Cerita Nostalgia

Penyambung Nafas Leicester City, Leonardo Ulloa

Leonardo Ulloa adalah sosok yang mampu menciptakan gempa bumi ringan di King Power Stadium kala fans The Foxes melompat kegirangan untuk sebuah gol sederhana sarat makan yang ia cetak. Bukan sembarang gol, gol tersebut adalah penyambung nafas dan bagian dari penentu gelar juara Leicester City di musim itu gelar juara yang sepertinya sulit untuk mereka ulangi lagi.

Musim panas 2014, Leicester City memecahkan rekor transfer untuk mendatangkan seorang penyerang untuk menjadi pesaing Jamie Vardy di lini depan. Tak jelas disebutkan memang berapa mahar yang perlu dirogoh The Foxes untuk mendatangkan mantan pemain Almeria ini.

Walau belakangan terkuak diangka lebih dari 10 juta euro, namun kedatangannya sudah cukup membuat keheranan para pendukung Leicester City, siapakah sosok Leonardo Ulloa yang ditebus sebegitu mahal dan seperti apa kualitasnya?

BACA JUGA: 2 Mei: Dilly Ding Dilly Dong dan Dongeng Leicester City Pun Lahir

BACA JUGA: Lebih Dekat dengan Akademi Sepak Bola Jamie Vardy (V9)

Di musim pertamanya bersama Nigel Pearson sebagai entrenador, pemain yang didatangkan dari Brighton & Hove Albion itu tampil sebanyak 37 pertandingan liga dengan mencetak 11 gol.

Di samping itu, pemain asal Argentina yang kemarin merayakan ulang tahunnya ke-34 juga berperan dalam keberhasilan juara EFL Championship 2013/14 tersebut untuk tetap bertahan di kasta tertinggi sepak bola Inggris setelah berjuang mati-matian melewati zona degradasi.

Tak banyak orang yang mengenal Leonardo Ulloa karena secara keseluruhan. Karier pemain yang saat ini memperkuat Rayo Vallecano itu tak begitu mentereng. Pada musim 2015/16, musim yang dapat disebut sebagai musim sensasional untuk Leicester City sepanjang sejarah klub berdiri, Ulloa menjadi figur penting.

Di musim itu The Foxes berhasil mematahkan asumsi dan membuat berbagai rumah judi bangkrut atas ketidakterdugaan mereka merengkuh gelar Liga Inggris. Menariknya meski tak menjadi pilihan utama di skuat asuhan pelatih gaek asal Italia, Claudio Ranieri, kala itu tak membuat Leonardo Ulloa kehilangan peran.

Hanya mencetak 6 gol dari 29 pertandingan yang ia mainkan sepanjang musim, gol demi gol yang ia cetak di musim itu merupakan gol-gol yang krusial dalam perjalanan dongeng The Foxes.

Pertandingan menjamu West Ham di King Power Stadium tepatnya pada pekan ke-34, seolah akan menjadi pertandingan mudah untuk Leicester City mengingat tren mereka yang sedang bagus-bangusnya.

Petaka bagi The Foxes datang di menit ke-56 kala penyerang andalan mereka, Jamie Vardy, mendapat kartu kuning kedua oleh atas aksi diving yang ia lakukan. Sadar harus segera melakukan perubahan, Ranieri justru memasukan Leonardo Ulloa untuk menggantikan penyerang lainnya, Shinji Okazaki, tiga menit berselang.

Namun siapa yang menyangka sosok jangkung tersebut menjadi pahlawan di akhir laga berkat gol penaltinya di menit ke-95. Mencetak gol penalti di menit terakhir pertandingan dalam posisi tertinggal kala itu jelas membutuhkan mental yang kuat, dan Leonardo Ulloa berhasil mengeksusinya untuk membuktikan kualitas dan kepercayaan yang telah diberikan Ranieri kepadanya.

Menurut Ranieri dilansir The Independent kala itu, golnya secara psikologis berpengaruh besar pada laju Leicester City untuk tak lengah hingga akhir musim. Sosok yang kemarin berusia 34 tahun itu telah meninggalkan memori indah bagi Leicester City dan para pendukungnya di seluruh dunia.

BACA JUGA: Kisah Tiga Penalti Andriy Shevchenko

Sorak sorai pendukung Leicester City pecah melihat golnya, kepalan tangan dan teriakan pemain asal Argentina adalah manifestasi selebrasi dari perjuang tanpa lelah The Foxes untuk terus bermain maksimal dan tidak kehilangan poin.

Pertandingan berakhir imbang 2-2. Satu poin yang sangat berharga untuk Leicester City dan sebuah gol sederhana dari Leonardo Ulloa yang akan selalu diingat publik King Power Stadium karena lewat hasil seri The Foxes tetap menjaga jarak dengan Spurs yang berada di peringkat kedua.

Ulloa menjadi bagian penting dongeng besar dalam sejarah sepak bola. Namanya memang tak sementereng Jamie Vardy, N’Golo Kante, atau pun Riyad Mahrez yang menjadi buah bibir kala itu.

Namun akan sangat naif bagi Leicester City untuk mengesampingkan peran penyambung nafas mereka. Selamat ulang tahun, The Cyclone Leonardo Ulloa!