Suara Pembaca

Membedah Kai Havertz dalam Kacamata Taktik Frank Lampard

Kai Havertz berhasil diamankan oleh Chelsea dengan nilai sekitar 80 juta euro dari Bayern Leverkusen. Ia menjadi prontagonis dalam taktik Frank Lampard bersama Chelsea dan turut meramaikan persaingan lini serang dalam Premier League musim 2020/21.

Bermain selama 150 laga dengan Bayer Leverkusen dan mencatatkan 46 gol serta 31 asis merupakan catatan statistik yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh bek-bek lawan.

Namun, yang menjadi pertanyaan bagi penggemar Chelsea adalah mengapa bersusah-payah untuk mengejar Kai Havertz, jika lini serang The Blues saja sudah dibanjiri oleh pemain-pemain luar biasa?

Bukannya mendatangkan pemain bertahan yang lebih kompeten untuk mengawal Kepa Arrizabalaga, Havertz menjadi buruan utama yang dibutuhkan Frank Lampard dalam meramu taktik untuk menjalani musim ini.

Jika pendukung Chelsea masih ada yang menanyakan hal tersebut, maka akan saya berikan sedikit pemahaman dari segi taktikal. Secara keseluruhan permainan Havertz di Bayer Leverkusen, ia merupakan seorang gelandang serang dengan kecepatan dan daya jelajah tinggi serta memiliki kemampuan untuk bermain di segala posisi.

Kemampuan bermain di segala posisi ini juga menjadi nilai tambah bagi Chelsea. Memiliki posisi natural sebagai gelandang serang tengah, Havertz juga memiliki atribusi pendukung untuk kemudian berubah menjadi sayap kanan, penyerang atau bahkan menjadi gelandang sentral.

Kemampuan tersebut didukung dengan kemampuan untuk membaca timing dan gerakan yang eksplosif sehingga Havertz dapat menentukan kapan harus berlari dari lini kedua atau mencari ruang dari sayap untuk melakukan penetrasi dan crossing untuk dieksekusi para penyerang.

Umpan terobosan yang dimiliki Havertz pun mempunyai kualitas yang terbilang bagus. Hal ini terbukti dengan 4,45 rata-rata umpan ke “final third” tiap laga. Penempatan serta timing dalam melepas umpan terobosan menjadi salah satu skillset yang sangat penting.

Tidak hanya itu, atribusi penyerangan Havertz pun semakin lengkap dengan kemampuan dribel yang mumpuni. Dengan dribel dan eksplosivitas tinggi menjadikan Kai Havertz tidak melulu menggunakan umpan terobosan untuk menghancurkan garis pertahanan tinggi. Hal ini terlihat dengan tingkat keberhasilan yang mencapai 51% ketika melakukan dribel.

Dengan memasukkan Kai Havertz di posisi gelandang sentral yang bersifat lini ke lini tentu akan sangat membantu dalam kacamata taktik Lampard musim ini.

Bersama Jorginho ia diharapkan mampu mengirimkan bola ke depan dan ke sisi lapangan atau membawa bola lewat dribel yang eksplosif. Sehingga Kante akan kembali menjadi gelandang bertahan murni yang memilki mobilitas untuk mengantarkan bola antar lini.

BACA JUGA: Lampard Kritik Musim Baru Liga Inggris yang Terlalu Dini

BACA JUGA: Chelsea, Lampard, dan Jejak Para Legenda di Kursi Pelatih

Taktik Havertz Dengan Lampard

Jika kita melihat skuad Chelsea secara garis besar, maka kita dapat melihat tren yang dimiliki dalam kacamata taktik Lampard adalah sepak bola menyerang dengan transisi yang cepat, dan sekali lagi Havertz menjadi prontagonis utama dalam mengarungi musim ini.

Kerap melakukan pressing tinggi membuat Chelsea akan lebih sering mendapatkan bola di garis pertahanan lawan untuk kemudian bola dialirkan kepada gelandang kreatif yang akan memberikan sentuhan-sentuhan magis agar penyerang dapat mengeksekusi atau bahkan melakukan umpan tarik agar pemain dari lini kedua langsung mengeksekusi.

Hal tersebut dapat kita lihat ketika bagaimana Lampard membeli Kai Havertz dan Ziyech padahal Chelsea sendiri sudah memilki Hudson-Odoi yang bermain cukup impresif dalam project restart kemarin.

Tak hanya Odoi, ada juga Mason Mount yang bermain dengan sangat baik dalam menyalurkan bola baik lewat umpan terobosan atau penetrasi sendiri, dan Pulisic pun sebenarnya sudah menjadi replika Eden Hazard yang dapat memberikan berbagai macam dimensi serangan melalui kemampuan membaca posisi rekannya.

Maka dari itu, Chelsea biasa menggunakan sistem 4-4-3 yang telah dimodernisasi oleh Lampard atau 4-2-3-1 dan 3-5-2 dalam skema alternatifnya. Perubahan taktik yang sering digunakan Lampard ini akan menjadikan Chelsea menjadi sebuah tim yang dapat beradaptasi dan sulit untuk ditebak.

Namun mengapa Lampard masih membutuhkan Havertz sebagai aktor utama di dalam taktik permainannya?

Chelsea di musim lalu menggunakan bek sayap sebagai pemain terluar untuk kemudian penyerang sayap lebih masuk ke dalam sehingga dapat melakukan penetrasi. Kedatangan Kai Havertz yang dapat bermain di berbagai posisi, akan menjadi inti dari penyerangan Chelsea yang selama ini sulit untuk menghubungkan lini tengah dengan lini depan.

Timo Werner bersama Ziyech dan Pulisic yang nantinya akan menjadi trio sangat berbahaya bagi bek mana pun. Havertz sebagai sentral akan memberikan dimensi baru bagi Chelsea lewat kemampuan umpan terobosan dan switch playnya bersama Jorginho dan Kante di posisi gelandang sentral.

Akhir kata, pembelian Havertz dengan banderol yang cukup tinggi akan menjadi sebuah beban tersendiri untuk dapat membuktikan kepada publik Stamford Bridge bahwa nilai yang dikeluarkan oleh Chelsea merupakan sebuah nilai transaksi yang menguntungkan.

Sejauh ini dalam dua pertandingan di Premier League 2020/21 hingga Minggu (20/9) malam WIB Havertz telah membuat 41 operan atau 20,5 operan per laga. Satu umpan lambung dan satu umpan terobosan serta 67% tekel sukses semakin memperlihatkan bahwa ia menjadi prontagonis dalam taktik Frank Lampard musim ini.

Meskipun baru mendapatkan satu kemenangan dan satu kekalahan di Premier Leagues musim ini, menarik untuk melihat bagaimana Lampard dalam meramu taktik agar mengeluarkan kemampuan terbaik Havertz sebagai salah satu gelandang terbaik di liga terbaik di dunia sekaligus dapat membawa Chelsea kembali berjaya di kompetisi Inggris maupun Eropa.

Penulis adalah fans olahraga sekaligus mahasiswa sejarah di salah satu universitas di Jawa Tengah. Dapat ditemui di akun Twitter @mhd_alf16