Analisis

Menaklukan Pulau Jawa Berarti Menguasai Kompetisi Sepak Bola Indonesia

“Jawa adalah kunci”, begitu kalimat tersohor yang keluar dari mulut pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI), Dipa Nusantara Aidit. Konteks dari kalimat tersebut adalah bagaimana Pulau Jawa memiliki peran yang sangat strategis dalam kedaulatan Republik Indonesia. Menguasai Pulau Jawa sama dengan menguasai Indonesia.

Ditambah karena sistem pemerintahan Indonesia yang juga sentralistik, akhirnya semua bermuara dan juga memiliki hilir di Pulau Jawa. Tidak hanya bidang politik saja, bahkan bidang-bidang lain pun, seperti ekonomi, sosial, dan bahkan budaya pun, memiliki fenomena yang serupa. Semua berpusat di Pulau Jawa dan bahkan hal ini juga sebenarnya berlaku di kancah sepak bola.

Meskipun teks paling awal menyebutkan bahwa sepak bola di Indonesia pertama kali muncul di Sumatera Utara, tepatnya di Medan, sepak bola Indonesia secara keseluruhan mengalami banyak perkembangan di Pulau Jawa. Dan seperti yang diketahui bagaimana asosiasi sepak bola Indonesia, PSSI, juga didirikan oleh Soeratin Sosrosoegondo, di Yogyakarta, yang seperti diketahui merupakan bagian dari Pulau Jawa.

Menaklukan Jawa menaklukkan kompetisi sepak bola Indonesia?

Soal Jawa adalah kunci untuk memenangkan kompetisi sepak bola Indonesia bisa diamati sekilas saja dengan melihat jumlah tim-tim di kompetisi level tertinggi. Untuk Liga 1 edisi tahun 2018 ini saja, 8 tim dari 18 peserta kompetisi berasal dari Pulau Jawa. Dengan kata lain, hampir setengah dari peserta liga berasal dari Pulau Jawa. Bahkan Madura United, yang berbasis di Pulau Madura, secara administratif juga termasuk dalam bagian Provinsi Jawa Timur, membuat jumlah tim Jawa di Liga 1 menjadi 9.

Dari soal jumlah inilah yang kemudian berpengaruh terhadap kemungkinan sebuah tim untuk memenangkan kompetisi. Dalam tiga kompetisi reguler terakhir, Indonesia Super League 2014, Torabika Soccer Championship (TSC) yang digelar pada tahun 2006, hingga Liga 1 2017 lalu, para tim juara, mulai dari Persib Bandung, Persipura Jayapura, dan Bhayangkara FC, dalam perjalanan mereka meraih gelar juara, ketiganya memiliki rekor bagus ketika berhadapan dengan kesebelasan-kesebelasan asal Pulau Jawa.

Ketika Persib Bandung berhasil mengakhiri dahaga gelar juara mereka di kompetisi liga tahun 2014 lalu, Maung Bandung yang kala itu diarsiteki oleh Djadjang Nurdjaman punya rekor bagus menghadapi tim-tim yang berasal dari Pulau Jawa. Dari babak pertama yang terdiri dari dua wilayah, pada kompetisi saat itu ada 12 tim yang berasal dari Pulau Jawa, dari total 22 tim yang bertanding di dua wilayah tersebut.

Di klasemen Wilayah Barat, 8 dari 12 kemenangan yang Persib raih, didapatkan ketika berhadapan dengan kesebelasan-kesebelasan asal Pulau Jawa, termasuk kemenangan dramatis melawan Arema dengan skor 3-2.

Berlanjut ke babak delapan besar di mana Hariono dan kawan-kawan kala itu hanya kalah sekali, yaitu dari tim rival sekota, Pelita Bandung Raya. Untuk mencapai partai puncak, mereka juga terlebih dahulu menaklukan sesama tim asal Pulau Jawa di semifinal yaitu Arema. Cerita selanjutnya seperti yang sudah diketahui, bagaimana tendangan dari Achmad Jufriyanto di babak adu tos-tosan menjadi penentu berakhirnya dahaga gelar juara selama hampir dua dekade yang dialami oleh Persib Bandung.

Berlanjut ketika kompetisi reguler mesti terhenti, dan Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA, Torabika Soccer Championship atau TSC menjadi pengganti sementara sebelum kompetisi reguler kembali digulirkan. Persipura yang kala itu mengalami awalan yang tidak terlalu baik, justri berhasil keluar sebagai juara di akhir kompetisi. Bahkan mereka sempat mengalami pergantian pelatih dari Jafri Sastra ke Angel Alfredo Vera.

Pada kompetisi TSC, total ada 9 tim dari 18 tim peserta. Pakem yang hampir serupa dengan yang kemudian terjadi di kompetisi selanjutnya yaitu Liga 1 2017. Di TSC, Persipura juga tampil dominan ketika berhadapan dengan kesebelasan-kesebelasan asal Jawa. Dari total 20 kemenangan yang dibukukan oleh Persipura di kompetisi tersebut, 11 di antaranya didapatkan ketika mereka bertanding berhadapan dengan tim-tim asal Pulau Jawa.

Persib Bandung menjadi tim yang paling menyulitkan Boaz Solossa dan kawan-kawan di musim tersebut, sebab Maung Bandung berhasil menang back to back baik ketika bertemu Persipura di Stadion Mandala maupun di Stadion Si Jalak Harupat. Masih segar dalam ingatan bagaimana di kompetisi TSC, kegeniusan taktikal coach Djanur membuat Persipura tidak berdaya di kandang mereka sendiri.

Sementara di kompetisi musim lalu, ketika Bhayangkara FC keluar sebagai juara, skuat asuhan Simon McMenemy ini pun punya rekor yang sangat bagus ketika berhadapan dengan kesebelasan-kesebelasan asal Pulau Jawa. Dari 22 kemenangan yang berhasil mereka raih, 11 di antaranya didapatkan ketika berhadapan dengan tim-tim asal Pulau Jawa dan sekitarnya, termasuk satu kemenangan ketika berhadapan dengan pesaing terdekat dan terpanas mereka, Bali United.

Kemenangan terbesar di musim itu juga berhasil mereka raih ketika berhadapan dengan tim asal Pulau Jawa, Persegres Gresik United. Saat itu Jajang Mulyana dan kawan-kawan berhasil menang dengan skor telak 5-0.

***

Dalam sejarahnya saja. Sejak unifikasi kompetisi pada tahun 1995, berlanjut dengan dimulainya kompetisi modern pada tahun 2008l, lebih banyak pemenang liga berasal dari kesebelasan-kesebelasan yang berdomisili di Pulau Jawa. Dari 20 juara termasuk di kompetisi TSC sejak era Liga Indonesia, 12 di antaranya dimenangkan oleh tim-tim asal Pulau Jawa.

Terlebih secara kalkulasi sederhana, dengan jumlah tim asal Pulau Jawa dan sekitarnya yang mencapai separuh lebih (termasuk Madura United) dari peserta kompetisi liga per tahun 2018 ini saja, maka seandainya berhasil memenangkan pertandingan melawan semuanya wakil dari Pulau Jawa, bahkan hanya di partai kandang saja, 27 poin bisa didapatkan.

Dan bila mampu menang dua kali baik di kandang dan tandang dari tim-tim asal Jawa, sebuah tim bisa mengantongi bersih 54 poin! Ya, hanya dengan menaklukkan tim-tim asal Jawa, sebuah tim bisa mengantongi lebih dari 50 poin. Memang, Jawa adalah kunci untuk menguasai Indonesia, bahkan di konteks sepak bola sekalipun.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia