Eropa Inggris

Ivan Gazidis: Dicinta dan Dibenci Para Gooner

Seperti yang sudah jamak terjadi, relasi antara dewan direksi (pemilik klub, manajemen atau presiden klub) dengan suporter biasanya penuh dinamika. Ada suka, namun juga tak sedikit yang relasinya keduanya dipenuhi bumbu-bumbu amarah yang berkecamuk. Ada sudut pandang berbeda yang menjadi jurang terbesar antara suporter dan dewan direksi di dalam klub.

Saya ambil contoh dua klub besar Eropa, Barcelona dan Manchester United. Josep Bartomeu tengah digoyang karena kebijakan transfernya yang melenceng dari ideologi klub dan mulai berkurangnya kesempatan bagi para alumnus La Masia untuk menembus tim utama Blaugrana. Sang presiden juga tengah dirisak dari berbagai arah oleh suporter karena mes que un club yang digaungkan El Barca mulai memudar.

Di Manchester United, situasi tak kalah pelik juga muncul, walau tak selamanya nampak di permukaan. Berdirinya FC United of Manchester misalnya, dilatarbelakangi kekecewaan segelintir suporter Setan Merah yang muak dengan kepemimpinan keluarga Malcolm Glazer yang menjadikan Setan Merah dari Inggris sebagai sapi perah dalam roda bisnis yang besar.

Dan dengan beberapa contoh tersebut, tersembullah nama Ivan Gazidis, chief executive Arsenal. Bila rantai komando diurutkan secara jelas, selain dewan pemilik saham The Gunners yang terbagi dalam beberapa pemilik, nama Gazidis adalah orang terkuat kedua di dalam klub setelah para pemegang saham.

Sejak tahun 2009, nama pria dengan kewarganegaraan Yunani dan Afrika Selatan ini resmi menjadi chief executive, menggantikan posisi David Dein, orang kepercayaan dan salah satu soulmate terbaik Arsene Wenger setelah the one and only, Pat Rice.

Previous
Page 1 / 3