Eropa Inggris

Melepas Mesut Özil: Mudah Tapi Terasa Tidak Mudah

Saga Mesut Özil dan Arsenal terus menggelinding, semakin cepat, semakin berat. Benang dan bandul momentum tengah berayun ke arah perpisahan, dengan siluet Manchester United berdiri di kejauhan. Apakah memang sudah waktunya The Gunners melepas Özil? Meski mudah, melepas Özil bukan perkara mudah. Apalagi kita juga akan membicarakan “sosok misterius” itu.

Pertanyaan dasar untuk diurai tentu mengapa kabar transfer Özil sudah nyaring berkumandang meski saat ini baru memasuki paruh akhir bulan Oktober? Nama pemain asal Jerman tersebut memang cukup luwes untuk digoreng menjadi berita, lantaran kontrak yang akan habis di musim panas. Bersama Alexis Sanchez, nama Özil paling mewarnai berita terkait Arsenal, selain tentu saja soal kekalahan dan semrawutnya cara bermain Meriam London.

Jika ingin menjadi “bijak”, tentu akan sangat mudah melepas Özil. Kepindahannya akan baik untuk kedua pihak, si pemain dan si klub. Si pemain akan mendapatkan “kebahagiaan baru” di tempat baru. Sementara itu, si klub tak perlu lagi repot mengurusi pemain yang merajuk minta kenaikan gaji.

Baca juga: Mesut Özil, Kemewahan yang Sering Terlupakan oleh Arsenal

Namun sayangnya, melepas si pemain satu ini bukan perkara mudah, meski dengan menjadi “bijak” jadi terlihat mudah. Mengapa?

Alasan pertama bukan perkara mudah karena Manchester United. Meski kedua klub ini beberapa kali terlibat bisnis yang “berjalan lancar”, melepas Özil ke United tentu sebuah bencana. Terlepas dari segala narasi yang menegaskan bahwa mantan pemain Real Madrid ini sudah melewati masa produktif. Ingat, kita bicara bisnis dua rival, yang biasanya akan berakhir dengan saling merisak. Jadi, kepindahan Özil ke United tentu tak mudah untuk beberapa suporter.

Kedua, soal harga jual. Beberapa minggu yang lalu, Manchester City dikabarkan masih berminat mendatangkan Alexis Sanchez di bulan Januari. Berapa tawaran City? Hanya 20 juta paun. Tentu masuk akal karena masalah durasi kontrak. Tapi, perlu diakui bawa nilai tersebut sungguh menyakiti perasaan. Sangat sangat murah untuk seorang Alexis.

Maka jangan heran apabila di bulan Januari nanti, Özil ditawar United di kisaran 15 juta paun saja. Jika Alexis, yang dibanderol lebih mahal ketimbang Özil di musim panas yang lalu saja hanya 20 juta paun, maka masuk akal bukan jika harga Özil ada di bawahnya? Dan United yang berhasil mendapatkan Özil dengan harga rendah, hanya seperti mengulangi skenario salah kaprah dari penjualan Robin van Persie beberapa tahun silam.

Seperti yang pembaca, terutama Gooners, ketahui, van Persie dilepas Arsene Wenger karena dianggap sudah lewat masa jayanya. Pemain asal Belanda tersebut bergabung dengan United ketika sudah berusia 29 tahun. Ia yang diperkirakan sudah habis, masih bisa memberikan satu musim brilian dengan mengantar United menjuarai Liga Primer Inggris, sebuah piala yang tak bisa lagi digapai Arsene Wenger, sang profesor.

Pembaca tahu, saat ini berapa usia Özil? Tepatnya 29 tahun, sama seperti usia van Persie. Kawan saya, Aun Rahman, menyebut Özil akan sulit beradaptasi dengan kultur keras dan penuh perjuangan khas United. Saya sebagian setuju, sebagian tidak. Mengapa? Karena kita bicara sosok Jose Mourinho, yang kembali bisa “menghidupkan” Juan Mata.

Dan satu lagi, jangan terjebak dengan stigma bahwa Özil adalah “pemain malas”. Stigma itu hanya bikinan media dan mantan pemain dengan mata buram. Jika masih berpandangan seperti itu, saya sarankan menonton kembali video-video lama Özil ketika masih berseragam Werder Bremen dan Real Madrid. Dan jangan lupa bikin kesimpulan sendiri mengapa ketika sudah berseragam Arsenal, Özil lebih banyak “terlihat malas”.

Alasan ketiga, Arsene Wenger. Sangat kesulitan memahami cara berpikir Wenger yang memaksakan Danny Welbeck bermain ketika ada Jack Wilshere, dalam keadaan bugar, tengah dalam performa terbaik, untuk meladeni Watford di akhir pekan yang lalu. Hasilnya jelas, Welbeck yang belum sepenuhnya waras, kembali menepi, karena kawan akrab Arsenal: cedera otot.

Bisa dimaklumi apabila Wenger belum bisa memainkan Alexis yang baru pulang dari tugas negara dan tengah berada dalam kondisi mental yang buruk setelah hile gagal lolos ke Piala Dunia 2018. Masuk akal juga apabila Özil hanya masuk di babak kedua karena baru saja sembuh dari cedera dan perlu beberapa laga untuk sampai di kebugaran terbaik.

Tapi ketika memaksa Welbeck yang baru sembuh, kita seharusnya paham bahwa ada yang salah dari proses pengambilan keputusan Wenger.

Pengambilan keputusan. Ini yang akan menjadi masalah besar ketika Özil (dan Alexis) dilepas di bulan Januari nanti. Memang, Özil dan Alexis akan menambah pemasukan Arsenal, namun tak lebih dari 50 juta paun. Lantas, dengan kondisi dana belanja untuk musim ini sudah habis, dari mana Arsenal bisa mencari pengganti keduanya?

Pertanyaan ini menuntun kita ke sebuah kesimpulan sederhana bahwa, lagi-lagi, Wenger salah mengambil keputusan. Wenger punya kesempatan mendapatkan dana segar hingga 70 juta paun apabila tak sombong untuk menahan Alexis. Wenger begitu percaya diri, begitu tinggi hati, bisa membujuk Alexis untuk bertahan dan memperpanjang kontraknya. Ia tak mau mengakui kekalahan bahwa sudah tak bisa menahan salah satu pemain terbaiknya.

Bagaimana dari sisi taktik dan pendekatan cara bermain? Inilah alasan keempat mengapa tidak mudah melepas Özil. Mengapa? Ketika Wenger hanya mengganti pemain A dengan B untuk situasi pertandingan yang berbeda, kita seharusnya paham bahwa tidak akan ada perubahan dari pendekatan dan cara bermain.

Wenger mungkin akan kembali ke sistem empat bek, mungkin tidak. Skema bukan masalah utama. Permasalahan utama adalah cara bermain, cara eksekusi taktik. Dan kemenangan semrawut Arsenal di Liga Europa seharusnya sudah cukup menegaskan dua hal: eksekusi yang buruk dan kedalaman skuat yang memprihatinkan.

Maka, melepas Özil (dan Alexis) jauh lebih mudah dilakukan di musim panas yang lalu. Ketika Arsenal masih punya waktu untuk menyusun ulang kekuatan sebelum kembali memulai musim baru.

Kesimpulan akhir saya kembalikan ke masing-masing pembaca. Silakan gunakan argumen di atas seperlunya.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen