Editorial

Patrik Schick, Gladiator yang Bangkit di Tanah Sachsen

Manusia tak pernah lepas dari kesalahan dalam menentukan pilihan hidupnya, tak terkecuali dengan Patrik Schick yang membuat dua kesalahan besar dalam karier sepak bolanya.

Gladiator asal Republik Ceko yang dipinjamkan AS Roma ke RB Leipzig ini, sudah menemukan satu cara penebusan yang manis ketimbang menyesali kesalahan yang pernah ia buat.

Dua kesalahan yang dilakukannya dilakukan di Negeri Pizza, Italia. Pertama di akhir musim 2016/2017, ia enggan menandatangani perpanjangan kontrak dengan Sampdoria, dan berharap akan dibeli oleh klub yang lebih besar.

Maklum di musim debutnya bersama Il Samp sejak dibeli dari Sparta Praha, ia berhasil menyarangkan 11 gol dari 32 penampilan.

Schick berjalan pongah bagai gladiator muda yang baru saja menaklukkan musuh pertamanya. Ia termakan dengan pujian banyak pihak, yang mengatakan bahwa dirinya adalah calon penyerang sukses Eropa berikutnya.

Republik Ceko sendiri sudah lama menantikan titisan Milan Baros atau Jan Koller yang trengginas di depan gawang lawan. Maka hadirnya sosok Patrik Schick di milenium baru bak angin segar bagi Nároďák Lokomotiva.

BACA JUGA: Jan Koller, Raksasa Dua Meter yang Mematikan di Depan Gawang Lawan

Sayangnya di musim panas 2017 ia gagal memperkuat salah satu tim terkuat Italia, Juventus, yang datang dengan menebus klausul pelepasan kontrak sebesar 30 juta euro. Penyerang bertinggi 186 sentimeter tersebut gagal di dua sesi tes medis berbeda yang dilakukan La Vecchia Signora.

Namun akhirnya Schick mampu mewujudkan keinginannya, usai AS Roma meminjam Schick pada Agustus 2017 dengan mahar lima juta euro, atau satu juta euro lebih mahal saat ia dibeli Sampdoria dari Sparta Praha.

Di awal musim 2017/2018 ia akhirnya dipermanenkan Il Giallorossi dengan banderol 20 juta euro, dan justru inilah kesalahan kedua dalam karier penyerang jangkung tersebut.

Memiliki jumlah penampilan lebih banyak, yakni 46 laga, jumlah golnya justru mentok di angka lima gol hingga dipinjamkan ke Leipzig awal musim panas ini.

Patrik Schick bisa dibilang kurang nyetel dengan semua formasi dari pelatih-pelatih Roma sejak Eusebio Di Fransesco hingga Paulo Fonseca.

Secara mental Schick juga mungkin merasa tertekan, karena Roma kala itu merupakan tim yang dipenuhi bintang-bintang seperti duo Alisson Becker dan Mohamed Salah, atau segudang talenta muda lainnya yang ikut berlomba mendapatkan tempat di susunan sebelas pertama, mulai dari Cengiz Under hingga Luca Pellegrini.

Di Fransesco sendiri lebih senang memainkan penyerang tunggal di depan, dan itu sudah terpatri dalam diri Edin Dzeko, sehingga Schick harus menunggu giliran lebih dulu jika ingin turun sebagai penyerang tengah. Namun tak jarang potensi sang gladiator coba digali ketika difungsikan sebagai pemain sayap, meski akhirnya gagal total.

Patrik Schick sejatinya tahu bahwa ia tak cocok dengan formasi Di Fransesco dan Roma. Sejak awal ia seharusnya tak bergabung dengan mereka.

BACA JUGA: Hikayat Serigala dan Elang Italia

Sasana yang pas di tanah Sachsen

Sachsen adalah satu dari 16 bundesland di Jerman, yang kurang lebih mirip dengan status sebuah provinsi di Indonesia. Terletak di sebelah timur Jerman, Leipzig menjadi kota terbesar di tanah yang sudah memiliki sejarah panjang selama berabad-abad ini.

Di Saschsen, seorang Patrick Schick menemukan kebahagiaannya kembali. Pertama karena jarak Leipzig dengan perbatasan Jerman dan Republik Ceko terbilang dekat, dan ia dapat menjadi Patrick Schick yang dulu. Seorang gladiator yang tajam di lini depan.

RB Leipzig tak ubahnya sasana yang pas bagi Schick untuk mengasah ketajamannya. Di bawah asuhan Julian Nagelsmann ia telah mencetak tigal gol dan dua asis dalam tujuh pertandingan sejauh ini. Schick kembali mendapatkan peran sebagai seorang second striker, peran yang lama ia dapatkan saat bergabung bersama Il Samp dulu.

Jika dulu ia jadi menjadi pelayan Fabio Quagliarella dan dibantu Luis Muriel, kini hari-hari Patrick Schick dihabiskan untuk mengabdi pada Timo Werner dan disokong playmaker berkelas, Emil Forsberg.

Jelas hal ini membuat sang gladiator kembali bangkit dan menemukan performa, meski masih sulit menembus jajaran sebelas pertama Die Roten Bullen.

BACA JUGA: Timo Werner, Calon Pemain 100 Juta Euro Selanjutnya

Dengan gaya sepak bola cepat yang diterapkan Nagelsmann, Schick harus mampu beradaptasi untuk menjelajah banyak sisi lapangan. Jika dia mampu mencari ruang yang tepat di sepertiga akhir daerah pertahanan lawan, ia akan sangat mematikan di posisinya sekarang sebagai seorang second striker.

Perbendaharaan taktikal sang pemain pun kembali bertambah, lewat jam terbang yang dipercayakan Nagelsmann di beberapa partai penting.

Satu-satunya yang menghalangi Schick tampil prima musim ini mungkin hanya cedera lutut yang sempat ia dapatkan, sehingga harus absen dalam enam spieltag dari 16 pekan, yang sudah dilalui di Bundesliga musim ini.

Lantas apakah Schick akan berlama-lama di Leipzig? Bisa jadi Leipzig menjadi sasana latihan sang gladiator mengasah kemampuannya. Dengan harga kurang lebih 28 juta euro, Leipzig bisa saja mempermanenkan jasa eks penyerang Sampdoria ini di musim depan.

Sebab kalaupun kembali ke Roma saat ini, Schick belum tentu mendapatkan jaminan jam terbang meski nakhoda telah berganti dari Eusebio Di Fransesco ke Paulo Fonseca. Eks pelatih Shakhtar Donetsk tersebut masih mengandalkan skema satu penyerang tunggal di lini depan.

Nampaknya Schick juga cocok dengan pembinaan yang coba dikembangkan grup Red Bull di beberapa klub sepak bolanya. Hanya waktu yang dapat menjawab apakah nasib Schick akan berakhir mulus seperti Takumi Minamino, yang resmi bergabung dengan Liverpool dari Red Bull Salzburg di awal tahun depan.

Pada akhirnya jauh di lubuk hati terdalam, saya berharap ia tumbuh menjadi gladiator yang hebat, yang memiliki senjata tajam di kedua kaki dan kepalanya, menikam musuh dengan gol-gol mautnya.

Harapan itu juga pastinya belum lengkap jika seorang Patrik Schick tak kembali ke Italia dan bermain di “Colosseum” grande Olimpico.

*Tulisan ini dialihbahasakan dari artikel Football Tribe Jepang. Artikel asli dapat dilihat di sini.