Bermula dari 40 orang pendiri, kini jumlah anggotanya ada di kisaran 100 ribu orang. Berawal dari Stadion Menteng, Koordinator Wilayah dan Biro Jakmania menyebar hingga seluruh wilayah Jakarta bahkan jauh ke luar kota.
Temmy Meliana Lubis, sudah 22 tahun setia menemani Macan Kemayoran menuju kejayaan, juga tetap bertahan di titik terendah keterpurukan. Satu-satunya wanita di antara 40 pendiri Jakmania ini telah melukiskan banyak kisah, dan hingga kini masih selalu berdiri di tribun.
Dari Jakmania, Bunda yang tercatat sebagai JM 05 mengaku belajar berteman dari segala golongan. Belajar arti kesetiaan tanpa imbalan, kesetiaan tanpa pamrih.
Dua gelar juara yang diraih bersama di dua masa yang berbeda menjadi kenangan termanisnya. Meski sama-sama gelar juara liga, kedua gelar memberi kesan berbeda.
Gelar di tahun 2001 menurutnya menjadi manis, karena Jakmania masih minoritas saat itu. Kemudian gelar di 2018 menjadi manis, karena Jakarta dapat menerima Persija dan Jakmania dalam jumlah luar biasa.
“2001 juara liga, yang paling manis juara di 2001 masih minoritas kita keliling Jakarta tapi respon orang Jakarta biasa aja. 2018 juara, paling manis Jakarta nerima Persija dan Jakmania,” ungkapnya.
Sebaliknya, saat kompetisi dihentikan dan sepak bola negeri ini dibekukan, menjadi duka untuknya.
Duka lain hadir ketika orang tuanya melarang menonton Persija, hingga akhirnya harus terusir dari rumah. Entah itu cerita duka atau apa, karena ketika bercerita, ia tetap tertawa dengan kisahnya.
“Dukanya juga nggak bisa away. Sempat vakum karena suruh sekolah lagi sama bokap tapi nggak boleh nonton Persija dulu, suruh fokus (sekolah). Gue ngumpet-ngumpet ke stadion, pulangnya diusir dari rumah,” kenang Bunda Temmy.
Beda lagi dengan apa yang direkam Kepala Bidang Acara Jakmania, Fadhil Muhammad. Meski musim ini adalah musim berat untuk Persija Jakarta, bagi Fadhil tahun 2010 adalah yang terburuk. Sulit main di kandang dan terusir dari Jakarta, kesulitan meraih poin penuh, juga beragam kesulitan lain mengiringi musim itu.
“Gue ngerasain waktu itu tahun 2010 Persija sulit main di kandang, sama halnya kayak tahun kemarin 2018 kan kita dioper ke Bantul. Dibilang zaman paling sulit, paling miris, apalagi poin kurang benget. Buat raih poin penuh bener-bener kurang, Persija-nya juga kurang, sulit segala sesuatunya,” ucap Fadhil.
Namun meski telah melewati berbagai situasi tidak menyenangkan, Fadhil memastikan akan tetap berdiri dan bernyanyi dalam keadaan tim seperti apapun. Untuknya tidak ada perhitungan terutama untuk tim. Kesulitan segala sesuatunya pasti akan ia korbankan untuk tim kebanggaan.
“Ibarat kata, kita itu ujung tombak dari segala lini di The Jakmania. Mau keadaan tim seperti apa, kita harus tetap berdiri, harus tetap bernyanyi. Kreativitas itu di Jakmania adanya di Bidang Acara. Karena awal mulanya ada di situ,” tuturnya, ketika dijumpai dalam perayaan HUT Jakmania di bilangan Monas, Kamis (19/12).
BACA JUGA: Mencari Kedewasaan Bersepak Bola
Kontribusi nyata untuk Persija
Kontribusi berbeda dihadirkan Litbang Jakmania. Bukan sekadar dukungan di balik pagar-pagar tribun, mereka mencoba menghadirkan kontribusi nyata.
Meski mengaku banyak hal yang belum sempat dilakukan, Kepala Bidang Litbang Jakmania, Afrizal, menuturkan bila banyak kemajuan yang Jakmania lakukan. Salah satunya adalah statistik tim Persija Jakarta.
Nantinya data yang ia dan tim kumpulkan akan disajikan dalam bentuk laporan baku, kemudian dikirimkan kepada pihak manajemen.
“Sebenarnya dari litbang banyak yang belum dilakuin. Cuma secara kemajuan di tahun ini kita berani nampilin statistik Persija. Juga setiap tahunnya kita nge-report tim secara full di dalam statistik baku, terus kita kirim ke manajemen untuk dilihat dikoreksi segala macam.”
“Meski tidak secara langsung terlibat perihal transfer pemain karena itu lebih ke hak prerogatif manajemen dan pelatih, cuma dari tim litbang beberapa kali mencoba ngasih masukan,” urai Afrizal.
Afrizal memberi contoh ketika musim lalu memberi rekomendasi pemain seperti Osas Saha juga Shahar Ginanjar.
Ia menekankan bila tidak ada desakan kepada manajemen untuk mendatangkan pemain yang mereka inginkan. Namun mereka coba memberi solusi pemain mana yang sekiranya dibutuhkan, juga lini mana yang perlu diperbaiki berdasarkan analisis data yang mereka punya.
“Intinya kita tidak mendesak manajeman, tapi kita ngasih solusi pemain mana yang lagi keropos, atau lini mana yang sedang kurang,” lanjutnya.
Harapan di hari jadi Jakmania ke-22
Di hari perayaan ulang tahun ke-22 Jakmania, Kamis (19/12) lalu, kami sempat berbincang dengan tiga orang. Mereka adalah Kabid Litbang Jakmania, Afrizal; salah satu pendiri Jakmania, Bunda Temmy; dan salah seorang Jakmania, Vivi Andiani.
Ketiganya mengucap harapan di hari yang sakral ini, disertai doa-doa penuh kebaikan.
“Untuk Jakmania sendiri gue ngucapin selamat ulang tahun buat kita semua. Di usia 22 tahun ini sebenarnya sudah nggak muda lagi, sudah dibilang nggak muda kita sudah dewasa. Gue berharap, kita tetap jadi role model suporter di Indonesia. Karena kalau Jakmania yang jelek, otomatis banyak suporter Indonesia yang ikut jelek. Tapi kalau Jakmania bagus, banyak suporter yang mencontoh,” ucap Afrizal.
Selanjutnya, Bunda Temmy juga menaruh harapan agar Jakmania lebih dewasa dan lebih taat aturan.
“Harapannya Jakmania lebih dewasa lagi terutama dalam mentaati aturan yang sudah dibuat PP Jakmania. Lebih dewasa, lebih bisa nahan emosi berlebih, dan satu hal bisa bantu gue untuk nggak merokok di tribun. Juga satu suara lagi,” kata Bunda Temmy.
Lalu yang terakhir adalah Vivi Andiani. Ia memberi penghormatan atas dedikasi Jakmania, dan berharap Persija bisa lebih baik di musim mendatang.
“Kalau keterkutukan itu semacam seleksi alam, pembuktian kesetiaan, siapa berpaling siapa bertahan, kami pernah mengalami dan membuktikan. Hormat setinggi-tingginya buat kita semua yang sudah berkorban segalanya untuk tim kebanggaan kandang maupun tandang. Selamat tinggal liga Shopee, semoga di liga berikutnya Persija bisa bersaing lebih baik lagi,” demikian harapan yang diutarakan Vivi Andiani.