Eropa Spanyol

Senjakala La Masia

Kelindan nasib Gerard Deulofeu dan Barcelona mewarnai berbagai media beberapa hari ini. Berkembang di Everton, dan semakin dewasa di AC Milan, Barcelona berniat memulangkan salah satu lulusan La Masia tersebut. Tak hanya Deulofeu, El Barca juga masih lekat memerhatikan perkembangan Hector Bellerin di Arsenal. Dan musim panas kali ini, beberapa kali, Barcelona berusaha membujuk bek kanan asal Spanyol tersebut untuk pulang.

Untuk urusan Deulofeu, manajemen Barcelona masih punya klausul pembelian kembali dengan nilai 12 juta euro. Namun untuk Bellerin, Barcelona harus mengeluarkan banyak dana, belum menghitung resistensi Arsenal. Pun dengan sikap si pemain yang masih belum yakin dengan prospek kembali ke rumah lamanya. Selain karena kebutuhan skuat, memulangkan Bellerin adalah usaha Barcelona menjaga pertalian hubungan antara akademi dan tim utama. Deulofeu dan Bellerin memang hengkang karena sebab yang berbeda. Namun yang pasti, DNA La Masia terasa semakin tipis di dalam skuat raksasa Catalan tersebut.

Saat ini, boleh dibilang, angkatan La Masia 1987 yang menjadi tulang punggung skuat ada dalam diri Lionel Messi dan Gerard Pique. Selain mereka berdua, boleh dibilang hanya Jordi Alba yang rutin bermain. Sergi Roberto harus mau bermain sebagai bek kanan lantaran kesempatannya bermain akan terbatas karena keberadaan Xavi dan Iniesta.

Sementara itu, Rafinha, saudara Thiago Alcantara, tak kunjung mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari manajemen. Bahkan, Barcelona mendatangkan Andre Gomes dan Denis Suarez dalam usaha mereka menutup kepergian Xavi dan Iniesta yang semakin menua. Masalah akan semakin besar mengingat Messi dan Pique sudah terbilang tidak muda lagi. Keduanya sudah berusia 30 tahun, dan belum memiliki penerus yang sepadan dari La Masia. Deulofeu? Jujur saja, meskipun bertalenta, Deulofeu masih jauh dari level yang dipatok oleh Messi.

Memutar waktu ke belakang, La Masia punya banyak nama potensial yang (seharusnya) kelak bisa meneruskan kerja Messi, Pique, dan Iniesta. Salah satu angkatan yang penuh talenta adalah La Masia 1995. Mulai dari Bellerin, Macky Bagnack, Pol Garcia, Alex Grimaldo, John Toral, Keita Balde, Antonio Sanabria, Sandro, Sergi Samper, dan Munir El Haddadi.

La Masia angkatan 1995 sangat diharapkan bisa meneruskan seniornya, mewarnai tim utama Barcelona. Bahkan, La Masia 1995 sudah menunjukkan potensinya dengan menjuarai Nike Premier Cup tahun 2011 yang digelar di Old Trafford. Namun, Barcelona tak bisa berbuat banyak ketika beberapa pemain memutuskan hengkang dari akademi.

Bellerin dan Toral diboyong Arsene Wenger ke Arsenal, Pol Garcia berlabuh ke Juventus, Keita Balde menjadi andalan Lazio, Alex Grimaldo menjadi milik Benfica, Antonio Sanabria berkembang bersama Sassuolo sebelum akhirnya resmi diboyong Real Betis, dan yang Sandro semakin matang bersama Malaga sebelum diboyong Everton. Sergi Samper dan Munir masih berstatus pemain Barcelona. Namun masa depan keduanya pun patut dipertanyakan. Mampukan mereka kuat menanggung ekspektasi ketika mendapat mandat bermain di tim utama? Bagaimana dengan kesempatan bermain, apakah akan datang?

Samper adalah salah satu gelandang bertahan dengan potensi besar di Spanyol. Sementara itu, menggeser tempat Sergio Busquets di skuat utama akan menjadi pekerjaan yang begitu berat untuk dirinya. Hal ini juga yang menyebabkan pemain-pemain seperti Deulofeu atau Christian Tello memutuskan hengkang karena sulit menembus dominasi Messi, Pedro, dan David Villa kala itu. Seperti Samper, Munir El Haddadi juga masih milik Barcelona. Namun, mengingat keberadaan Neymar dan Luis Suarez yang diboyong mahal, siapa saja pelatihnya, pasti akan mendahulukan mereka. Ernesto Valverde, pelatih baru Barcelona memang belum menunjukkan indikasi akan memberi tempat kepada lulusan La Masia.

Terlalu pelik untuk memberi kepercayaan kepada alumni salah satu akademi sepak bola terbaik di kolong langit itu. Bagaimana tidak pelik, pelatih harus meladeni ego pemain bintang yang dibeli, menanggung beban ekspektasi dari suporter dan petinggi klub, dan rengekan senyap para pemain muda yang berharap bisa memperkuat tim utama Barcelona. Tebalnya tembol tersebut bahkan membuat Barcelona juga akan terancam kehilangan salah satu murid terbaiknya, yaitu Eric Garcia.

Bek tengah berusia 16 tahun tersebut disebut sebagai salah satu produk terbaik La Masia saat ini. Namun, klausul penjualan senilai 1,3 juta euro justru akan membawanya ke Manchester City. Dengan modal yang kecil, City melakukan bisnis yang cerdik.

Carles Puyol, agen dari Eric Garcia mengungkapkan bahwa kliennya tidak tertarik dengan prospek yang ditawarkan Barcelona. Puyol juga mengungkapkan bahwa proyek akademi City dengan Guardiola sebagai mentor justru lebih menggairahkan. Anda tahu, sisi ironis dari situasi tersebut? Betul, Puyol adalah produk La Masia itu sendiri. Belajar di akademi La Masia, dan hanya memperkuat satu klub sepanjang kariernya: Barcelona. Puyol justru tak menyarankan kliennya untuk terus setia bersama Blaugrana.

Padahal, mempertahankan produk La Masia adalah hal yang begitu penting. “La Masia adalah soal nilai kehidupan. Bukan hanya di sepak bola saja, tapi di level pribadi sebagai manusia. Saya rasa, fans merasa punya koneksi dengan klub karena keberadaan para pemain asli dari akademi,” ungkap Pique kepada scholastic.com. Kehilangan lulusan yang potensial, hingga tak dipercaya lagi oleh lulusannya yang paling ikonik dalam diri Puyol.

Senjakala La Masia sudah semakin dekat?

Author: Yamadipati Seno ()