Nasional

Seto Nurdiantoro, Pergi untuk Kembali

Secara resmi Seto Nurdiantoro diperkenalkan sebagai pelatih kepala PSIM Yogyakarta musim ini. Dengan ucapan selamat bergabung kembali, Laskar Mataram mempercayakan kursi kepelatihan kepada salah satu aset sepak bola Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Selamat bergabung (kembali), Seto Nurdiantoro.”

“PSIM mempercayakan kursi kepelatihan musim ini kepada Seto, yang merupakan salah satu aset sepak bola DIY.”

“Kami berharap, Seto bisa membawa tim ini melaju dengan baik dan menjadi pemersatu DIY. AYDK coach!” bunyi pengumuman resmi klub.

Sebelum kembali ke wisma di persimpangan Jalan Mawar, Seto baru saja mengakhiri kisah romansanya di utara Yogyakarta. Empat tahun bersama Super Elang Jawa telah menorehkan berbagai kisah di Bumi Sembada.

Mulai dari menyembuhkan sayap-sayap Super Elja yang pernah terluka, hingga membawanya kembali terbang berusaha menggapai angkasa. Sayap-sayap patah itu dirawat sepenuh hati hingga tumbuh bulu-bulu baru yang lebih kuat dan siap terbang lebih tinggi.

BACA JUGA: Terima Kasih untuk Musim yang Fantastis, PSS Sleman!

Tentu semua masih ingat ketika pria berwajah dingin ini bercucuran air mata. Tangisnya pecah ketika Rangga Muslim memeluknya. Air mata, senyum dan cinta berhamburan ketika tubuh 45 tahunnya dilemparkan ke udara oleh seluruh anggota tim.

Pertandingan itu adalah semi-final Liga 2 yang dengan kemenangannya atas Kalteng Putra, sekaligus membawa PSS Sleman melaju ke kancah tertinggi sepak bola Indonesia.

Pendukungnya di Sleman juga pasti ingat ketika wajah dingin itu menatap koreografi di tribun selatan dari tempatnya berdiri di depan bangku pemain cadangan.

Kala PSS Sleman jumpa Barito Putera musim lalu, konfigurasi namanya dihadirkan usai jeda pertandingan. Kertas-kertas berwarna putih, hitam, dan hijau menjadi sinyal bertuliskan “SETO”.

Di sisi lain, kalimat “In Seto We Trust” dan “We Believe, Coach” jelas menjadi sebuah pesan bila mereka coba mempertahankan pelatih yang sempat berniat untuk pergi.

Namun setelah drama di akhir musim, akhirnya Seto harus benar-benar pergi. Janji untuk tidak meninggalkan klub yang dicinta dalam keadaan terpuruk telah dipenuhi.

BACA JUGA: Seto Nurdiantoro dan Cinta di Utara Yogyakarta

Seperti yang selalu dirapalkan dengan mata berkaca-kaca bersama usai laga, “Percaya kita kan rayakan kawan…” Seto, PSS Sleman, dan seluruh pendukung setianya telah merayakan banyak hal. Berhasil bersama-sama mengangkat piala Liga 2, hingga menari-nari indah di Liga 1 walau berstatus tim promosi.

Meski berat, meski telah sama-sama berjuang untuk tetap bersama setelah drama panjang, nyatanya hidup harus tetap berjalan. Pendukung setianya akhirnya melepas Seto dengan doa, harapan kebahagiaan, dan kesuksesan untuk semua, dalam lanjutan jalan masing-masing.

Kini Seto Nurdiantoro kembali ke rumahnya yang lain. Sama seperti PSS Sleman, PSIM Yogyakarta juga punya kedekatan khusus dengannya. Dibesarkan PSS Sleman, ia kemudian dipoles Warisane Simbah menjadi bintang yang bersinar sebagai pemain.

PSIM Yogyakarta juga yang akhirnya dipilih menjadi tempat menutup karier setelah memperkuat Pelita Solo, Persiba Bantul, juga PSS Sleman di masa jayanya.

BACA JUGA: Perpisahan Menyesakkan Seto Nurdiantoro dengan PSS Sleman

Sebagai pelatih, bersama klub yang berkandang di Stadion Mandala Krida semuanya dimulai. Sebelum akhirnya mendapatkan segalanya di PSS Sleman, PSIM Yogyakarta menjadi tempat belajar mulai dari jenjang asisten pelatih.

Kini ia kembali melanjutkan apa yang telah ia mulai. Meski kali ini datang sebagai pelatih berprestasi, kerendahan hati tetap diperlihatkannya. Saat perkenalannya ia menyebut tidak bisa menjamin PSIM Yogyakarta masuk Liga 1. Kerja keraslah yang akan membuat tim kebanggaan Brajamusti berprestasi.

“Saya tidak bisa menjamin PSIM masuk Liga 1. Tapi dengan kerja keras kami, mungkin itu yang akan membuat PSIM lebih berprestasi.”

Setelah empat tahun penuh romansa di utara Yogyakarta, perpisahannya dengan Laskar Sembada tentu bukan hal mudah. Namun seperti yang ia katakan pada pendukungnya di Sleman, semua adalah jalan Tuhan. Jalan yang juga mengantarkannya pulang ke PSIM Yogyakarta kemudian.

“Ini bukan kehendak saya, ini bukan kehendak teman-teman. Tapi ini sudah menjadi jalan Tuhan. kita jalani alurnya,” pungkas pelatih berusia 45 tahun tersebut.