Eropa Inggris

Danny Welbeck, Sang Penyerang yang Tak Kunjung Tajam

Di awal musim 2014/2015, Arsenal secara mengejutkan, mengumumkan perekrutan penyerang muda asal Inggris, Danny Welbeck, dari rival berat mereka, Manchester United (MU) di detik-detik terakhir bursa transfer musim panas. Kepindahan ini tentunya mengejutkan mengingat Welbeck adalah produk asli akademi MU yang berhasil menembus tim utama, dan digadang-gadang menjadi andalan ketika ia sudah berada di usia yang matang.

Terlebih lagi, ia pindah langsung ke Arsenal, membuat namanya jadi tak disukai oleh suporter Setan Merah. Meskipun begitu, Welbeck tampak tak menyesali kepindahannya, dan dapat dipastikan ia sudah menjadi pemain inti The Gunners andai terhindar dari cedera dan mampu tampil dengan konsisten.

Terdaftar sebagai pemain akademi MU yang termashyur itu, Welbeck menjadi sekian pemain yang mampu menembus tim utama. Ia mencatatkan debutnya bagi tim senior MU ketika masih berusia 18 tahun di tahun 2008 lalu. Meskipun begitu, Welbeck sempat dipinjamkan ke Preston North End dan Sunderland, sebelum akhirnya mulai menjadi pilihan reguler di musim 2011/2012.

Ia menjadi bagian dari skuat MU yang menghancurkan Arsenal dengan skor 8-2, yang mana ia menjadi pencetak gol pembuka pesta The Red Devils ke gawang klubnya saat ini. Rekor pemain yang asli lahir di Manchester ini memang cukup meyakinkan, karena seringkali Welbeck mencetak gol penting dan workrat-nya yang mengagumkan. Meskipun begitu, secara keseluruhan, rekor golnya sebagai penyerang memang tak cukup baik.

Selama membela MU, Welbeck berhasil tampil sebanyak 142 kali. Sayangnya, rekor golnya hanya berada di angka 29. Hal ini tentu menjadi masalah mengingat posisi utama sang pemain adalah seorang penyerang, dan dengan rekor gol seperti ini, hal tersebut tentunya mengkhawatirkan.

Meskipun begitu, jumlah asis Welbeck terhitung lumayan, berada di angka 21, namun hal ini tak dapat mengompensasi jumlah golnya yang minim. Setidaknya, inilah yang ada di pikiran Louis van Gaal ketika memutuskan untuk melepas penyerang lokalnya, ketika manajer asal Belanda itu menakhodai MU di musim 2014/2015. Menurut hemat van Gaal, Welbeck bukanlah pemain yang tajam di depan gawang lawan, seperti layaknya Wayne Rooney atau Robin van Persie. Tak hanya itu, direkrutnya Radamel Falcao sebagai pinjaman dari AS Monaco membuat Welbeck semakin tak mendapat tempat di tim utama. Oleh karena itu, van Gaal memilih untuk melego si bocah lokal ke Arsenal dengan biaya 16 juta paun.

Kedatangan Welbeck di Arsenal pun tak disambut dengan optimisme. Wajar saja, saat itu, para Gooner mengharapkan penyerang kelas dunia semacam Karim Benzema atau Gonzalo Higuain untuk direkrut, namun di saat deadline day, manajemen klub malah ‘hanya’ mendatangkan Welbeck.

Keraguan pendukung Arsenal pun terbukti, karena sang rekrutan anyar terlihat tak meyakinkan di beberapa laga awal. Meskipun begitu, ia berhasil merebut hati orang-orang yang meragukannya kala mencetak trigol di laga fase grup Liga Champions melawan Galatasaray, yang juga merupakan hattrick pertamanya sebagai pesepak bola profesional.

Tak hanya itu, Welbeck juga berhasil menjadi penentu kemenangan Arsenal atas bekas timnya, MU, di laga perempat-final Piala FA yang bertempat di Old Trafford. Gol yang ia ciptakan ini terhitung ikonik karena tanpa malu-malu ia berselebrasi di hadapan pendukung MU selepas ia mencetak gol.

Dari sini, predikatnya sebagai pencetak gol penting semakin terpatri. Satu yang paling membekas tentu sundulannya ke gawang Leicester City di Liga Primer Inggris musim 2015/2016. Kala itu, Arsenal masih imbang dengan tamunya hingga menit 94, dan Welbeck yang masuk sebagai pengganti berhasil mencetak gol memanfaatkan tendangan bebas terukur yang dilepaskan Mesut Özil. Sayangnya, kemenangan tersebut menjadi tak berarti karena pada akhirnya Leicester-lah yang menjadi juara liga.

Meskipun begitu, awal kariernya yang terhitung lumayan di London harus terhambat cedera. Di akhir musim 2015/2016, ia terkena cedera lutut parah yang memaksanya absen hingga sembilan bulan. Tak hanya itu, akibat cedera ini, ia juga harus absen di Piala Eropa 2016 bersama timnas Inggris. Cederanya ini tentu menjadi penghambat baginya, dan ia baru bisa bermain ketika musim 2016/2017 sudah setengah jalan. Namun, ia berhasil membuktikan diri sebagai pemain yang solid, setelah beberapa penampilan impresif hingga akhir musim.

Sayang, ketajaman Welbeck di depan gawang tetap dipertanyakan hingga saat ini. Hal ini juga yang diduga menjadi alasan Wenger untuk lebih sering menurunkan pemain yang memiliki kekuatan fisik bagus ini di sayap kiri timnya, bukan sebagai penyerang tengah. Meskipun begitu, keputusan Sang Profesor sepertinya tepat karena rasio gol Welbeck malah meningkat ketimbang bermain di MU dulu.

Kini, dari 77 pertandingan yang sudah ia jalani bersama Arsenal, sudah 20 gol yang ia cetak. Tentu, masih jauh dari kata elite untuk pemain yang tugas utamanya mencetak gol, namun ini menjadi petunjuk bahwa perlahan Welbeck mampu lebih efektif di depan gawang. Namun, dengan turun di sayap kiri, kelebihan yang dimiliki pemain bernomor punggung 23 ini menjadi lebih efektif, karena ia tak segan untuk turun membantu pertahanan dan kemampuannya untuk membuka ruang membantunya berkembang di posisi itu.

Hari ini, usia Welbeck sudah 27 tahun, usia yang terhitung matang sebagai pesepak bola. Musim ini tentunya menjadi penentuan, apakah ia mampu mencapai level elite, atau hanya level solid saja seperti saat ini yang berhasil ia capai.

Happy birthday, Dat Guy Welbz!

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket