Cerita

Andres Iniesta dan Bangkitnya Popularitas J.League di Mata Dunia

Selama era 1990-an hingga 2000-an lalu, J.League dikenal sebagai kompetisi yang amat populer dari Asia. Bagaiamana tidak, sejumlah pemain dengan nama besar layaknya Carlos Dunga, Salvatore Schillaci, Dragan Stojkovic, dan Zico, pernah mencicipi sengitnya J.League. Akan tetapi, memasuki era 2010-an, liga nomor satu di Jepang ini justru kalah bersaing dengan Liga Super Cina yang popularitas dan glamornya melesat bak roket.

Secara luar biasa, ada begitu banyak pesepak bola kelas dunia yang tak kuasa menolak godaan untuk beraksi di Negeri Tirai Bambu. Demba Ba, Hulk, Obafemi Martins, Oscar, Graziano Pelle, Carlos Tevez, sampai Axel Witsel sempat dan masih mengadu nasib bareng sejumlah klub Liga Super Cina.

Alasan utama yang bikin Liga Super Cina melambung sebagai destinasi top di Benua Kuning adalah tren menanjak perekonomian di Negeri Tirai Bambu sehingga klub-klub sepak bola yang ada di sana kecipratan berkah. Dalam artian, mereka punya kapasitas lebih buat menarik perhatian para pemain terkenal dunia supaya mau bergabung dengan salah satu tim Liga Super Cina via nominal upah selangit. Sementara J.League yang dahulu populer, tak mampu melakukannya pada beberapa tahun ke belakang.

Namun seiring perkembangan yang terjadi, J.League perlahan-lahan mulai kembali memperlihatkan taringnya sebagai kompetisi beken yang pantas dicicipi oleh para pemain-pemain hebat. Kesebelasan Jepang yang saat ini begitu getol mendatangkan pemain bintang ada Vissel Kobe. Pada musim lalu, mereka merekrut bekas penggawa Arsenal, Bayern München, dan Internazionale Milano sekaligus pemenang Piala Dunia 2014 bersama tim nasional Jerman, Lukas Podolski.

Baca juga: Jatuh Bangun Lukas Podolski Meraih Mimpi

Kali ini, tim yang dipunyai oleh perusahaan ecommerce top, Rakuten, tersebut berhasil mendatangkan Andres Iniesta, mantan gelandang Barcelona dan sempat merasakan manisnya titel Piala Eropa 2008 dan 2012 serta Piala Dunia 2010 bareng timnas Spanyol.

Adanya dua nama tersebut, tentu mengakrabkan lagi nama J.League, termasuk Kobe, di telinga para penggemar sepak bola dunia. Rasa keingintahuan publik terkait sepak terjang klub yang diperkuat Podolski dan Iniesta sudah barang tentu melonjak.

Melalui kolomnya di foxsportsasia, John Duerden percaya kalau kehadiran Iniesta bakal membuat J.League semakin terkatrol popularitasnya. Tak sekadar di mata penggemar lokal tapi juga mereka yang berasal dari luar Negeri Sakura. Adanya Podolski dan Iniesta, serta Jo, (kalau dihitung), mantan pemain timnas Brasil yang sekarang membela Nagoya Grampus Eight, maka J.League sudah punya tiga nama beken yang bisa memantik atensi khalayak.

Ini pun belum menghitung sejumlah penggawa asal Thailand macam Chanathip Songkrasin, Teerasil Dangda dan Teerathon Bunmathan, yang bikin penggila sepak bola dari Asia Tenggara semakin penasaran dengan ajang J.League. Kendati demikian, menurut Duerden lagi, J.League baru dapat menyaingi nama Liga Super Cina secara paripurna jika ada satu nama besar lain yang datang.

Dari sejumlah rumor yang kencang berhembus, bekas penyerang Atletico Madrid, Chelsea, Liverpool dan timnas Spanyol, Fernando Torres, disebut-sebut sebagai satu pemain top dunia lain yang siap merapat ke Jepang. Konon, Sagan Tosu menjadi calon pelabuhan baru El Nino, julukan Torres pasca-minggat dari Atletico di pengujung musim 2017/2018.

Meski begitu, klub-klub J.League, utamanya mereka yang tidak memiliki sokongan dana kuat, tidak harus memforsir tenaga dan kondisi finansialnya untuk memboyong penggawa berlabel bintang.

Biarlah itu dilakukan oleh tim-tim berduit banyak sedang klub-klub yang di luar kriteria tersebut cukup membangun skuat nan kompetitif sehingga kualitas mereka pun dapat menyaingi rival-rivalnya.

Andai hal itu sanggup dilaksanakan, pelan tapi pasti J.League akan kembali menancapkan kukunya seperti era 1990-an dan 2000-an silam sebagai liga terpopuler dan glamor di kawasan Asia, jauh melebihi eksistensi Liga Super Cina dalam beberapa tahun terakhir.