Suara Pembaca

Shin Tae-yong Akrab dengan Timnas Usia Muda, tapi…

Akhir tahun lalu PSSI membuat sebuah keputusan penting yang cukup mengagetkan bagi pencinta sepak bola di Tanah Air. Mereka secara resmi menunjuk pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, untuk menakhodai timnas Indonesia selama tiga tahun ke depan, menggantikan Simon McMenemy.

Keputusan tersebut terbilang penuh tanda tanya, karena bertentangan dengan keinginan suporter yang lebih menginginkan pelatih timnas di era sebelumnya, yaitu Luis Milla. Apa lagi Milla adalah pelatih yang sudah mendapat tempat di hati sebagian besar publik sepak bola Bumi Pertiwi.

Jika dilihat dari rekam jejak, baik Shin Tae-yong maupun Luis Milla bukanlah pelatih sembarangan. Mereka adalah pelatih yang mempunyai reputasi tinggi, baik ketika masih bermain maupun saat menjadi pelatih.

Luis Milla misalnya, pelatih asal Spanyol itu merupakan mantan pemain Barcelona dan Real Madrid, dua klub yang rivalitasnya menyedot perhatian besar penduduk di bumi ini.

Karier kepelatihan Milla juga tidak bisa dianggap remeh, terbukti dengan gelar juara Piala Eropa U-21 ketika masih menangani timnas Spanyol U-21. David de Gea, Juan Mata, dan Jordi Alba, adalah sebagian dari anak asuh Luis Milla waktu itu.

BACA JUGA: Setengah David de Gea di Raga Teja Paku Alam

Walaupun belum bisa memberikan prestasi selama karier kepelatihannya di timnas Indonesia (2017-2018). Luis Milla dinilai sudah memberikan perubahan yang positif bagi permainan tim Garuda.

Jika di era sebelumya timnas sering memainkan permainan bola-bola panjang dan strategi “parkir bus” ketika melawan tim dengan kualitas yang lebih tinggi, di era Milla permainan timnas mengalami perubahan. Mereka lebih cenderung memainkan bola-bola pendek dari kaki ke kaki ala timnas Spanyol. 

Shin Tae-yong sendiri bukanlah orang sembarangan. Namanya sempat menjadi buah bibir pada ajang Piala Dunia 2018 lalu, lantaran keberhasilannya membawa timnas Korea Selatan mengalahkan juara bertahan Jerman di fase grup. Kekalahan memalukan itu pula yang membuat Jerman tersingkir lebih awal di ajang Piala Dunia 2018.

Dirinya juga sudah beberapa kali berhadapan dengan tim dari Indonesia ketika menjadi pemain maupun pelatih. Terakhir kali bertemu di ajang kualifikasi Piala Asia U-23 pada tahun 2015, ketika Korea Selatan yang diarsitekinya mengalahkan Indonesia dengan skor 4-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. 

Berbeda dengan Luis Milla, Shin Tae-yong datang sebagai pelatih yang sangat paham kultur sepak bola Asia. Selain karena dia adalah orang Asia, seluruh karier sepak bolanya juga dihabiskan di Asia.

Prestasi terbaiknya ketika menjadi pelatih adalah mengantarkan Seongnam Ilhwa Chunma menjuarai Liga Champions Asia 2009, dengan mengalahkan Zob Ahan 3-2.

BACA JUGA: 6 Transfer yang Tak Terduga di Liga Indonesia

Selain itu dirinya juga pernah membawa The Taeguk Warriors menjuarai turnamen EAFF Cup pada tahun 2007. EAFF Cup adalah turnamen sepak bola yang diikuti oleh negara Asia Timur, mirip seperti Piala AFF di Asia Tenggara.

Shin Tae-yong termasuk pelatih yang sangat berpengalaman menangani tim di usia muda. Ia pernah menjadi pelatih tim U-20 serta U-23 Korea Selatan, sebelum dipromosikan ke tim senior pada pertengahan tahun 2017.

Dirinya juga yang menangani timnas U-20 Korea Selatan berlaga di Piala Dunia U-20 tahun 2017. Saat itu tim asuhannya berhasil melaju sampai babak 16 besar. Tae-yong juga sempat membawa timnas Korsel melaju ke babak perempat-final sepak bola Olimpiade Rio 2016.

Dengan pengalamannya melatih tim usia muda, membuat PSSI menugaskan Shin Tae-yong menangani timnas U-20 yang akan berlaga di Piala Dunia U-20 di Indonesia tahun depan.

Pengalamannya melatih tim usia muda membuat pelatih berusia 50 tahun ini kerap memberikan kesempatan pemain muda untuk mengisi skuatnya. Nama-nama seperti Lee Seung-woo, Hwang Hee-chan, dan Paik Seung-ho adalah beberapa pemain muda yang diandalkannya ketika masih menangani timnas Korea Selatan.

BACA JUGA: Hwang Hee-chan, Satu Lagi Talenta Berharga dari Negara Ginseng

Meskipun memiliki rekam jejak yang mengesankan, tetapi statistik kepelatihan Shin Tae-yong sebenarnya kurang bagus dalam dua tahun kariernya menangani timnas negara kelahirannya.

Dari 23 pertandingan yang dijalaninya, Tae-yong hanya memenangkan tujuh laga, sedangkan tujuh pertandingan lain berakhir imbang dan sembilan sisanya berakhir dengan kekalahan.

Walaupun begitu, satu dari tujuh kemenangannya diraih dengan sangat mengesankan, karena berhasil mengalahkan Jerman yang saat itu berstatus juara bertahan Piala Dunia. Kemenangan itu membuat namanya langsung dielu-elukan setelah pertandingan tersebut. 

Dengan berbagai pengalaman dan pencapaiannya di dunia kepelatihan, tak heran jika penggemar sepak bola Indonesia memberikan ekspektasi yang tinggi kepada Shin Tae-yong. Ia diharapkan dapat memperbaiki performa timnas Indonesia yang “ambyar” kala diasuh Simon McMenemy.

Patut dinantikan seberapa jauh Shin Tae-yong berhasil membawa terbang timnas Garuda di kancah internasional, atau malah membuat Sang Garuda terperosok (lagi) dan menjadi pesakitan.

*Penulis adalah seorang pecandu sepak bola yang sedang belajar di Universitas Negeri Surabaya. Bisa disapa di akun Facebook Thohir Ibnu Sabil