Namanya pernah saya sebut termasuk ke dalam generasi emas London Colney. Bersama Gedion Zelalem, Krystian Bielik, dan Reiss Nelson, pemain satu ini punya satu kelebihan yang bisa menjadi ancaman untuk banyak pemain. Ainsley Maitland-Niles, pemuda dengan wajah murung, yang justru menyimpan ancaman.
Arsene Wenger, seperti kepada pemain muda lainnya, memperkenalkan Ainsley ke tim utama secara bertahap. Di mulai dari Piala Carabao, Piala FA, dan lalu digunakan untuk rotasi ketika tampil di kompetisi Eropa. Dan terkadang, Wenger memperkenalkan pemain muda dengan cara yang “unik”. Namanya juga Wenger.
Dinamika “posisi” Ainsley
Ainsley bermain sangat tenang ketika Arsenal mentas di ajang Piala FA, tepatnya ketika mengalahkan Southampton dengan skor 0-5. Saat itu, nama Theo Walcott dan Danny Welbeck yang menjadi pusat pemberitaan. Masing-masing mencetak tiga dan dua gol. Selain mereka berdua, nama Lucas Perez juga kembali memberi bukti ketika mendapatkan kesempatan.
Sayangnya, banyak mata yang luput untuk menganalisis lebih dalam perihal penampilan Ainsley. Saat bermain di St. Mary’s, kandang Southampton, Ainsley bermain bersama Alex Oxlade-Chamberlain sebagai duet pivot dalam skema 4-2-3-1. Ainsley berposisi lebih dalam dibandingkan Chamberlain. Ia banyak bermain sebagai gelandang bertahan.
Pemain yang saat ini berusia 20 tahun ini menyajikan penampilan yang stabil. Ia mengerjakan tugas gelandang bertahan dengan baik. Kecepatannya cukup membantu ketika berdiri di posisi yang salah. Pemosisian diri yang semakin matang membuatnya hampir selalu bisa memutus serangan dari tuan rumah
Namun, kelebihan Ainsley yang betul-betul memanjakan mata adalah olah bola dan teknik umpan yang sangat baik untuk seorang remaja. Ainsley sangat membantu dalam proses membangun serangan. Daya jangkau umpannya cocok dimaksimalkan ketika serangan balik. Berbekal olah bola yang baik, Ainsley nyaman menguasai bola di wilayah sendiri ketika ditekan oleh lawan.
Sayangnya, musim lalu, Ainsley tak banyak mendapatkan kesempatan lagi untuk bermain sebagai gelandang. Namun, dari penampilannya di rumah Soton, Gooners pasti sadar bahwa Ainsley punya dasar untuk menjadi jauh lebih baik ketimbang Francis Coquelin, bahkan Mohamed Elneny. Bermain di posisi idealnya, Ainsley menunjukkan potensi besar yang belum sepenuhnya digali.
Perubahan dilakukan oleh Wenger. Musim ini, lantaran “hanya” bermain di Liga Europa, manajer gaek itu memainkan banyak pemain muda untuk keperluan rotasi. Ainsley mendapatkan peran untuk bermain di sisi kiri, sebagai bek sayap kiri.
Wenger harus memberi istirahat untuk dua bek yang seharusnya bermain bergantian sebagai bek sayap kiri. Nacho Monreal dan Sead Kolasinac justru selalu bermain bersama. Krisis bek tengah membuat Monreal digeser, dari posisi aslinya sebagai bek sayap. Penjualan Kieran Gibbs membuat Wenger tak punya pilihan selain memainkan Kolasinac setiap saat.
Oleh sebab itu, tak ada lagi cadangan bek sayap kiri. Maka sebagai solusi, Ainsley yang memerankan peran itu. Proses adaptasi Ainsley sebagai bek sayap kiri berjalan perlahan. Beberapa kali, terutama dalam proses transisi bertahan, pemain asli Inggris ini masih banyak membuat kesalahan. Namun, ketika aktif terlibat dalam proses menyerang, Ainsley sangat berbahaya.
Peran dan posisi pemain hanyalah istilah saja untuk mengidentifikasi pemain yang berada ruang tertentu. Namun, ketika si pemain tengah berada dalam situasi tertentu, misalnya menggiring bola masuk ke kotak penalti, “status” bernama peran dan posisi akan gugur. Ia akan sepenuhnya menjadi “pemain sepak bola saja” dengan bekal kemampuan untuk mengatasi situasi di mana dirinya berada.
