Suara Pembaca

Rasisme, Semoga Segera Keluar dari Sepak Bola

Sekitar 13 atau 14 tahun yang lalu, ketika saya membeli sebuah tabloid sepak bola mingguan, ada sebuah bonus stiker bertuliskan Let’s Kick Racism Out of Football. Tulisan tersebut Semua hurufnya berwarna kuning, kecuali kata racism yang diberi warna putih.

Secara singkat, gerakan yang diinisiasi oleh sebuah lembaga sosial Kick it Out ini sudah berdiri sejak tahun 1993, sebagai respon terhadap tindakan rasisme yang terjadi dalam sepak bola. 

Minggu ini, dunia sepak bola dikagetkan dengan tindakan rasisme yang mengakibatkan pertandingan Serie A antara Hellas Verona vs Brescia harus berhenti, karena adanya tindakan rasisme yang dilakukan oleh para suporter kepada Mario Balotelli.

Balotelli yang  sedang berusaha menyerang ke kotak penalti Verona, tiba-tiba memegang bola dan menendang bola tersebut ke arah para penonton. Balotelli pun meninggalkan lapangan hijau melalui belakang gawang, sehingga pertandingan dihentikan sementara pada menit ke-54. 

Terhadap tindakan sang pemain, Maurizio Mariani yang bertindak sebagai wasit dalam pertandingan secara spontan mengeluarkan kartu kuning dari saku celananya. Tindakan itu dicegah oleh rekan setim Balotelli yaitu Tonali dan Martella, bahkan Faraoni yang notabene merupakan kapten Verona, juga berusaha melakukan hal yang sama, memberi penjelasan agar wasit mengurungkan niatnya memberi kartu kuning pada Balotelli.

Baca juga: Bagaimana Jika Mario Balotelli Menjadi Kapten Timnas Italia?

Sementara itu para pemain lain baik dari kubu Brescia maupun Verona seperti Miguel Veloso dan Amrabat berusaha menahan Balotelli agar tetap melanjutkan permainan. Wasit yang memimpin pertandingan pada akhirnya setelah mendapat penjelasan dari pemain kedua kesebelasan, mengurungkan niatnya untuk menghadiahi kartu kuning kepada Super Mario.

Berbicara mengenai berhentinya pertandingan disebabkan tindakan rasisme, saya teringat kembali dengan tindakan yang dilakukan oleh mantan pemain Messina yaitu Marco Zoro. Zoro yang berkewarganegaraan Pantai Gading mendapatkan perlakuan rasisme ketika menghadapi Inter Milan pada musim 2005/2006.

Pada menit ke-66 di pertandingan tersebut, Zoro yang mendapat tindakan rasial mengambil bola dan berusaha meninggalkan lapangan, namun tindakan zoro dicegah oleh pemain Inter Milan yaitu Adriano dan Obafemi Martins. Mereka berusaha untuk menenangkan Zoro dan meminta sang pemain untuk kembali melanjutkan pertandingan.

Kasus rasisme yang dialami oleh Balotelli, bukanlah kasus rasisme pertama yang terjadi pada musim kompetisi 2019/2020 yang bahkan belum mencapai sepertiga bagian pada beberapa kompetisi liga Eropa.

Sebelumnya sudah ada tindakan rasisme yang didapat Trent Alexander-Arnold pada laga Manchester United vs Liverpool. Kubu Setan Merah bergerak cepat dengan memberikan hukuman melarang suporter memasuki Stadion Old Trafford.

Baca juga: Kampanye-kampanye yang Pernah Diserukan dalam Sepak Bola

Bagi Balotelli, kasus rasisme kali ini juga bukanlah hal pertama yang dialaminya. Pada beberapa klub dan kompetisi yang dilaluinya, sang pemain mendapatkan tindakan rasis dari para suporter, bahkan sejak mulai berkarier di Italia, Inggris, Prancis, dan kembali lagi ke Italia, Balotelli pernah mendapatkan tindakan rasisme.

Balotelli mungkin akan bertanya kepada para suporter dengan menggunakan tulisan yang terdapat dalam kaus yang dipakainya ketika merayakan gol di Derbi Manchester pada musim 2011/2012, yaitu Why Always Me? Mengapa Balotelli selalu mendapatkan tindakan rasisme?

Kembali membahas pertandingan yang diutarakan pada awal tulisan ini, laga Hellas Verona vs Brescia pun kembali dilanjutkan, dan Balotelli menjawab tindakan rasis yang diterimanya dengan mencetak sebuah gol.

ol yang dicetak Balotelli memang tidak dapat membantu Brescia terhindar dari kekalahan, namun, Balotelli memberikan sebuah pesan melalui gol tersebut. Ia menjawab tindakan rasisme yang dialamatkan padanya dengan sebuah cara elegan, yaitu menampilkan skill yang dimilikinya.

Gerakan untuk menghilangkan rasisme sebagaimana yang saya sebutkan pada awal tulisan ini sudah berlangsung sejak tahun 1993, atau dengan kata lain sudah berlangsung lebih dari seperempat abad, namun tindakan rasisme tetap berlangsung sampai dengan saat ini.

Gerakan untuk menghentikan tindakan rasisme pun sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh federasi sepak bola di berbagai negara. Bahkan tindakan untuk menghentikan pertandingan selama adanya nyanyian atau siulan berbau rasis, sudah dilakukan pada pertandingan Serie A yang berlangsung pada bulan September lalu.

Di pertandingan Atalanta vs Fiorentina, melalui pengeras suara disebutkan pertandingan tidak akan dilanjutkan hingga tindakan rasis berhenti. 

Baca juga: Rasisme, Noda Pekat di Sepak Bola

Jika mengingat kembali bagian lirik lagu Black or White yang dinyanyikan oleh Michael Jackson dengan lirik it don’t matter if you’re black or white, kita tentu mengharapkan bahwa tidak akan ada lagi permasalahan rasis yang timbul dalam sepak bola, karena perbedaan warna kulit atau karena perbedaan yang lain.

Sangat disayangkan jika sebuah pertandingan sepak bola yang sedang berlangsung dengan seru, harus dihentikan karena adanya tindakan rasis, sebab tentu para pemain membutuhkan waktu untuk menemukan ritme permainan yang baik setelah permainan dihentikan.

Sepak bola sebagai sebuah olahraga yang sangat digemari oleh sebagian besar penduduk dunia tentu diharapakan mampu mengeluarkan tindakan rasisme dari lapangan hijau, sebagaimana tujuan yang ingin didapat dari ajakan/gerakan pada stiker yang saya peroleh dari sebuah tabloid sepak bola mingguan belasan tahun yang lalu.

 

*Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan hobi menulis. Bisa ditemui di akun Twitter @freddisidauruk