Eropa Inggris

Reiss Nelson: Ia yang Berlari Kencang

Salah satu hal yang ditunggu dari kegiatan pramusim sebuah klub adalah anak-anak muda yang mendapat kesempatan unjuk gigi. Biasanya, mereka berkembang lebih pesat ketimbang rekan-rekannya di akademi. Dan dari Hale End Academy, markas pemain muda milik Arsenal, satu pemain langsung menonjol. Ia adalah Reiss Nelson, remaja 17 tahun yang tengah menebar ancaman.

Remaja kelahiran 1999 ini selalu menonjol ketimbang rekan-rekannya di akademi. Di setiap jenjang usia, Nelson selalu yang mendapat penilaian terbaik. Oleh sebab itu, loncatan kariernya juga terbilang cepat. Melawan Sydney FC, laga perdana dalam rangkaian pramusim Arsenal, Nelson mencuri perhatian banyak orang.

Nelson, yang bergabung bersama Arsenal sejak tahun 2008, membubuhkan tanda tangan di atas kontrak profesional pada usia 17 tahun. Tepatnya, di bulan Desember 2016 yang lalu. Arsenal bekerja cepat untuk mengamankan tanda tangannya. Sebab, seiring usia, Nelson punya dasar yang kuat untuk menjadi salah satu pemain elite.

Sebagai pemain muda, kekuatan utamanya adalah kecepatan untuk belajar. Salah satu penilaian positif dari tim pelatih adalah perihal cepatnya Nelson menyerap ilmu baru. Hebatnya, ia memperlihatkan hasil belajarnya dengan begitu baik. Padahal, di usia muda, belajar banyak hal dalam satu waktu bukan kerja yang mudah.

Salah satu buktinya adalah kemampuannya menerjemahkan instruksi pelatih ketika harus bermain di posisi berbeda. Ketika melawan Sydney FC, Nelson bermain sebagai bek sayap kanan. Sementara itu, posisi aslinya adalah sayap kanan atau gelandang serang, yang biasanya juga berada di sisi kanan.

Memang sama-sama berada di kanan. Namun, bek sayap kanan dan sayap kanan punya perbedaan yang spesifik. Bek sayap kanan harus punya dasar bertahan yang cukup kuat. Apabila tak punya, ia harus bisa memanfaatkan kelebihannya untuk membantu pertahanan.

Jadi gambarannya: dalam sebuah pertandingan, Nelson bertahan tidak dengan ciri “kemampuan seorang bek”. Namun, ia memaksimalkan segala kelebihannya untuk menutupi syarat tersebut. Berarti, dalam satu momen pertandingan, ia harus mengerjakan dua proses yang cukup rumit, yaitu membantu tim ketika menyerang dan bertahan dengan disiplin.

Nelson menutupi kelemahannya dalam hal bertahan menggunakan kecepatannya. Kepekaan dirinya terhadap ruang ketika bertahan memang masih buruk. Namun, dengan kecepatannya, ia bisa menutupi kelemahan tersebut, misalnya dengan mengejar lawan yang ketika ia tidak berada dalam posisi yang ideal, ia mampu menggunakan speed-nya untuk trackback mengejar lawan.

Hebatnya di sini: ia tidak gegabah untuk menerjang mengambil bola ketika sudah selesai dalam tahap “mengejar lawan”. Ia akan menggiring lawan mendekati tepi lapangan, mendekati garis. Lawan yang tertekan, akan kehabisan opsi, antara menggiring bola melewati Nelson atau mengoper bola ke belakang.

Sebuah pertunjukkan kedewasaan. Jika ia bisa mengasah lebih lanjut lagi kemampuan ini, Nelson akan menjadi pemain di sisi lapangan yang komplet.

Previous
Page 1 / 2