Eropa Inggris

Menyiapkan Panggung Terang untuk Jack Wilshere

Sejak melakoni debut di usia 16 tahun, Jack Wilshere terlalu akrab dengan cedera. Akibatnya, pemain langka asal Inggris tersebut kesulitan bermain dengan performa terbaik untuk waktu yang lama. Kini, dengan penanganan yang lebih teliti, sudah waktunya Arsenal menyiapkan panggung terang untuk Wilshere.

Pemain asli akademi Arsenal ini adalah jenis gelandang yang langka, terutama untuk sepak bola Inggris. Pun bagi The Gunners, mungkin hanya Santiago Cazorla yang punya spesifikasi yang sama. Para gelandang tengah lainnya yang dimiliki Arsenal sama sekali berbeda dengan cara bermain Wilshere.

Granit Xhaka boleh sedikit mirip dengan Mohamed Elneny. Punya kemampuan umpan yang baik, punya stamina yang juga sama baiknya. Aaron Ramsey dan Francis Coquelin? Jelas keduanya tidak mirip dengan Wilshere.

Ramsey pun bahkan tidak cocok disebut gelandang tengah. Ramsey adalah jenis pemain yang lebih cocok “menggantung” di antara gelandang tengah dan gelandang serang, bermain lebih dekat dengan kotak penalti. Coquelin? Jelas, cara bermainnya jauh lebih sederhana. Ia gelandang bertahan, dengan kerja terbatas antara merusak proses menyerang lawan, dan memberikan bola kepada pemain yang lebih kreatif.

Tak ada yang seperti Wilshere, pun Cazorla. Keduanya memiliki kelebihan yang disebut flair, sebuah telenta, sebuah bakat tersendiri. Keduanya adalah tipe gelandang yang dirindukan, nyaman dengan bola, terutama ketika bermain di wilayah sendiri. Keduanya punya kelebihan menggiring bola, membuat mereka dapat dengan mudah menerobos lini lawan dengan penetrasi.

Dari sisi teknik mengumpan, visi keduanya berbicara paling lantang. Kejelian melepas umpan terobosan akan sangat berguna bagi Arsenal, terutama ketika Xhaka tengah bermain buruk dan Mesut Özil tengah “menghilang”. Kreativitas dari lini kedua menjadi sangat dibutuhkan dan Wilshere mampu menyediakan aspek tersebut.

Keberadaan Wilshere juga akan meringankan beban Xhaka untuk menjadi pengatur tempo Arsenal. Perbedaan cara bermain antara Xhaka dan Wilshere justru membuat keduanya akan menjadi duet yang seimbang. Perpaduan antara kekuatan dan kreativitas, dua aspek yang sangat dirindukan Arsenal sejak zaman duet Patrick Vieira dan Gilberto Silva.

Menjadi solusi

Lini tengah Arsenal sering terjebak ke dalam situasi di mana mereka begitu kesulitan menembus lini pertahanan lawan. Selain itu, penyakit Arsenal juga akan kumat ketika menghadapi lawan yang menekan dengan garis pertahanan tinggi. Dua situasi tersebut membuat Arsenal kehilangan momentum.

Ketika kalah dari Watford, Arsenal sempat kehilangan kendali lini tengah setelah penalti kontroversial terjadi. Lini tengah kehilangan daya juang, dan kreativitas, untuk keluar dari tekanan pemain lawan. Arsene Wenger sendiri tak berani bertaruh, mengambil risiko dengan memasukkan Wilshere, untuk menambah jumlah pemain di lapangan tengah.

Padahal, salah satu cara menghadapi tekanan lawan di lapangan tengah, adalah menambah jumlah pemain, terutama mereka yang nyaman dengan bola. Situasi menang jumlah, setidaknya, membuat Arsenal lebih mudah mengontrol tempo dan mencegah Watford mengeksploitasi dua sisi lapangan.

Seperti kata Pep Guardiola, untuk menguasi sisi lapangan, Anda harus menguasai lapangan tengah terlebih dahulu. Demikian juga sebaliknya. Maka, keberadaan Wilshere, dengan kemampuannya memegang bola, dan berkelit dari terjangan lawan, akan memberikan nuansa baru di tengah pertandingan yang tidak menguntungkan bagi Arsenal.

Apalagi, Wenger sempat mengungkapkan secara langsung tentang ciri pertandingan di mana Wilshere dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ciri pertandingan yang dimaksud adalah seperti pertandingan melawan Watford, di mana lawan begitu bernafsu untuk segera menguasai bola kembali. Kemampuan menahan bola dari Wilshere akan sangat menguntungkan.

Baca juga: Jack Wilshere, Alternatif, dan Kedalaman Skuat Arsenal

Namun, nampaknya Wenger justru mengkhianati kalimatnya sendiri. Ia memilih untuk mundur bertahan dan akhirnya Arsenal justru kebobolan untuk kali kedua. Sungguh naif.

Oleh sebab itu, Wilshere layak mendapatkan menit bermain lebih banyak, bukan hanya menjadi cameo di pertandingan-pertandingan Liga Europa saja. Wilshere layak bermain secara rutin di Liga Primer Inggris, liga di mana setiap poin yang diraih akan sangat dibutuhkan Arsenal untuk kembali ke zona Liga Champions.

Wilshere sendiri pernah menegaskan bahwa skema baru Wenger memberinya banyak keuntungan. Ia bisa bermain sebagai gelandang paling dalam, deep playmaker, seperti ketika menghadapi Doncaster Rovers. Atau, pemain berusia 25 tahun tersebut juga bisa bermain di belakang penyerang ketika Arsenal mengalahkan BATE Borisov.

Wilhere terbukti sangat cocok dengan ciri permainan Olivier Giroud. Keduanya bisa bertukar tangkap umpan dengan bebas. Sebuah kelebihan yang bisa dimaksimalkan untuk membongkar lawan yang bertahan begitu dalam. Sebuah solusi yang selama ini tak bisa ditawarkan oleh gelandang-gelandang sentral Arsenal lainnya, selain Cazorla tentunya.

Memang, untuk Wilshere, Arsenal harus betul-betul jeli mengatur menit bermain. Wilshere memang bukan pemain yang dapat selalu bisa bermain di beberapa pertandingan berurutan, dengan intensitas tinggi. Pengaturan menit bermain, dan tentunya pola latihan, yang membuat Wilshere terhindar dari cedera.

Namun, ketika bugar dan dan berada dalam performa terbaik, ketika Arsenal tengah terjebak dalam situasi, sosok Wilshere adalah solusi yang dibutuhkan. Ia layak mendapatkan menit bermain seluas-luasnya ketika bugar. Sudah selayaknya, anak asli Arsenal mendapatkan panggung yang terang, panggung khusus untuk Jack Wilshere.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen