presiden Florentino Perez menolak memperpanjang kontraknya terlepas dari sukses besar yang dibawa sang pelatih ke klub ibu kota Spanyol tersebut. Perez hanya menawarinya posisi sebagai direktur teknik, yang ditolak mentah-mentah oleh del Bosque.

Setelah menangani Besiktas di Liga Turki selama satu musim, yaitu musim 2004/2005, del Bosque memutuskan untuk beristirahat dari dunia kepelatihan. Namun, ia memutuskan untuk kembali ke dunia sepak bola ketika tugas negara memanggilnya pada tahun 2008.

Pada tahun tersebut, tim nasional Spanyol baru saja mengukir sukses keluar sebagai juara Piala Eropa 2008 berkat arahan pelatih Luis Aragonés. Del Bosque memikul beban meneruskan sukses Aragonés dengan ciri khas permainan ‘tiki-taka’ yang memukau dunia.

Seperti kita ketahui bersama, del Bosque sukses besar dan bahkan menorehkan prestasi lebih dahsyat ketika membawa La Furia Roja keluar sebagai juara dunia tahun 2010. Semua hasil gemilang ini diukirnya tanpa banyak bicara dan nyaris tanpa kontroversi atau sensasi apa pun.

Dua tahun kemudian, del Bosque memimpin Spanyol mempertahankan trofi Piala Eropa. Ia juga mempopulerkan strategi ‘false nine’ pada Piala Eropa 2012 tersebut, di mana skuatnya tidak memiliki penyerang tengah murni sehingga semua gelandang terlibat dalam proses mencetak gol.

Sayang, semua kehebatannya pudar di Piala Dunia 2014. Kekalahan telak Spanyol dengan skor 1-5 dari Belanda berujung berantakannya performa skuat del Bosque. Setelah dipastikan tak lolos dari babak penyisihan, sang pelatih pun mengajukan pengunduran diri untuk menikmati masa tuanya.

Sepanjang karier kepelatihannya, del Bosque juga telah menerima pengakuan dari UEFA sebagai pelatih terbaik Eropa tahun 2002, dan pelatih dunia terbaik pilihan FIFA untuk tahun 2012. Mantan gelandang Real Madrid asal Inggris, Steve McManaman, juga mengagumi sang pelatih dengan berkomentar, “Harus ada patung del Bosque di setiap kota Spanyol berkat jasa-jasanya untuk negara tersebut.”

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.