Awal bulan lalu Zlatan Ibrahimovic bersitegang dengan CEO AC Milan, Ivan Gazidis. Jika menengok sejarah Ibra dan sifat bengalnya tentu tidaklah heran. Namun pilihan “lawan” yang kali ini dipilih oleh penyerang jangkung ini agaknya merupakan sebuah kejutan.
Kejadian tersebut bermula saat Gazidis mengunjung kompleks latihan klub di Milanello untuk mengumumkan keputusan pemotongan gaji para pemain akibat pandemi COVID-19. Namun komentar tajam keluar dari mulut Ibra kepada Gazidis yang kabarnya tak terlihat di dalam tim sejak 4 Mei.
“Ke mana saja Anda selama ini dan baru kelihatan 48 jam sebelum semi-final? Ini bukanlah Milan. Terlalu banyak ketidakpastian,” pungkasnya sebagaimana disadur akurat.co dari Corriere dello Sport.
Kritik pedas Ibra bukanlah hal baru. Penyerang asal Swedia ini memang dikenal sosok yang temperamen baik di dalam maupun di luar lapangan, layaknya petinju yang menghujamkan pukulan demi pukulan kepada lawannya ia tak berhenti hingga sang lawan tersungkur K.O.
Bahkan disadur milantalk.com dari La Gazzetta dello Sport, Ibra sampai mengatakan bahwa: “Ini bukan Milan-ku lagi, tidak ada proyek lagi. Jika aku bertahan di sini, itu karena aku ingin melampiaskan gairah(sepak bola)ku.”
Pernyataan tersebut merupakan luapan amarah yang memuncak dibarengi rentetan hasil negatif Il Diavolo sejak kedatangannya kembali ke kota mode. Frustasi dan kekecewaan Ibra dimulai sejak Zvonimir Boban mengundurkan diri dari direksi AC Milan. Ibra juga mengancam pergi dari San Siro di musim panas ini, pun memang kontraknya hanya berdurasi singkat dan belum terlihat kesepakatan perpanjang kontrak antara kedua belah pihak.
Menariknya friksi di antara Ibra dan Gazidis ini bahkan akan membuat salah satu dari keduanya pergi, entah sang penyerang atau bisa saja eks CEO Arsenal tersebut yang harus mencari pelabuhan baru. Terlebih Ibra merupakan sosok yang memiliki karakter dan kepemimpinan yang kuat di dalam ruang ganti.
Meski Gazidis telah meminta maaf secara personal terhadap penyerang tersebut belum tentu juga direksi Milan akan melunak dan menganggap “pukulan” Ibra hanyalah gertak sambal agar kontraknya diperpanjang AC Milan.
Karier “Tinju” Zlatan Naik Kelas
Zlatan Ibrahimovic memang tak mau jauh-jauh dari sensasi dan keributan. Bukan pertama kali ia mengeluarkan pernyataan kontroversial atau bahkan terlibat adu mulut serta kontak fisik dengan orang-orang di sekitarnya, entah lawan maupun kawan. Menariknya yang menjadi “lawan” Ibra tak hanya pemain, tetapi juga pelatih dan kini CEO AC Milan, Ivan Gazidis.
Sebelum pertarungan Ibra Gazidis tersaji, mantan bek Milan dan timnas Amerika Serikat, Oguchi Onyewu, sudah lebih dulu bertarung dengan Ibra (dalam artian sebenarnya) di Milanello. Keduanya memulai pertarung dengan adu mulut sebelum akhirnya Onyewu mencekik leher Ibra. Nahas bagi eks pemain Twente dan Malaga tersebut tulang rusuknya dipatahkan Ibra yang juga memiliki sabuk hitam taekwondo.
Dalam autobiografinya Ibra bahkan menulis: “Aku menanduknya, lalu kami bertarung hebat. Kami sama-sama ingin menghabisi lawan saat itu. Sungguh brutal! Kami berguling-guling, memukul dan saling menekel. Itu sungguh gila, seperti di antara hidup dan mati.” Bukan hanya pelatih Milan kala itu, Massimiliano Allegri, yang melerai keduanya tapi wakil presiden Adriano Galliani pun turun tangan mengatasi konflik internal tim.
Bakat “bertinju” Ibra sebenarnya sudah dimulai saat dia merantau ke Ajax Amsterdam. Tak tanggung-tanggung, Rafael van der Vaart langsung jadi lawan pertama pemain keturunan Bosnia-Herzegovina tersebut. Ibra secara tidak sengaja mencederai van der Vaart dalam sebuah sesi latihan di 2004. Kemarahan eks pemain Real Madrid tersebut memuncak hingga ia mengatakan kepada awak media bahwa Ibra sengaja melakukannya.
Ibra sendiri sudah meminta maaf, namun hubungan keduanya kurang baik hingga Ronald Koeman harus turun tangan. Saat keduanya dipertemukan Koeman dan van der Vaart sekali lagi merajuk dengan yang dilakukan Ibra, Ibra secara mengejutkan memberikan respon, “Jika kau terus menghinaku, akan kupatahkan kedua kakimu kali ini dengan sengaja!”
Namun nasib van der Vaart sedikit lebih beruntung dibanding yang didapatkan mantan bek Toulouse, Jonathan Zebina, saat menjadi rekan setim Ibra di Juventus. Kali ini Zebina yang menjadi pesakitan karena menekel Ibra di dalam sesi latihan. Tanpa panjang lebar Ibra langsung memukul wajah Zebina hingga sang pemain tersungkur K.O. Menariknya nasib mempertemukan mereka kembali saat Ibra hijrah ke Ligue 1 dan hubungan keduanya tak pernah membaik.
Satu yang menarik adalah momen balas dendam Ibra kepada Marco Materazzi yang pernah menekelnya dulu kala bermain di Juventus. Keduanya sempat menjadi rekan setim kala membela Inter Milan, namun momen tersebut datang di Derbi Milan pada November 2010 saat Ibra sudah hijrah ke AC Milan.
Pada menit ke-55 Ibra yang berhadapan satu lawan satu dengan Materazzi mengangkat tinggi kakinya di udara sembari memperagakan jurus taekwondo, sontak Materazzi pun terjatuh dengan memegangi badannya. Ya, kali kedua ia tersungkur setelah insiden di Jerman 2006 lalu. Menariknya usai pertandingan Ibra berkelakar bahwa ia menantikan momen ini empat tahun yang lalu.
Seperti petinju yang naik kelas “lawan” Ibra pun bertambah berat dari pemain menuju pelatih. Beberapa nama sempat cekcok mulut dengan penyerang jangkung ini, namun salah satu yang diingat mungkin perseteruannya dengan Pep Guardiola. Satu pernyataan yang menghancurkan kariernya di Barcelona saat ia berkata, “Anda pengecut. Anda tak akan bisa menyamai Mourinho,” di depan Pep saat laga melawan Villarreal.
Sontak hal itu membuat hubungan keduanya memburuk, Pep bahkan tak berbicara kepada Zlatan setelah itu. Keduanya kembali bertemu di Liga Inggris saat Zlatan membela Manchester United yang dilatih oleh… Jose Mourinho.
Kini yang teranyar Ivan Gazidis menjadi lawan terbaru Ibra. Posisinya jelas di atas pemain dan pelatih, namun kali ini akankah Zlatan memenangkan “pertarungan” tersebut dengan memukul K.O. pria kelahiran Afrika Selatan tersebut?