Eropa Inggris

Lebih Dekat dengan Akademi Sepak Bola Jamie Vardy (V9)

Menjadi pesepak bola profesional dan bermain di klub ternama adalah sebuah impian. Setiap pemain bola yang baru merintis tentu ingin seperti Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi. Tetapi, tentunya jalan yang ditempuh tidak mudah. Kita bisa saja terkagum-kagum dengan tendangan Zinedine Zidane dan David Beckham, namun, kita lupa bahwa kemampuan mereka diasah dengan proses latihan bertahun.

Sadar akan perjuangan dirinya sebelum terkenal seperti sekarang, penyerang Leicester City asal Inggris, Jamie Vardy, bukanlah sosok orang yang lupa diri. Dia rela mengeluarkan dana pribadi sebesar 100 ribu paun untuk mencari bintang-bintang sepak bola dari klub non-liga yang bisa diarahkan menjadi pemain profesional seperti dirinya.

Seperti kita tahu, Leicester City bukanlah klub yang bergelimang uang seperti Chelsea dan Manchester United. Tetapi, The Foxes berhasil juara Liga Primer Inggris 2015/2016 dan melaju ke perempat-final Liga Champions Eropa 2016/2017. Agak disayangkan di musim ini, prestasi Vardy dan kawan-kawan justru jeblok, namun mereka masih bisa selamat dari degradasi.

Perjuangan Vardy sendiri juga sama, tidak mudah. Menjalani kehidupan sebagai buruh pabrik sekaligus main di liga amatir bertahun-tahun, mengalami diputus kontrak, sempat hanya dibayar 30 paun (sekitar 600 ribu rupiah) per pertandingan, nasib Vardy berubah drastis setelah Leicester promosi ke Liga Primer musim 2014/2015.

Setiap orang punya potensi

Selama tanggal 5 Juni hingga 9 Juni lalu, ada 42 pemain amatir yang tiba di kompleks pelatihan Manchester City. Vardy juga melibatkan para pemandu bakat dari seluruh Inggris dan juga Jerman serta Belanda, untuk menyaksikan para pemain amatir ini bermain melawan rekan mereka dan juga melawan dua klub dari Wales. Tidak tanggung-tanggung, ada sekitar 60 pemandu bakat yang memantau pelatihan ini.

Beberapa pemain ini juga mengalami kisah yang tak kalah (bahkan lebih tragis) dari Vardy. Liam Bateman, misalnya. Mengalami cedera berkepanjangan, kariernya berakhir dan agennya meninggalkannya. Akhirnya paman Bateman memberi tahu informasi mengenai V9. Bateman kemudian mengajukan lamaran, dipanggil untuk menunjukkan kemampuannya dan mendapat undangan untuk hadir bersama pemain lain di kompleks latihan Manchester City.

Vardy yakin di luar sana masih banyak bakat yang belum terlihat oleh para pemandu bakat. Para pemain sambilan ini tentu berharap bisa seperti Vardy, Wayne Rooney atau Harry Kane yang bersinar di Liga Primer. Memang persaingan tidak mudah, tetapi tentunya para pemain amatiran ini berharap masih ada masa depan yang cerah buat mereka di kemudian hari.

Tidak ada kata terlambat

Upaya Vardy akhirnya berbuah manis. Dari lima hari menjalani pelatihan dan laga persahabatan, muncul bakat baru. Namanya Danny Newton dan tak jauh-jauh, asalnya dari Leicester dan bekerja sebagai buruh pabrik. Newton yang berusia 26 tahun mendapat kontrak profesional dari klub strata bawah (League Two), Stevenage.

Saat John Morris (agen Vardy dan salah satu pendiri V9) memberi tahu Newton mendapat kontrak di Stevenage, Vardy benar-benar terharu. Morris sendiri juga mengatakan bahwa akademi ini membuktikan banyak sekali pemain non-liga dengan kualitas selevel Liga Primer. Danny Newton adalah contoh perjuangan pantang menyerah untuk mengejar mimpi bermain di klub profesional.

Jamie Vardy menunjukkan bahwa dia sosok yang membumi, yang sadar betapa segala yang dia peroleh saat ini bukan didapat dengan mudah. Dan dia ingin bisa membantu orang-orang yang bernasib serupa untuk bisa mendapat kesempatan lebih baik seperti dirinya. Contoh yang baik bagi kita semua untuk tidak menyerah dengan keadaan, terus mengejar mimpi dan tidak lupa diri saat berada di puncak keberhasilan.

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)