Eropa Inggris

Cinta yang Besar untuk Jack Wilshere

Untuk membangun kebugarannya, Arsene Wenger “meminjamkan” Jack Wilshere ke tim U23 ketika melawan Derby County. Sepanjang pertandingan, pemain asli akademi Arsenal tersebut menunjukkan kemampuannya. Kemampuan yang dirindukan dan mungkin akan sangat dibutuhkan Arsenal musim 2017/2018 ini.

Dari video di atas, nampak ketenangan yang sangat dominan. Ia bermain lebih dewasa setelah dipinjamkan selama satu musim. Umpan pendeknya masih sangat akurat, dengan visi yang jelas. Umpan diagonalnya matang dan terukur. Wilshere bukan lagi pemuda yang mudah meledak. Ia nampak lebih sejuk.

Wilshere adalah satu dari tiga gelandang Arsenal yang bisa diberi tanggung jawab menjadi deep-playmaker. Dua pemain lainnya adalah Santi Cazorla dan Granit Xhaka. Ketiganya punya spesifikasi kemampuan yang sangat berbeda. Mungkin hanya Cazorla dan Wilshere yang punya kemiripan. Namun itu dulu, ketika Wilshere masih berada di puncak performanya.

Kemiripan keduanya juga tak hanya soal kemampuan, tapi juga nasib. Dua pemain mungil tersebut sangat akrab dengan cedera. Boleh dikata, jatuh bangun karier keduanya disebabkan oleh cedera. Jika tak ada masalah cedera, bisa jadi, Wilshere dan Cazorla akan menjadi dua gelandang kreatif yang pilih tanding.

Karena cedera pula, Wilshere harus rela dipinjamkan ke AFC Bournemouth. Ketika ia kesulitan mencapai performa terbaiknya, Wenger tak punya pilihan selain percaya dengan gelandang Arsenal lainnya. “Gelandang lainnya” ini pun tak bermain dengan baik. Namun yang pasti, mereka tak dibekap cedera.

Situasi yang pelik terasa ketika Cazorla cedera panjang. Sementara itu, tak ada gelandang lain yang bisa diberi tanggung jawab menjadi deep-playmaker, atau setidaknya tak punya kemampuan yang dibutuhkan. Ketika memboyong Granit Xhaka, Wenger malah sempat berujar bahwa ia bukan deep-playmaker, melainkan box-to-box.

Padahal, The Gunners membutuhkan gelandang yang bisa mengontrol dan menenangkan lini tengah. Untungnya, Wenger menyadari bahwa Xhaka punya kapabilitas yang dibutuhkan sebagai deep-playmaker.

Ketika mantan manajer AS Monaco tersebut mengubah skema menjadi tiga gelandang, keberadaan Xhaka semakin penting. Ia menjadi gelandang yang menerima bola dari bek dan mendistribusikannya dengan ketepatan yang memuaskan. Ia mengontrol lini tengah, memudahkan Aaron Ramsey untuk menjelajah area yang luas.

Xhaka membuat Mesut Özil bisa leluasa menerima bola di sepertiga akhir lapangan. Özil tinggal mencari ruang yang ideal. Dengan akurasi yang terjamin, Xhaka bisa menghantarkan bola kepada pemain asal Jerman tersebut. Selain kemampuan umpan, Xhaka juga punya kemampuan gelandang bertahan tradisional: intersep dan melakukan tekel.

Dari diri Xhaka, Arsenal punya gelandang bertahan yang komplet: seorang pengatur serangan dan tameng untuk pertahanan. Namun pertanyaannya, bagaimana jika Xhaka harus absen? Selain cedera, maklum, ia sempat bermasalah dengan kedisiplinan. Bukan tak mungkin, musim ini, ia akan absen karena kartu merah.

Wenger mungkin akan mudah mencari pengganti Ramsey dari skuat yang ada. Mohamed Elneny, Ainsley Maitland-Niles, dan Reiss Nelson bisa dicoba. Artinya, jika Ramsey absen, Wenger tak perlu mengubah skema. Lain halnya jika Xhaka absen. Siapa yang bisa menggantikan pemain asal Swiss tersebut?

Elneny punya kemampuan yang apik, tetap hanya ketika ia bermain dengan kepala dingin. Pun ia punya stamina yang mumpuni. Namun ia bukan Xhaka, dengan visi untuk mengontrol lini tengah. Kedua pemain muda, Ainsley dan Nelson tentu belum bisa diberi tanggung jawab berat menjadi pengontrol lini tengah Arsenal.

Oleh sebab itu, menjadi masuk akal apabila sempat muncul berita ketertarikan Arsenal kepada Jean Michael Seri. Pemain yang diakui Xavi Hernandez tersebut punya kemampuan yang hampir sama seperti Cazorla. Pemain lain yang sempat disebut akan dicoba sebagai gelandang tengah adalah Thomas Lemar.

Namun hingga pertengahan Agustus, negosiasi untuk mendapatkan Lemar nampaknya semakin meredup.

Jika memang kesulitan membeli gelandang baru, Wenger bisa memaksimalkan Wilshere sebagai penjaga tempat Xhaka. Memang, kalimat tersebut cukup ironis. Wilshere, yang dahulu pernah disebut akan menjadi gelandang terbesar di Inggris, justru kesulitan menembus tim utama Arsenal.

Baca juga: Memangnya Berapa Harga yang Pantas untuk Jack Wilshere?

Namun jangan salah. Sikap ini justru menjadi wujud cinta yang besar untuk Wilshere.

Ketika masih bermain untuk Bournemouth, Wilshere memang cukup banyak mendapatkan menit bermain. Catatan apik itu bisa terjadi karena tim pelatih Bournemouth membuat pola latihan khusus. Singkatnya, intensitas latihan Wilshere diatur sedemikian rupa sehingga badannya yang rapuh tak terbebani.

Maka, meski menit bermain bersama Arsenal akan terbatas, Wilshere akan terbebas dari cedera karena jumlah latihan dan pertandingan yang akan cukup berat. Ia boleh berlatih dengan porsi yang sama seperti pemain lain, namun Wilshere hanya bermain ketika ia benar-benar bugar. Dan saat itu bisa saja terjadi ketika Xhaka tengah absen.

Musim ini, Arsenal masih akan bermain di banyak kompetisi. Ada empat kompetisi yang bisa dimenangi dan tentu Xhaka tak mungkin bermain di semua pertandingan. Maka pas betul, karena Wilshere yang tak bisa dibebani dengan porsi latihan dan menit bermain yang berat, dan Xhaka yang pastinya butuh istirahat.

Ingat, meski seperti membatasi, namun ini adalah sebuah cinta. Sebuah usaha untuk membuat Wilshere tetap sehat dan kariernya tak lagi berjalan di tempat. Banyak duduk di bangku cadangan memang pahit. Namun itulah kehidupan.

Baca juga: Jack Wilshere yang Terlihat Murung

Akan ada masanya Anda juga mengalami kepahitan yang sama. Ketika harus merelakan, melepas hal-hal indah demi kebaikan masa depan. Dan terkadang, ia yang sabar yang akan selalu menjadi pemenang. Syaratnya: percaya dan terus bekerja keras.

Ini cinta yang besar untuk Jack Wilshere.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen