Suara Pembaca

Cerita dan Harapan di Mandala Krida

Tanggal 21 Oktober 2019 yang kala itu tepat berjodoh dengan hari Senin, matahari di kota Jogja nampak cerah sekali. Sang mentari seolah sangat bersemangat untuk memberikan energi lebih pada pemain PSIM yang akan berjuang di atas rumput hijau pada sore itu.

Begitu pula dengan para pendukung kesebelasan kebanggaan warga Kota Gudeg yang siap menyalurkan semangat dari sang surya untuk para pemain PSIM di laga berjuluk Derbi Mataram.

Kurang lebih satu jam sebelum sepak mula dimulai tepat pukul 15.30, Stadion Mandala Krida Yogyakarta telah penuh sesak serta berisik dengan chants yang diteriakkan para pandemen PSIM. Namun pada pukul 15.00 teriakan mereka sedikit terhambat akibat hasil akhir pertandingan antara PSBS Biak melawan Martapura FC.

Ya, Martapura berhasil menggondol tiga poin dari Tanah Cenderawasih dan memastikan PSIM tidak akan lolos ke 8 besar apapun hasil melawan Persis Solo sore itu.

Baca juga: Stadion Mandala Krida, Harapan dan Impian yang Kembali Baru

Turun dengan 11 pemain terbaiknya. Kedua tim menyajikan pertandingan dengan tensi yang cukup tinggi, dibuktikan dengan adanya konflik antara pemain belakang Persis Solo, Vandy Prayogo, dengan Hisyam Tolle yang berbuah kartu kuning untuk Vandy.

Persis Solo mampu memimpin terlebih dahulu melalui kaki Hapidin yang kemudian disamakan oleh El Loco. Cristian Gonzales mampu menyundul bola dengan sempurna ke gawang pasukan Sambernyawa. Hasil itu bertahan hingga wasit meniup peluit berakhirnya 45 menit pertama.

Babak kedua dimulai dengan dua gol tambahan dari Persis Solo, yang dapat dibalas PSIM lagi-lagi dengan kepala Gonzales. Nampaknya drama di Mandala Krida akan berakhir, namun ternyata ada kejadian yang tidak diduga.

Setelah Hisyam Tolle berseteru, beberapa menit berselang Raymond Tauntu diusir wasit, saat pertandingan memasuki tambahan waktu. Pikiran saya dan beberapa penonton lain di tribun menjadi kacau karena kejadian dikeluarkanya dua Pemain PSIM oleh wasit yang memimpin pertandingan terjadi begitu cepat.

Belum pulih betul kepekaan saya dengan apa yang terjadi di atas rumput hijau, ternyata ada hal yang tak pernah saya bayangkan akan terjadi di sepak bola Indonesia. Ya di waktu itulah terjadi peristiwa yang pernah dilakukan Eric Cantona pada pendukung Crystal Palace 19 tahun yang lalu.

Terlihat Hisyam Tolle yang merupakan pemain belakang dari kesebelasan PSIM, sangat tersulut emosinya dan meluapkannya persis seperti yang Cantona lakukan ke suporter The Eagles. Namun bedanya si Tolle ini melakukan “atraksinya” ke pemain lawan, Sulhton.

Baca juga: PSIM Yogyakarta, Kenangan Buruk Gagal Promosi

Seperti yang dapat diprediksi, hal itu sontak membuat suasana menjadi tidak kondusif. Beberapa penonton yang awalnya tertib berada di tribun merangsek masuk ke dalam lapangan hingga seluruh pemain kedua kesebelasan, terutama pemain Persis Solo, lari ke dalam ruang ganti untuk mengamankan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Saya melihat dan mengingat hanya ada dua pemain PSIM yaitu Yoga Pratama dan Herry Susilo, yang masih tampak menenangkan penonton yang sudah kalang kabut. Herry permainannya sering mendapat kritikan dari teman-teman saya, berbeda dengan Yoga yang memang menjadi idola bagi pandemen PSIM. 

Beberapa lama berselang langit di atas Mandala Krida mulai nampak gelap, cakrawala seperti tahu betul bagaimana perasaan para pendukung Laskar Mataram ini. Tidak ada lagi teriakan yang mengguncang Mandala Krida dengan lirik untuk mendukung Laskar Mataram.

Suara yang mungkin paling jelas terdengar saat itu hanyalah nada sumbang yang berasal dari gas air mata milik aparat dan sedikit teriakan dari pengawas pertandingan, agar aparat kepolisian tidak menembakan gas air mata ke arah penonton.

Ada yang tetap bertahan di tribun sembari membanting topinya, ada pula yang kedua matanya berkaca-kaca seolah tak percaya bahwa tim bertabur bintang ini belum diizinkan untuk berjalan lebih jauh demi mencapai kasta tertinggi.

Namun percayalah bahwa pada petang yang kelam itu “Aku Yakin dengan Kamu” masih tetap bergema di penjuru tribune Stadion Mandala Krida. Semoga segala aksi dan reaksi yang bersifat baik dari mereka akan dianggap doa oleh sang penguasa hingga Dia mengatakan, “Ya kalian layak untuk dinaikan derajatnya!”

 

*Penulis sedang berusaha menjauhi sepak bola lokal demi fokus mendekatkan gelar EPL ke pelukan Liverpool. Saat ini menimba ilmu di jurusan Teknik Industri salah satu PTN di Yogyakarta. Bisa disapa di akun Twitter @aveechena