Nasional

Saatnya PSIM Tampil Lebih Baik

Jelang musim 2020, CEO PSIM Yogyakarta, Bambang Susanto, mengajak semua pihak untuk menjadi lebih baik dan bahu-membahu untuk musim baru.

Meski mengaku tidak takut dengan rintangan atau kegagalan, dalam pernyataan resminya, Bambang Susanto juga mengaku sulit menerima bila berkaitan dengan kekerasan.

Bahkan pengusaha asal Jakarta itu juga menyebut sempat ingin mundur dari PSIM, setelah insiden pada partai terakhir yang sangat memalukan dan memprihatinkan.

“Saya tidak takut dengan rintangan atau pun kegagalan, karena itu bisa dijadikan pengalaman. Tapi jika berkaitan dengan kekerasan, saya sungguh sulit menerimanya,” ujarnya.

Insiden yang dimaksud adalah di pertandingan terakhir Laskar Mataram musim lalu. Kala jumpa Persis Solo, mobil-mobil terbakar. Ledakan-ledakan gas air mata menggantikan yel-yel dukungan Pandemen PSIM Yogyakarta di bawah langit yang semakin gelap.

Tidak jelas apa pemicunya. Pertandingan yang harus dimenangi PSIM Yogyakarta berakhir selayaknya kerusuhan besar. Pertandingan yang juga dihiasi insiden tendangan Achmad Hisyam Tolle yang berujung hukuman berat kemudian.

BACA JUGA: Fanatisme Buta Hisyam Tolle

Pertandingan tersebut sebenarnya tidak lagi berarti. Kedua tim sama-sama sudah dipastikan tidak akan lolos menuju babak selanjutnya Liga 2. Satu-satunya alasan pertandingan menjadi bergengsi adalah persaingan dan sejarah dua kota bertetangga.

Bambang Susanto yang bingung mengapa semua bisa dengan mudah lepas kontrol bahkan tanpa ada provokasi berarti, mengajak semua pihak berhenti mencari pembenaran atas tindakan yang merugikan seluruh elemen tim.

“Biasanya kekerasan terjadi karena provokasi, tapi pada insiden terakhir semua begitu mudah lepas kontrol tanpa ada provokasi berarti sekali pun. Mulai sekarang, mari kita berhenti mencari pembenaran atas tindakan yang merugikan semua elemen klub ini,” imbaunya.

Menurutnya, segelintir orang yang melakukan kekerasan dan perusakan akan mencoreng nama baik PSIM Yogyakarta secara keseluruhan. Ia berharap semua punya rasa memiliki yang tinggi, dan keinginan menjaga klub ini, sehingga sama-sama mencegah segala keburukan sekecil apa pun, demi nama baik bersama.

Bambang menegaskan tidak boleh lagi membiarkan keburukan, apalagi membesarkan kerusuhan. Saatnya merenung serta mencari solusi supaya klub yang sama-sama dibanggakan dapat maju dan bermartabat.

BACA JUGA: Cerita dan Harapan di Mandala Krida

“Jadi, tidak ada lagi diam membiarkan keburukan, apalagi ikut membesarkan kerusuhan. Mari sama-sama merenung, dan mencari solusi supaya klub ini maju dan bermartabat.”

Manajemen kemudian menegaskan bila mereka terbuka untuk semua kritik dan protes dengan cara yang elegan, tanpa kekerasan, tanpa perusakan. Manajemen mengajak meluangkan waktu untuk duduk bersama membicarakan keluh-kesah memalui kelompok yang ada.

“Sampaikan kritik, berikan protes dengan cara yang lebih elegan tanpa ada kekerasan, apalagi perusakan. Manajemen terbuka untuk kalian, mari luangkan waktu untuk duduk bersama dan membicarakan keluh kesah kalian melalui perwakilan kelompok yang ada,” pungkas Bambang.