Suara Pembaca

Pulau Jawa dan Kembalinya Sepak Bola Indonesia

Wacana Liga Indonesia 2020 kembali dilanjutkan dan berpusat di pulau Jawa dengan protokol kesehatan yang ketat serta pertandingan tanpa penonton tengah menjadi usul yang sedang digodok oleh PSSI. Namun satu pertanyaan muncul, kenapa lanjutan liga harus dilaksanakan di pulau Jawa yang notabene memiliki jumlah kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia?

Ditambah lagi masih banyaknya daerah yang berstatus zona merah. Mengapa tidak mencari daerah lain yang relatif lebih aman, pulau Sumatera misalnya. Bulan September dan Oktober, untuk kelanjutan Liga 1 dan Liga 2, tidaklah lama. Pun dengan kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia yang belum sepenuhnya menemui titik terang ada banyak faktor yang membuat pulau Jawa menjadi daerah yang dipilih PSSI untuk memusatkan dua kompetisi tersebut.

Faktor yang saya rasa paling jelas adalah banyaknya jumlah stadion yang dirasa cukup layak untuk menggelar pertandingan sekelas Liga 1 dan Liga 2. Poin plus lagi adalah jarak antar venue pertandingan yang relatif dekat apabila dilaksanakan di pulau Jawa.

Saya menggunakan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai contoh, apabila kota Yogyakarta diasumsikan sebagai titik pusat pulau Jawa maka dalam radius 10 kilometer saja sudah ada 3 stadion yang layak untuk menggelar pertandingan.

Stadion Mandala Krida yang berada pada titik tengah dengan 2 stadion lagi mengapitnya, stadion Maguwoharjo dan stadion Sultan Agung yang masing-masing berjarak kurang lebih 10 kilometer dari Mandala Krida. Belum lagi ditambah stadion yang berlokasi di kota-kota di Jawa Tengah yang dekat dengan Yogyakarta, stadion Moch. Soebroto (kota Magelang) dan stadion Manahan (kota Surakarta) misalnya.

BACA JUGA: Cerita dan Harapan di Mandala Krida

BACA JUGA: Yogyakarta, Salah Satu Titik Pusat Sepak Bola Indonesia

Kedua stadion tersebut berjarak kurang dari 100 kilometer dari Yogyakarta. Pun kondisi ini juga kurang lebih sama di daerah lain, sebut saja di Jawa Timur, Jawa Barat dan Jabodetabek misalnya. Ketiga daerah tersebut memiliki setidaknya satu stadion layak di kota besar dan stadion-stadion di kabupaten/kota sekitarnya yang berjarak tidak terlalu jauh.

Jabodetabek misalnya, terdapat beberapa stadion yang layak seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno dan Stadion PTIK (Jakarta), stadion Patriot (kota Bekasi), stadion Wibawa Mukti (kabupaten Bekasi), stadion Pakansari (kabupaten Bogor), dan stadion Benteng Taruna (kabupaten Tangerang).

Jarak antar keenam stadion ini relatif dekat apabila dibandingkan dengan di pulau lainnya. Hal ini masih didukung pula dengan letak geografis antar kota di pulau Jawa yang relatif cukup dekat dan perjalanan dapat dilakukan melalui tol sehingga dapat ditempuh dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Faktor jarak ini menurut saya menjadi penting terutama untuk masa pandemi seperti saat ini. Mengapa? Karena dengan jarak yang dekat maka tim dapat mengurangi biaya akomodasi perjalanan untuk pertandingan karena semua dapat dilakukan dengan perjalanan menggunakan moda transportasi darat seperti bus, mobil ataupun kereta.

Ini jelas lebih memakan biaya yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan kondisi ketika tim harus melakukan perjalanan yang cukup jauh dengan pesawat. Pemilihan moda transportasi darat ini juga berpengaruh terhadap tingkat efektivitas mengontrol kesehatan pemain dari penularan COVID-19.

Bila menggunakan moda transportasi darat, artinya tim akan melakukan perjalanan dengan bus atau mobil baik milik klub itu sendiri maupun hasil sewa, hal ini jelas akan menjaga pemain dan ofisial yang melakukan perjalanan lebih aman dari pada ketika menggunakan pesawat di mana perjalanan harus melewati bandara yang kerap menjadi titik kumpul banyak orang sehingga lebih rawan terjadi penularan virus.

BACA JUGA: Setelah 25 Tahun, Akhirnya PSMS Medan Punya Bus Baru

BACA JUGA: Mobil Balap Liverpool Butuh Rem yang Pakem

PSSI sendiri kabarnya akan menggunakan format home tournament untuk kelanjutan Liga Indonesia pasca ditunda karena pandemi. Pertanyaan lain muncul bagaimana jika kelanjutan kompetisi digelar di pulau lain, apakah ada satu daerah yang dapat memenuhi faktor yang sudah saya sebutkan di atas?

Sejak pertama kali diwacanakan home tournament di pulau Jawa, banyak penggemar sepak bola Indonesia yang bertanya mengapa tidak memilih daerah lain yang memiliki jumlah kasus penularan COVID-19 yang lebih sedikit, Aceh misalnya. Namun coba kita lihat lagi berapa stadion yang layak di sana?

Format home tournament berarti semua tim akan bermain di satu daerah yang sama, untuk Liga 1 saja terdapat 18 tim, apakah dengan jumlah tersebut semua laga dapat digelar di sana? Bila tidak digelar di satu provinsi saja, seberapa jauh jarak antar venue yang layak di provinsi tersebut?

Lalu pilihan moda transportasi apabila dilaksanakan di luar pulau Jawa. Sebenarnya pilihan moda transportasi ini bisa lebih cepat, namun memakan biaya tinggi karena harus melalui udara atau dengan pesawat. Ditambah masih ada faktor penularan virus di bandara seperti yang sudah disebutkan di atas tentu pertimbangan melanjutkan kompetisi di luar pulau Jawa akan menjadi sedikit lebih berat.

Namun bukan berarti jika dilangsungkan di pulau Jawa dengan moda transportasi darat adalah solusi yang sempurna. Perjalanan tim memang memakan biaya lebih rendah namun sangat melelahkan bagi pemain karena harus menempuh perjalanan dalam jarak yang jauh dan waktu yang lama apabila menggunakan jalur darat.

Kedua pilihan tersebut, baik dilangsungkan di pulau Jawa atau di luar pulau Jawa memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Atas pertimbangan itu juga saya rasa PSSI lebih memilih untuk melaksanakan kompetisi ini terpusat di pulau Jawa, agar klub tidak mengeluarkan ongkos yang terlalu banyak dan juga menjadi opsi yang lebih baik untuk menjaga seluruh elemen yang terlibat agar tidak terkena penularan COVID-19.

Penulis adalah pelajar radiasi yang tergila-gila pada sepakbola. Dapat ditemui di akun Twitter @harkamayanp