Suara Pembaca

Andres Iniesta dan Hari yang Tak Terlupakan di Afrika

Andres Iniesta bukan tipikal gelandang yang berlari kencang dan bermain keras. Ia juga bukan tipe gelandang yang mengandalkan kekuatan fisik dan tekel-tekel jahanam. Posturnya hanya 170 cm. Namun dalam dirinya, ia menyimpan keindahan-keindahan sepak bola yang menakjubkan.

Ia lebih banyak bermain dengan otaknya. Ia gelandang cerdas yang doyan membuat kejutan-kejutan dengan menipu lawan dan umpan-umpan manja. Ia seolah-olah memiliki banyak mata di kepalanya. Di atas lapangan, Iniesta yang memiliki visi bermain bagus itu terlihat seperti seorang penyihir.

Sepanjang sejarah, Spanyol adalah salah satu tim terbaik yang telah menelurkan banyak pemain-pemain hebat. Perjuangan untuk meraih gelar Piala Dunia selalu kandas. Empat tahun sebelumnya, mereka justru pulang lebih awal setelah dikandaskan Prancis di babak 16 besar.

Sejak ‘tiki-taka’ mulai merajai dunia, mereka dianggap layak untuk meraih trofi sekelas Piala Dunia. Spanyol beruntung karena memiliki duet Xavi-Iniesta yang dipercaya menjadi otak dari tiki-taka Barcelona.

BACA JUGA: Ketika Tiki-Taka Spanyol Menaklukkan Piala Dunia 2010

Howard Webb memiliki tanggung jawab besar ketika dipercaya memimpin pertandingan final itu. Si botak dari Manchester (eh, maksud saya: dari Inggris) mengeluarkan cukup banyak kartu di final. Andres Iniesta yang bermain di lini tengah pun sering dilanggar.

Kita mungkin bisa memahami bagaimana tensi pertandingan yang tinggi bisa memengaruhi mental wasit dalam memberi keputusan, tetapi apakah hadiah kartu kuning untuk sebuah tendangan kungfu yang menghujam dada itu pantas?

Pertandingan berlangsung panjang. Iniesta beberapa kali mengancam dengan peluang dan umpan terobosannya. Tapi pertahanan Belanda cukup kokoh (dan kasar) dalam mementahkan semua serangan Spanyol. Hingga waktu normal berakhir, belum ada satu pun gol yang tercipta.

Iniesta memang harus dijaga ketat karena pergerakannya sungguh mengancam. Beberapa menit setelah kick-off extra time babak kedua, pergerakan Iniesta di depan kotak penalti yang hendak menyambut umpan terobosan terpaksa dijatuhkan John Heitinga.

Heitinga mendapat kartu kuning kedua dan diusir keluar dari lapangan. Kurang lebih empat menit menjelang laga berakhir, Iniesta menunjukkan sihirnya. Di saat itulah, sejarah baru tercipta.

BACA JUGA: Gelandang “Nomor 8”, Sang Maestro yang Tenggelam