Piala Dunia 2018 Berita

Michel Platini: Pengundian Piala Dunia 1998 Sudah ‘Diatur’

Mantan Presiden UEFA asal Prancis, Michel Platini, tampaknya belum mau berhenti menciptakan kontroversi. Setelah dihukum tak boleh berkecimpung di dunia sepakbola selama 4 tahun pada 2015 karena terlibat kasus suap dalam tubuh FIFA dan namanya sempat muncul dalam daftar Panama Papers pada 2016 lalu, kini tiba-tiba ia memberikan pernyataan mengejutkan, yaitu adanya ‘pengaturan’ undian pada Piala Dunia 1998 yang bertujuan menguntungkan tuan rumah Perancis.

Dikutip dari Guardian, Platini yang saat itu menjabat sebagai ketua panitia penyelenggara Piala Dunia menjelaskan bahwa alokasi grup untuk tim unggulan saat itu diatur sedemikian rupa agar Prancis terhindar dari Brasil di babak awal fase gugur. Harapannya, mereka baru akan bertemu di babak final, yang Platini sebut sebagai ‘final idaman semua orang’.

“Prancis-Brasil di final, laga itu merupakan keinginan semua orang (yang menonton Piala Dunia),“ ujarnya saat diwawancarai oleh salah satu radio lokal, France Bleu Sport.

Mantan bintang timnas Prancis itu tertawa ketika melanjutkan pernyatannya, ”Memang ada sedikit aksi tipu-tipu yang dilakukan (untuk memastikan hal itu terjadi). Kami tidak menghabiskan enam tahun mempersiapkan Piala Dunia tanpa melakukan ‘kecurangan’ sedikit pun. Memangnya kalian pikir tuan rumah yang lain tidak melakukannya?”

Pada saat itu, Brasil ditempatkan dalam Grup A karena status mereka sebagai juara dunia 1994, sedangkan Prancis masuk ke dalam Grup C. Peta jalur undian yang ada saat itu membuat keduanya tak akan bertemu hingga babak final jika masing-masing resmi menjadi juara grup, dan hal itu benar-benar menjadi kenyataan, di mana Prancis menjadi juara setelah mengalahkan Brasil dengan skor 3-0.

Pembelaan Platini yang mengatakan ‘semua tuan rumah melakukannya’ ini tentu merujuk pada kondisi di mana tuan rumah pasti selalu mencari cara agar diuntungkan, mulai dari jadwal, undian, lokasi pertandingan, dan masih banyak lagi.

Kecurigaan ‘pengaturan’ seperti ini seringkali muncul di beberapa turnamen, seperti misalnya saat Inggris dianggap terlalu diuntungkan karena selalu bermain di Stadion Wembley pada Piala Eropa 1996, yang membuat mereka mampu menghemat tenaga, ataupun saat Piala Dunia 1978, di mana Argentina selalu bermain pada malam hari agar bisa mengetahui situasi mereka di klasemen grup.

Namun yang perlu diingat, sekalipun pernyataan Platini benar adanya, perjalanan Prancis lolos ke final tidaklah mudah. Meski menjadi juara grup dengan lawan-lawan yang relatif ‘enteng’ (Denmark, Arab Saudi, dan Afrika Selatan), Les Blues harus melewati perpanjangan waktu untuk mengalahkan Paraguay di babak 16 besar, menumbangkan Italia lewat adu penalti di perempat-final, dan sempat tertinggal lebih dulu saat menghadapi Kroasia di semifinal. Hal ini tentu perlu diapresiasi lebih.

Lagipula, sekalipun Platini mengungkapkan bahwa tuan rumah selalu mencari cara agar diuntungkan, nyatanya yang terjadi tidaklah selalu demikian. Prancis adalah negara terakhir yang menjadi juara Piala Dunia dengan status sebagai tuan rumah, dan itu sudah berlangsung dua dekade silam.

‘Mengatur’ nasib baik mungkin dianggap perlu oleh para tuan rumah, namun jangan lupa bahwa membangun tim yang kuat jauh lebih penting. Lihat saja Indonesia, sudah beberapa kali bermain sebagai tuan rumah Piala AFF saja tetap tak bisa juara.