Eropa Inggris

Apa Kabar, Mathieu Debuchy? Siap untuk Konsisten?

Jika tak salah mencatat, Mathieu Debuchy berhasil mengalahkan Bacary Sagna untuk memperebutkan satu tempat di timnas Prancis untuk Piala Eropa 2012. Debuchy dianggap lebih meyakinkan ketimbang Sagna. Namun, sejak itu, dengan perlahan namun pasti, nama Debuchy justru tenggelam.

Saat itu, Debuchy adalah salah satu bek kanan yang cukup konsisten di Liga Primer Inggris. Penampilannya bersama Newcastle United cukup menawan. Dan akhirnya, ketertarikan Arsenal membawa Debuchy menuju Stadion Emirates dengan banderol mencapai 15 juta euro. Debuchy didatangkan ke London untuk menggantikan Sagna yang habis kontrak dan hengkang ke Manchester City

Selama menjadi bek kanan baru pengganti Sagna, Debuchy hampir selalu bisa membayar kepercayaan Arsene Wenger. Ia cukup disiplin dan tangguh, cocok untuk berduel dengan pemain lawan yang bertubuh kokoh. Meski tak secepat Sagna, Debuchy juga termasuk salah satu bek kanan yang agresif. Membantu serangan sudah menjadi ciri khas dirinya.

Kekasih Debuchy bernama cedera

Seperti sudah menjadi kebiasaan Arsenal, bahwa para pemain kunci akan menepi karena cedera. “Kutukan” tersebut pun juga mampir ke karier Debuchy. Bek kanan yang saat ini berusia 32 tahun tersebut sungguh sial. Sejak menggantikan posisi yang ditinggalkan Sagna pada musim 2014/2015, Debuchy hampir selalu absen dalam waktu yang lama.

Pada musim tersebut saja, Debuchy menderita dua cedera yang membuatnya absen begitu lama. Pertama adalah cedera pergelangan kaki, yang membuatnya absen hingga 84 hari, tepatnya dari tanggal 15 September 2014 hingga 8 Desember 2014. Saat itu, mantan bek Girondis Bordeaux tersebut melewatkan 17 pertandingan Arsenal.

Baru satu bulan sembuh, Debuchy kembali harus menepi. Cedera bahu membuatnya melewatkan 14 pertandingan Arsenal. Tercatat, 77 hari dihabiskan Debuchy untuk proses pemulihan cedera bahu tersebut, tepatnya antara tanggal 12 Januari 2015 hingga 30 Maret 2015. Bisa dikatakan, musim Debuchy sudah habis. Cedera mengubur konsistensi yang menjadi senjata utamanya.

Tak hanya sampai di situ, badai cedera masih berlanjut. Masih pada tahun yang sama, lagi-lagi satu bulan setelah sembuh, Debuchy kembali terkapar. Kali ini, ia menderita cedera paha. Tepat satu bulan ia menepi, dari 27 April 2015 sampai 28 Mei 2015. Rentetan cedera ini praktis membuat Debuchy kehilangan tempatnya di tim utama setelah nama Hector Bellerin meroket dan menjadi kejutan menyenangkan di balik kemalangan yang diderita Debuchy.

Setelah cedera pada tahun 2015 tersebut, Debuchy masih saja berkawan dengan cedera. Ia seperti dikutuk karena mengambil tempat Bacary Sagna di timnas Prancis.

Beberapa masalah yang dihadapai Debuchy adalah sobek otot dan cedera hamstring. Bahkan, Debuchy dua kali absen karena cedera yang sama, yaitu hamstring, dan total membuatnya menepi hingga 125 hari. Begitu lama Debuchy menepi, hingga berita kesembuhannya tak terdengar oleh media.

Pertanyaan tentang konsistensi

Tanggal 27 Januari 2017 yang lalu, Debuchy dinyatakan bebas dari cedera hamstring yang menghantuinya selama 125 hari. Selepas sembuh, Debuchy tak lantas langsung bisa kembali ke tim utama. Setelah absen begitu lama, proses aklimatisasi lagi dengan intensitas Liga Primer Inggris juga berlangsung sama lamanya.

Debuchy bahkan sempat “dititipkan” ke skuat akademi Arsenal. Ia banyak bermain bersama tim U-23 untuk membangun kembali fisik dan mentalnya yang mengering setelah absen begitu lama. Situasi ini membuat nama Debuchy diperkirakan akan dimasukkan ke dalam daftar jual di jendela transfer musim panas.

Namun, Debuchy selamat dari “seleksi alam”. Wenger masih menaruh kepercayaan kepada kompatriotnya asal Prancis tersebut. Jujur saja, apabila pelatih The Gunners bukan Wenger, bisa jadi, Debuchy sudah dilego sejak lama. Untuk keistimewaan itu, Debuchy harus membayarnya di atas lapangan, secara tuntas.

Maka pertanyaannya adalah mampukan Debuchy menunjukkan level konsistensi yang diharapkan? Ketika Debuchy kembali ke tim utama, Arsenal bermain menggunakan skema dasar tiga bek. Kecepatannya yang sudah jauh berkurang tentu tak akan idel untuk posisi bek sayap kanan. Oleh sebab itu, Debuchy diposisilan sebagai bek tengah sebelah kanan.

Laga Liga Europa di kandang BATE Borisov pada 29 September 2017 yang lalu menjadi “debut kecil” bagi Debuchy setelah masa pemulihan membutuhkan waktu dari Januari hingga Agustus. Malam itu di kandang BATE, performa Debuchy belum sepenuhnya memuaskan, namun juga tak bisa dikatakan buruk karena Arsenal berhasil tidak kebobolan.

Debuchy memang bisa bermain sebagai bek tengah. Apalagi, kemampuan distribusi bola akan membuat Debuchy cukup mudah beradaptasi.

Adaptasi adalah satu hal, sedangkan konsisten adalah hal lain. Debuchy mungkin hanya akan bermain di ajang Liga Europa atau Carabao Cup. Di dua ajang itulah masa depan Debuchy dipertaruhkan. Satu kesempatan sudah diberikan Wenger. Sebuah kesempatan yang begitu mahal.

Debuchy jelas harus membayarnya dengan konsistensi. Dan semoga, kutukan cedera itu tak lagi mampir!

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen