
Selama beberapa tahun pamungkas, kesebelasan yang berasal dari kota Yogyakarta, PSIM, sungguh identik dengan permasalahan finansial. Kondisi ini pula yang acapkali membuat mereka kesulitan untuk membangun tim yang kompetitif sehingga dapat bersaing di level teratas.
Peliknya situasi di tubuh PSIM baru-baru ini bertambah dengan sanksi yang dijatuhkan FIFA Disciplinary Committee akibat kasus tunggakan gaji terhadap tiga penggawa asing yang memperkuat PSIM medio 2012 kemarin, Kristian Adelmund, Emile Linkers, dan Lorenzo Rimkus.
Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai otoritas liga dan asosiasi sepak bola Indonesia (PSSI) telah mengirimkan surat yang berasal dari FIFA Disciplinary Committee dan menyatakan bahwa perolehan poin Laskar Mataram di ajang Liga 2 musim 2018 akan direduksi 9 angka sejak awal kompetisi.
“Sanksi ini mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran penting bagi klub-klub di Tanah Air. Bagaimanapun juga, hak-hak pemain wajib diberikan. Kalau sudah begini, pihak klub sendiri yang merugi”, tutur Risha Adi Wijaya, Chief Executive Officer (CEO) PT. LIB, seperti dikutip dari laman resmi Liga Indonesia.
Potongan nilai yang ‘dihadiahkan’ kepada tim asuhan Erwan Hendarwanto itu disebut-sebut bakal mempersulit langkah mereka musim ini, entah untuk beroleh tiket promosi ke Liga 1 maupun sekadar bertahan di Liga 2.
Terasa makin nahas, kampanye perdana Laskar Mataram di Liga 2 pun berjalan sangat buruk. Bertandang ke Stadion Ahmad Yani di kota Sumenep yang jadi markas Madura FC, mereka harus menelan pil pahit usai tumbang dengan skor 1-3. Padahal, Ivan Febriano dan kawan-kawan sempat menahan kubu tuan rumah dengan skor 1-1 sampai turun minum.
Sayangnya, kartu merah yang didapat oleh Raymond Tauntu di akhir babak pertama membuat kekuatan PSIM tereduksi. Bermain dengan 10 orang di sepanjang babak kedua membuat gawang klub kesayangan Brajamusti dan The Maident ini dibobol Laskar Gerbong Maut sebanyak dua kali.
Pengurangan 9 poin dan kekalahan dari Madura FC di laga perdana bikin langkah PSIM amat gontai dalam mengarungi Liga 2 musim ini. Kesebelasan yang berdiri pada tahun 1929 itu pasti sadar jika perjuangan akan sangat berat.
Kendati begitu, tak sepatutnya PSIM menyerah dan berhenti berjuang. Pada momen sulit macam inilah, mentalitas dan kekuatan mereka diuji habis-habisan. Bila sanggup bangkit, tak ada sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.