Suara Pembaca

Kembalinya Liga Indonesia, Kembalinya Jadwal Pertandingan Yang Padat

Kurang dari 1 bulan lagi kompetisi sepak bola Indonesia akan kembali menggeliat. Namun beberapa masalah klasik seperti padatnya jadwal pertandingan Liga Indonesia masih menghantui klub peserta dan juga operator liga. Dimulai dari restart Liga 1 di tanggal 1 Oktober dan dilanjutkan dengan kick-off Liga 2 yang telah mengalami reset format kompetisi sekitar 2 minggu setelahnya.

Liga 1 2020 rencananya akan dilanjutkan mulai tanggal 1 Oktober 2020 dan berakhir pada 28 Februari 2020. Beberapa penyesuaian dilakukan oleh PSSI dan PT. LIB seperti contohnya pertandingan tanpa penonton, peniadaan degradasi, aturan pergantian pemain, hingga periode bursa transfer, dan masih banyak lagi.

Namun, satu hal yang banyak disoroti oleh penggemar sepak bola di tanah air yaitu tentang jadwal kompetisi yang dinilai padat. Seperti diketahui, pelaksanaan pertandingan lanjutan Liga 1 ini rencananya akan disentralisasi di pulau Jawa dengan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pusatnya.

Hal ini guna menekan biaya transportasi tim dan juga memudahkan dalam mengontrol kondisi kesehatan pemain selama kompetisi nanti. Transportasi klub selama kompetisi nanti diwajibkan menggunakan jalur darat melalui bus, baik yang disediakan oleh operator maupun milik klub sendiri.

Semua klub Liga 1 dilarang menggunakan transportasi umum seperti kereta api atau pesawat untuk menghindarkan pemain, pelatih dan ofisial tim peserta dari tempat-tempat yang menjadi titik kumpul banyak orang seperti stasiun dan bandara.

Untuk pertandingan yang dilaksanakan antara 2 tim yang menggunakan stadion kandang yang sama atau berdekatan hal ini tidak akan menjadi masalah karena tim tidak perlu berpindah kota ketika melakoni pertandingan tandang.

Namun dengan perjalanan darat yang cukup memakan waktu maka waktu untuk recovery pemain pun menjadi berkurang dan tidak lama setelah itu tim akan langsung dihadapkan dengan pertandingan selanjutnya. Nahasnya jadwal pertandingan sendiri dibuat agar hampir setiap hari ada pertandingan yang tayang di televisi.

BACA JUGA: Haduh… Jadwal Liga Indonesia Masih Saja Berantakan

BACA JUGA: Catatan Akhir Pekan 5 Liga 1 2019: Jadwal Kacau Bikin Galau

BACA JUGA: Liga 1 2019 adalah Liganya Robocop

Cara pengaturan yang menurut saya sendiri sangat tidak memperhitungkan faktor waktu istirahat pemain, efeknya pemain akan sangat kelelahan dengan jadwal pertandingan yang padat tersebut.

Mereka jadi lebih mudah cedera, rawan terserang penyakit karena imun tubuh menurun dan akibatnya dari sisi teknis permainan tidak akan berjalan maksimal karena pemain sendiri sudah kelelahan.

Idealnya tentu saja pertandingan dilaksanakan dengan frekuensi 1 pekan sekali. Dan rasanya akan lebih baik kalau semua jadwal pertandingan dilaksanakan di akhir pekan saja.

Efeknya memang membuat siaran pertandingan di televisi menjadi lebih sedikit, tapi rasanya untuk kondisi seperti sekarang ini metode siaran live streaming melalui internet pun tetap akan ramai penonton dan stasiun televisi yang menayangkannya bisa melakukan siaran tunda di hari-hari kerja apabila ingin tetap ada siaran sepak bola di hari-hari tersebut.

Jika ingin semua pertandingan disiarkan secara langsung di televisi bukankah pihak yang memegang hak siar Liga 1 saat ini, yaitu Emtek Group memiliki 3 kanal televisi nasional: SCTV dan Indosiar dengan jangkauan terluas (ditambah O-Channel), kenapa tidak membagi saja siaran Liga 1 di kanal-kanal tersebut?

Untuk 1 pekan Liga 1 sendiri akan ada 9 pertandingan yang dilaksanakan, apabila jatah siaran dibagi untuk dua kanal terbesar saja maka untuk 1 hari bisa ada 4 pertandingan yang disiarkan, 2 pertandingan di sore hari dan 2 pertandingan di malam hari.

Apabila jadwal pertandingan dilaksanakan setiap Sabtu dan Minggu maka dalam 2 hari tersebut bisa dilaksanakan 8 pertandingan, dan 1 pertandingan lagi bisa dilaksanakan di hari Jumat atau Senin.

Dengan penataan jadwal pertandingan seperti itu jelas pemain akan memiliki waktu istirahat yang lebih layak. Ketika kondisi pemain sendiri lebih fit untuk bertanding maka kualitas pertandingan akan lebih baik pula dan hal itu akan berdampak untuk sepakbola Indonesia ke depannya.

Penulis adalah pelajar radiasi yang tergila-gila pada sepakbola. Dapat ditemui di akun Twitter @harkamayanp