Eropa Lainnya

Emre Belozoglu: Kecil, Berbahaya, dan Kontroversi Rasisme

Boleh jadi karena perawakannya yang tidak besar, Emre Belozoglu enggan orang-orang meremehkannya. Emre merupakan salah satu gelandang terbaik dalam sejarah sepak bola Turki. Ia cepat, cerdik, operannya akurat, dan punya kaki kiri yang dashyat. Gol-gol tendangan jarak jauh adalah spesialisasinya. Anda akan menemukan kenikmatan tersendiri ketika melihat kompilasi lesakan yang dibuat oleh Emre.

Para penggemar Internazionale Milano tentu masih mengingat aksi Emre ketika mencetak dua gol indah ke gawang Lazio pada Serie A musim 2002/2003. Satu merupakan sebuah tembakan dari jarak jauh, satu lagi merupakan sebuah tendangan lob yang kemudian memperdaya kiper legendaris, Angelo Peruzzi.

Sementara bagi para penggemar Newcastle United, mereka masih mengenang bagaimana Emre menghibu melalui tembakan-tembakan dari jarak jauh. Ia masih terus melakukannya hingga saat ini berseragam Istanbul BB di Liga Turki.

Tetapi yang berbahaya dari Emre bukan saja permainannya di lapangan. Perilaku apalagi ketika mulutnya sudah berbicara, sangat meledak-ledak dan berbahaya. Emre terlibat dengan banyak kontroversi yang boleh jadi tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya.

Kontroversi pertama yang dilakukan Emre dan tersorot adalah ketika ia terlibat dalam baku hantam antar-pemain selepas laga timnas Turki berhadapan dengan Swiss di kualifikasi Piala Dunia 2006. Kala itu Emre bersama Alpay Ozalan dan Serkan Balci, tertangkap kamera sedang memukul pemain Swiss. Meskipun sudah ada hukuman yang dijatuhkan, kasus tersebut masih abu-abu karena kabarnya ada beberapa pemain Turki lain yang bahkan sampai mendatangi ruang ganti tim Swiss setelah laga usai.

Kepindahannya ke Inggris pun sudah dimulai dengan kontroversi. Transfer Emre dari Inter ke Newcastle United dipenuhi banyak “permainan” dari sang agen, Ahmad Bulut. Pada Januari 2007, Emre sempat hampir dijatuhi hukuman karena ucapan rasis kepada El-Hadji Diouf. Emre mengaku ia hanya mengumpat, tidak berniat untuk mengucapkan sesuatu yang berbau rasis. Diouf kemudian meralat laporannya dan Emre tidak jadi dihukum. Namun kasus serupa terjadi dua bulan kemudian, di mana korbannya kali ini adalah Alhasan Bangoura.

Kejadian paling parah terjadi pada April 2012 ketika Emre sudah kembali ke Liga Turki dan memperkuat Fenerbahce. Dalam suatu sesi wawancara, ia mengucapkan kata rasis kepada Didier Zokora. Emre lagi-lagi mengelak dengan mengaku bahwa dirinya hanya sedang mengumpat, sekaligus berujar bahwa ia pun sering mengalami tindakan rasisme ketika masih bermain di Italia dan Inggris. Ia juga mengaku bahwa ia hanya sekali mengucapkan kata tidak pantas tersebut bahkan membandingkan kondisinya dengan apa yang dilakukan oleh Luis Suarez kepada Patrice Evra di Liga Primer Inggris.

Melihat apa yang ditunjukan oleh Emre, rasanya kelakuan pria berbadan mungil dengan nyali besar lain, Jack Wilshere, jadi biasa saja. Boleh jadi banyak kontroversi yang meliputi Emre sepanjang kariernya, tetapi harus diakui bahwa Emre adalah pesepak bola hebat dengan bakat yang luar biasa.

Hari ini, 7 September menjadi hari ulang tahun gelandang legendaris asal Turki ini.

Doğum günün kutlu olsun, Emre!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia