Cerita

Zlatan Ibrahimovic: Dari Pencuri Sepeda Sampai Jadi Dewa Sepak Bola

Suatu hari, Zlatan kecil dihadiahi sepeda BMX oleh saudaranya. Saking senangnya dengan hadiah itu, ia menamainya Fido Dido, sebuah karakter film kartun yang sangat digemarinya. Sepanjang hari, Zlatan Ibrahimovic seringkali menghabiskan waktunya bersama Fido Dido di atas aspal, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain.

Zlatan dan Fido Dido tidak bisa dipisahkan, layaknya dua sejoli yang masih hangat menjalin asmara. Di mana ada Zlatan, di situ ada Fido Dido. Akan tetapi, kebersamaan keduanya tak berlangsung lama. Fido Dido hilang dicuri ketika diparkir di depan pemandian umum.

Ayah Zlatan pun datang ke tempat kejadian perkara, mencoba mengorek informasi tentang pencurian itu, tapi sama sekali tak membuahkan hasil. Fido Dido tetap lenyap dan tidak ditemukan hingga kini, tapi kejadian itu juga memiliki andil besar dalam karakter bengal Zlatan Ibrahimović.

Zlatan sangat terpukul dengan raibnya Fido Dido, dan hebatnya ia melampiaskan kekesalannya dengan cara yang sama dengan hilangnya sepeda kesayangannya, yaitu mencuri sepeda. Dalam autobiografinya yang berjudul I Am Zlatan Ibrahimović, pemain berpostur tinggi besar ini menceritakan keahliannya mencuri sepeda dengan sangat bangga. “Aku sangat ahli dalam hal itu. Bang, bang, bang aku hancurkan kuncinya, dan sepeda itu jadi milikku”, tulis Zlatan.

Antara kontroversi dan prestasi

Kontroversi dan prestasi, dua hal yang sangat bertolak belakang, tetapi Zlatan dapat menyejajarkan keduanya dalam karier panjangnya yang bergelimang trofi. Dulu menjadi pencuri, kini bergelimang trofi. Di suatu hari ia berkelahi, di hari lain ia berselebrasi. Di suatu tempat ia mengumbar kritik, di tempat lain ia membungkam kritik yang tertuju padanya.

Itulah Zlatan Ibrahimović. Seorang raja gol, dewa lapangan hijau, dan tuhan di lapangan hijau.

Ia menolak trial di Arsenal dan dengan angkuhnya berkata “Zlatan tidak mengikuti audisi”. Ia mencaci maki Pep Guardiola di auotobiografinya dengan menyebut pelatih berkepala plontos itu pengecut. Ia juga mengkritik wasit secara terbuka di Ligue 1, dan jangan lupakan “kebiasannya” berkelahi dengan sesama pemain, baik rekan maupun lawan.

Zlatan Ibrahimović bisa dibilang adalah versi elite dari Antonio Cassano. Mereka sama-sama bengal, sering menuai kontroversi, tetapi ada dua perbedaan mencolok dari keduanya: kejayaan dan kesetiaan pada pasangan.

Baca juga: Ti Amo, Fantantonio!

Saya belum pernah bertemu Zlatan, tapi dilihat dari jauh saja bisa dikatakan bahwa pemain yang satu ini sangat rumit. Ia berkali-kali pindah klub, berganti-ganti domisili, tapi tetap setia pada satu pasangan. Di era pesepak bola top Eropa saat ini, sangat sulit menemukan pemain seperti Zlatan. Beberapa pemain bahkan tega menikung rekannya sendiri, tetapi Zlatan tetap setia pada Helena Seger.

Terlepas dari segala ucapan kontroversialnya, Zlatan juga bisa dijadikan teladan dalam kebebasan berpendapat. Ia tak sungkan untuk membanggakan dirinya sendiri, tapi ia juga bisa membuktikan bahwa dirinya memang pantas dibanggakan. Contohnya adalah frasa God of Manchester yang ia dengungkan saat baru bergabung dengan Manchester United.

Dalam bahasa Jawa, karakter Zlatan ini terkenal dengan istilah “sembodo”.

Sosok panutan Zlatan

Dalam autobiografinya, Zlatan mengatakan bahwa di dunia ini hanya ada dua pelatih yang ia kagumi, yakni Fabio Capello dan Jose Mourinho. Namun, relasinya dengan nama terakhir berlangsung lebih lama di lapangan hijau ketimbang kerjasamanya dengan Capello. Pertama kali dipertemukan di Internazionale Milano, Zlatan dan Mourinho kembali berjumpa di Manchester United sejak musim lalu.

Mourinho pula yang menjadi alasan utama Zlatan untuk menerima pinangan Manchester United. Ia rela melepas kesempatan bermain di Liga Champions demi bereuni dengan Mourinho, dan ia juga berani mengambil resiko gagal bersinar di Liga Primer Inggris hanya demi bekerja lagi di bawah arahan Mourinho.

Baca juga: Zlatan Ibrahimovic: Sebuah Narasi yang Belum Selesai

***

Dalam mitologi Yunani, tidak ada dewa tunggal di dunia ini. Semua dewa menjalankan tugasnya masing-masing demi kebaikan manusia, begitu pula dengan Zlatan.

Ia kerap disebut-sebut sebagai dewa sepak bola karena keajaibannya dalam menghadirkan trofi di klub yang dibelanya, juga karena kehebatannya dalam menciptakan gol-gol spektakuler di luar nalar. Namun, kehebatannya itu tidak datang begitu saja. Ada sosok “dewa” lain yang berperan besar dalam kesuksesan Zlatan, seperti Mourinho sang pelatih favorit, Helena Seger sang istri, dan Ronaldo Luis Nazário de Lima sang idola.

Terakhir, jangan lupakan peran krusial Mino Raiola dalam terjalinnya kesepakatan transfer Zlatan ke klub-klub elite Eropa. Meski terkenal sebagai agen yang licik, tapi ia hampir tidak pernah merugikan Zlatan, sehingga keduanya memiliki hubungan yang sangat baik.

Saya katakan “hampir”, karena Mino pernah membuat Zlatan lupa mematikan Xbox-nya selama tiga minggu. Kejadian itu terjadi ketika Zlatan masih bermain di Ajax. Mino mengabarkan secara mendadak bahwa kesepakatan transfer sudah terjalin dengan Juventus, dan Zlatan yang sedang bermain Xbox harus bergegas terbang ke Turin saat itu juga untuk menandatangani kontrak.

Selamat ulang tahun, Zlatan!