Eropa Inggris

Tidak Ada Alasan bagi Arsene Wenger untuk Bertahan di Arsenal Musim Depan

Mengutip dari judul lagu milik band, The Script, “No Good in Goodbye”, tidak ada perpisahan yang menyenangkan. Meskipun  begitu, perpisahan adalah takdir yang akan terjadi, baik dilakukan secara langsung atau pun tidak. Dalam suatu hubungan, berpisah seringkali menjadi jalan terakhir untuk diambil ketika hubungan tersebut sudah rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi oleh kedua pihak.

Begitu juga dalam sepak bola, perpisahan antara manajer yang tak mampu lagi untuk memperbaiki kondisi timnya dengan klubnya sendiri adalah sebuah kelumrahan. Keputusan berpisah ini seringkali diambil oleh satu pihak, namun ada juga manajer yang memiliki kesadaran untuk mundur terlebih dahulu.

Sayangnya, bagi Arsenal dan Arsene Wenger, hal ini seperti tabu untuk dilakukan. Padahal, hubungan antara Wenger dan Arsenal yang memang sudah berjalan selama 21 tahun ini, terhitung sudah rusak dari sudut pandang prestasi. Semestinya, tak ada alasan lagi bagi kakek berusa 67 tahun ini untuk kembali memimpin Arsenal musim depan.

Indikator keberhasilan suatu hubungan salah satunya adalah ketika kedua pihak saling membantu untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik. Ketika Wenger dipinang oleh David Dein dan Arsenal di tahun 1996, hubungan mereka sama-sama saling menguntungkan.

Wenger berhasil mengubah kultur tidak sehat yang dimiliki pemain Arsenal kala itu, dan mulai menerapkan pola hidup sehat seperti melakukan diet dan sebagainya. Tak hanya itu, mantan manajer AS Monaco tersebut juga memperkenalkan skema permainan cantik yang inovatif dan revolusioner, hingga mengubah pandangan orang tentang Arsenal.

Sebelum Wenger masuk, Arsenal bukanlah tim yang bermain dengan estetis, bahkan, celaan “Boring-boring Arsenal” muncul kala itu. Namun, bersama Wenger, Arsenal (sempat) dikenal sebagai tim yang bermain sepak bola dengan indah.

Bersama Wenger juga, Arsenal dikenal akan filosofinya yang dipuji banyak pihak. Wenger terkenal mahir dalam mengembangkan pemain-pemain muda, dan terkenal pelit untuk mengucurkan dana untuk menebus pemain dari klub lain. Filosofinya ini seringkali menjadi tolak ukur klub-klub lain, dan ia dianggap berjasa bagi beberapa negara akibat banyaknya pesepak bola berkualitas yang berkembang di tangannya.

Wenger juga berkontribusi dalam dua rekor yang Arsenal berhasil pecahkan. Yang pertama adalah The Gunners berhasil menjadi klub dengan trofi Piala FA terbanyak (13) dengan Wenger memenangi tujuh trofi sendiri. Yang kedua adalah ketika Arsenal  berhasil menggondol trofi emas Liga Primer Inggris setelah tak terkalahkan dalam satu tahun di musim 2003/2004. Singkatnya, Arsenal menjadi lebih baik kala di tahun-tahun awal hubungannya bersama Wenger.

Namun, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, hubungan yang baik adalah yang mengembangkan kedua belah pihak. Nama Wenger juga mulai terangkat bersama Arsenal. Sebelumnya, pelatih kelahiran Strasbourg ini hanya menangani klub-klub seperti Monaco dan Nagoya Grampus di Jepang. Menangani Arsenal tentu adalah kesempatan bagi Wenger untuk meninggalkan nama di level tertinggi sepak bola dunia.

Meskipun begitu, sepertinya saat ini, hubungan antara Wenger dan Arsenal sudah mencapai titik puncaknya. Sejak beberapa tahun terakhir, Arsenal seperti mengalami kemunduran secara gradual dan hubungan mereka tak lagi membuat diri berkembang satu sama lain.

Wenger bahkan harus melanggar filosofinya sendiri dengan melakukan perekrutan mahal dan semakin minimnya pemain muda yang diorbitkan. Puncaknya tentu terjadi di musim lalu, ketika Arsenal untuk pertama kalinya gagal masuk ke Liga Champions di bawah asuhan Wenger. Memang, gelar Piala FA berhasil direbut, namun kegagalan Arsenal di liga menjadi indikasi bahwa sang manajer tak mampu lagi untuk membawa klubnya menjadi lebih baik lagi.

Sebelumnya, Wenger berpendapat bahwa sulit baginya untuk mundur dari sepak bola saat ini meskipun usianya sudah terhitung semakin senja. Saat ini, tentu nilai Wenger juga sudah turun jauh, tidak seperti sekitar 10 tahun lalu kala ia diminati oleh klub sekelas Real Madrid. Hanya Arsenal-lah sepertinya yang masih ingin menampungnya.

Jika sudah seperti itu, petinggi klub harus mengambil inisiatif untuk mengakhiri hubungan. Anehnya, kegagalan finis di tempat Liga Champions musim lalu berhasil membuat Wenger diganjar kontrak baru selama dua tahun oleh jajaran direksi. Keposesifan Wenger terhadap Arsenal, dan pejabat klub terhadap Wenger, dapat menjadi sesuatu yang buruk bagi kedua belah pihak.

Kini, Arsenal tercecer di peringkat 6 klasemen liga, setelah kalah tiga kali dari delapan pertandingan awal. Di pertandingan terakhir, Meriam London harus kalah secara memalukan dari Watford melalui gol menit akhir Tom Cleverley. Belum lagi polemik kontrak dua pemain bintang, Alexis Sanchez dan Mesut Özil yang tak kunjung selesai. Para Gooners sendiri sudah pasrah melihat klub kesayangannya, dan tak berharap banyak pada Alexandre Lacazette dan kolega di akhir musim nanti.

Bagi Wenger sendiri, nama baiknya semakin terkikis tiap hari. Sebelumnya, ia adalah nama yang dihormati di Liga Primer Inggris, hanya nama Sir Alex Ferguson saja yang dapat dikatakan melebihi popularitas Wenger. Kini, ia jadi bahan olok-olok, tak hanya oleh suporter klub lain, bahkan juga muncul dari klubnya sendiri. Melihat kelakuan Wenger yang semakin bebal, dapat dijamin namanya semakin turun pamor.

Oleh karena itu, tak ada alasan bagi kedua pihak untuk meneruskan hubungannya di tahun depan, kecuali kontrak yang Wenger miliki. Pantas rasanya apabila Ivan Gazidis mengambil langkah tegas untuk memutuskan Wenger di awal musim depan, apabila akhir musim ini berakhir tanpa perkembangan dari musim lalu. Atau, Wenger dapat, setidaknya, menyelamatkan namanya, dan mundur meninggalkan kekasihnya selama 21 tahun terakhir, demi kebaikan dirinya sendiri dan Arsenal.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket