Piala Dunia 2018 Berita

Insiden Gol Hantu Frank Lampard Jadi Alasan Hadirnya Teknologi di Piala Dunia

Mengambil Stadion Free State sebagai arena pertarungan pada babak perdelapan-final Piala Dunia 2010 antara Inggris kontra Jerman dan dipadati oleh sekitar 40 ribu pasang mata, sebuah laga seru nan intens tercipta. Kesebelasan yang disebut kedua akhirnya sukses memenangi partai itu lewat skor telak 4-1. Sayangnya, ada satu noda yang mengiringi catatan apik Die Mannschaft ketika itu yang akhirnya finis sebagai tim peringkat tiga.

Berlangsung pada menit ke-39, Frank Lampard melepaskan tembakan yang gagal diantisipasi oleh Manuel Neuer dan laju bola sepakannya itu menghujam bagian bawah mistar sehingga masuk sekitar satu yard di belakang garis gawang.

Namun sial bagi The Three Lions, tendangan keras Lampard yang berpotensi jadi penyama kedudukan (menjadi 2-2) itu justru tidak diakui oleh wasit berikut asistennya kendati rekaman ulang yang diputar berkali-kali memperlihatkan kalau sepakan Lampard kala itu harus disahkan sebagai gol.

Selepas pertandingan tersebut, Sepp Blatter yang pada momen itu masih berstatus sebagai Presiden FIFA, bahkan sampai menyatakan permintaan maafnya secara terbuka sekaligus membuka kembali rencana penerapan teknologi di ajang sepak bola demi meminimalisasi kesalahan-kesalahan serupa.

Pada penyelenggaraan Piala Dunia 2014 di Brasil, FIFA sebagai pihak penyelenggara pun lantas menerapkan aturan soal penggunaan teknologi garis gawang sehingga gol-gol hantu tidak akan muncul lagi dalam kejuaraan sepak bola antarnegara paling megah sejagad itu.

Keputusan FIFA untuk menggunakan teknologi sebagai alat bantu mengurangi sisi kontroversi pun dilanjutkan dengan pemakaian Video Assistance Referee (VAR) pada Piala Dunia 2018 di Rusia nanti walau sejumlah pihak menyatakan ketidaksetujuannya perihal itu.

Akan tetapi, keputusan FIFA mengenai hal tersebut sudah bulat. Selain berfungsi untuk menekan adanya kejadian-kejadian kontroversial dalam sebuah laga sepak bola, penggunaan VAR juga diyakini oleh para pengamat sebagai cara untuk menjaga kredibilitas FIFA berikut korps baju hitam yang mereka tunjuk guna bertugas di turnamen sekelas Piala Dunia.