Ketika masuk ke kotak penalti, Ainsley menyajikan satu hal yang bisa sangat berguna di masa depan, yaitu kecerdasan melepaskan diri dari tekanan satu hingga dua lawan. Kelebihan ini sudah ditunjukkan ketika ia bermain sebagai gelandang tengah.
Mempertahankan bola di lapangan tengah yang padat akan pemain sungguh pekerjaan yang berat. Bukan soal kegesitan saja, namun juga kecerdasan membuat keputusan. Pilihan Wenger untuk menempatkan Ainsley di sisi lapangan adalah pilihan yang akurat. Dengan bermain di sisi lapangan, kemampuan Ainsley ini akan terus terasah.
Jadi, suatu saat nanti bila saatnya tiba, ketika kembali bermain sebagai gelandang, kelebihan Ainsley sudah berubah menjadi kekuatan terbesar. Perlu dicatat, ini penting, hanya Santi Cazorla dan Jack Wlshere yang punya kemampuan mempertahankan bola di wilayah sendiri dan melakukan drive (menggiring bola ke arah kotak penalti lawan menerobos berikade lawan) untuk keluar dari tekanan.
Dengan bermain di sisi lapangan, Ainsley juga beradaptasi dengan banyak situasi, salah satunya pentingnya keberadaan pemain untuk menyediakaan width dan menyediakan umpan silang yang akurat.
Tahukah pembaca, saat ini, catatan umpan silang sukses dari Ainsley lebih baik ketimbang Hector Bellerin dan Kolasinac? Ainsley mencatatkan empat umpan sukses, Bellerin dengan tiga, dan Kolasinac dua. Memang, keberhasilan umpan silang sukses tak selalu BERHUBUNGAN dengan gol. Namun, jika bisa terus-menerus melepas umpan silang yang akurasinya bisa diandalkan, si pemain adalah aset berharga.
Mereka yang terancam
Mengingat pembahasan di atas, jelas, ada beberapa nama yang perlu memikirkan ulang perilah performanya.
Di lini tengah, Coquelin bisa akan kalah komplet dibandingkan Ainsley. Terutama, ketika Ainsley semakin matang. Masa depan Elneny juga jelas akan dipertaruhkan, setidaknya untuk dua musim ke depan. Kedua pemain ini, Coquelin dan Elneny tak selalu konsisten ketika bermain di Liga Europa. Banyak kesalahan dasar yang mereka lalukan.
Apakah Wilshere dan Ramsey harus khawatir? Jelas. Mengapa? Karena catatan cedera. Baik Wilshere dan Ramsey punya catatan cedera yang sungguh membuat sedih. Bahkan, fisik Wilshere belum sepenuhnya siap untuk bermain selama 90 menit, selama beberapa pertandingan, di tengah jadwal yang padat.
Ketika Wilshere tak bisa mempertahankan kebugaran dan tim medis Arsenal tak bekerja dengan baik, meskipun terdengar kejam, Ainsley akan menyingkirkan pemain bernomor punggung 10 itu.
Situasi mungkin akan sedikit berbeda dengan Ramsey. Cara bermain Ramsey sangat berbeda dengan semua gelandang Arsenal. Ia bisa menyesuikan diri dengan cepat ketika harus banyak bermain di tengah atau sedikit ke depan seperti ketika membela Wales. Pun, efektivitas Ramsey di lini depan cukup baik. Kontribusi golnya salah satu yang tertinggi.
Ada lagi yang terancam oleh semakin bagusnya Ainsley? Jelas ada. Mereka adalah Bellerin, Mathieu Debuchy, dan Calum Chambers.
Kaki dominan Ainsley adalah kaki kanan dan ditambah bekalnya ketika bermain sebagai bek sayap kiri, maka bermain di sisi kanan bukan masalah besar. Dengan bermain di sisi kanan, Ainsley akan bisa langsung melepas umpan silang tanpa memindahkan bola ke kaki dominannya terlebih dahulu seperti yang ia lakukan ketika bermain sebagai bek sayap kiri.
Bellerin mungkin belum menyadari ancaman itu. Ia seperti tanpa pesaing untuk pos bek kanan. Debuchy tak lagi berada di level terbaik dan Chambers banyak dimainkan sebagai bek tengah dalam sistem tiga bek. Keberadaan Ainsley dan perkembangannya yang terus berlanjut akan mengejutkan Bellerin di masa depan.
Di balik rona wajah murung, Ainsley menyimpan ancaman besar bagi mereka yang terlalu khusyuk di zona nyaman. Performa adalah segalanya dan masa depan taruhannya.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen