Eropa Italia

Fabio Cannavaro: Lompatan Ikan Salmon

Seorang remaja mengambil keputusan penting dalam kariernya. Namun ternyata, keputusan ini tak hanya memengaruhi kariernya sendiri sebagai pesepak bola. Keputusan seorang remaja ini kelak menjadi berkah bagi negaranya. Fabio Cannavaro, menentang arus seperti ikan salmon, melompat menggapai cita-citanya.

Cannavaro muda bermain sebahgai gelandang kanan. Namun, ia merasa posisi ini bukan ditakdirkan untuknya. Pemain kelahiran 13 September 1973 ini meniatkan hati untuk bermain sebagai bek tengah. Keputusan ini sedikit mengagetkan, lantaran tinggi badannya tak ideal untuk profil seorang bek tengah.

Sebagai bek tengah, tinggi badan Cannavaro hanya 176 sentimeter. Jauh dari ukuran ideal untuk seorang bek tengah kala itu yang tinggi, berbadan besar, dan jago menubrukkan badan. Cannavaro dianggap terlalu kecil untuk berduel dengan pemain depan lawan. Namun ia anak yang terlahir dari kerasnya kota Naples. Ia paham makna kerja keras dan bertarung.

Ketika masih bermain sebagai gelandang kanan, Cannavaro sudah menunjukkan kemampuan menempel lawan dan mencuri bola. Jadi, ia sudah punya dasar untuk menjadi bek tengah yang kompeten. Sebuah berkah, yang meskipun terlihat seperti liliput, Cannavaro adalah monster pelindung gawang. Sebuah berkah!

Kekurangan dalam hal tinggi badan, ia tutupi dengan kemampuan melompat yang luar biasa. Cannavaro juga diberkahi kecepatan, sebuah berkah yang membantunya menyerobot bola dari kaki lawan. Dua kelebihan itu, daya melompat dan kecepatan, dibingkai dengan kemampuan membaca pertandingan yang pilih tanding.

“Menjadi pemain bertahan adalah soal pengambilan waktu yang tepat ketimbang tinggi badan semata. Timing adalah kunci untuk cara bermain saya. Semuanya, adalah soal pengambilan waktu yang tepat dan itu bukan seseuatu yang bisa Anda selalu pelajari. Hal ini sudah orisinal bawaan lahir,” ungkap Cannavaro.

Selain pengambilan waktu yang tepat, teknik pemain bertahan secara perorangan Cannavaro memang pada dasarnya level elite. Ia menyadari bahwa tinggi badan bisa menjadi masalah, terutama ketika harus menghalau bola, dan beradu sundulan dengan pemain lawan yang lebih tinggi. Mantan bek Parma tersebut menunjukkan contoh menjadi bek yang baik.

Video di bawah ini memberi gambaran yang jelas:

Timnas Jerman diisi pemain-pemain yang lebih superior soal tinggi badan dibanding Cannavaro. Namun, Italiano satu ini jarang kalah ketika harus berebut bola udara. Apa kuncinya selain timing melompat? Jawabannya adalah teknik memasukkan tangan ke dalam tubuh lawan yang hendak melompat dan teknik menubrukkan badan.

Tangan yang masuk, biasanya ke atas pundak lawan, berfungsi seperti pengait. Memaksa lawan tak bisa melompat setinggi mungkin. Namun, untuk bisa melakukannya dengan halus, dibutuhkan timing yang tepat. Jika salah, aksi ini bisa berbuah pelanggaran. Pun, memasukkan tangan harus dilakukan dengan cepat, tepat sebelum lawan melompat.

Menabrakkan badan juga bisa menjadi cara mencegah lawan melompat setinggi mungkin. Caranya adalah membuat jarak tak lebih dari 30 sentimeter dari badan lawan yang Anda marking. Ketika bola lambung datang, tubrukkan dengan cepat badan Anda. Hasil tubrukan akan mengganggu tekukan lutut lawan sebagai gerakan awal untuk melompat.

Namun ingat, baik memasukkan tangan atau menubrukkan badan dengan cepat dibutuhkan ketepatan yang tak bisa ditawar. Oleh sebab itu, Cannavaro menyebut pengambilan waktu yang tepat sebagai bawaan lahir. Dan hal ini bisa saja benar, karena menguasai kedua teknik tersebut dengan sempurna adalah pekerjaan yang amat sulit. Cannavaro bisa melakukannya dengan halus.

Aspek kedua yang membuat Cannavaro menjadi monster pelindung gawang adalah kesabarannya ketika hendak mencuri bola dari kaki lawan. Franco Baresi punya penjelasan yang menarik soal kesabaran seorang bek:

“Seorang pemain bertahan harus berani. Ia harus siap apabila harus melakukan tekel dan bertarung dengan pemain lawan yang lebih besar. Anda bisa meningkatkan kemampuan menekel lawan lewat latihan satu lawan satu. Sebagai pemain bertahan, Anda harus agresif dan yakin, tapi, jangan sampai membuat pelanggaran.”

“Dalam situasi satu lawan satu, jika lawan menguasai bola, dan Anda adalah pemain bertahan, lawan akan berusaha melewati Anda. Ketika ia mulai bergerak, maka itu waktu Anda untuk juga bergerak dan mengantisipasi. Tunggu dan cegah mereka di waktu yang tepat.”

Bek tengah harus paham kapan menjulurkan kaki untuk mengambil bola. Kaki yang terjulur membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menariknya kembali dan menjadi tumpuan tubuh untuk berubah arah. Situasi tak efisien ini menjadi taman bermain untuk pemain-pemain seperti Lionel Messi yang jeli menyelaraskan gerakan tipuan dengan gerak lawan yang terkecoh.

Cannavaro menguasai semua teknik pamungkas menjadi bek tengah yang sempurna. Tinggi badan bukan halangan untuk melompat. Ia seperti ikan salmon yang siap menantang arus demi bertelur di tempat asalnya. Ketika menemui air terjun kecil, ikan salmon tak gentar. Ia melentingkan tubuh, melompat ke atas air terjun.

Cannavaro adalah ikan salmon itu. Ia kecil, namun tak pernah gentar dengan adu lompat dengan bek lawan. Cannavaro adalah ikan salmon yang lahir di kota Naples. Ia kecil, namun tak pernah takut dengan yang namanya tantangan.

Lompatan ikan salmon itu berbuah pemain terbaik FIFA tahun 2006. Dan hingga kini, hanya Cannavaro, seorang pemain bertahan, yang mampu memenanginya. Lompatan ikan salmon itu, yang teguh berpindah posisi dari gelandang kanan menjadi bek tengah, menjadi berkah untuk Italia.

Buon compleanno, Mister Fabio. Jangan lelah melompat melawan arus!

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen