Turun Minum Komunitas

Ketika Persaingan Dikesampingkan untuk Rasa Kemanusiaan

Saat panggilan kemanusiaan itu datang, segala hal lain harus sejenak dikesampingkan.

Semua pasti sudah tahu, publik sepak bola Bandung dan Jakarta kerap berselisih. Bukan hanya di pertandingan tim utama Persib Bandung dan Persija Jakarta, pertandingan kelompok usia, sepak bola wanita, hingga pertemuan tim sepak bola lain antara kedua kota sering kali menjadi pertandingan yang berbeda.

Uniknya, ketika panggilan kemanusiaan datang, perseteruan bisa terlupakan. Baru-baru ini dari Tamansari, Bandung, panggilan itu datang. 17 rumah yang dihuni 40 jiwa di RW 11, Kelurahan Tamansari, digusur secara paksa.

Kamis (12/12) dengan dalih memiliki hak atas lahan yang dihuni warga, Pemerintah Kota Bandung melakukan pengosongan, penghancuran, dan pengusiran warga untuk kemudian membangun rumah deret dengan alasan penataan kota. Padahal, Pemkot Bandung tidak pernah dapat menunjukkan bukti kepemilikan lahan tersebut.

Apa yang terjadi di Tamansari menarik semua mata, termasuk dari Jakarta, dan mata para pendukung Persija. Sama seperti yang lain, kepedulian itu hadir. Mengesampingkan perseteruan, tangan mereka ulurkan untuk dapat sejenak saling berangkulan atas nama kemanusiaan.

Berbagai cara dilakukan sebagai dukungan kepada mereka yang diperlakukan seenaknya. Mulai dari dukungan moral hingga berbagai bantuan mereka upayakan.

Salah-satunya dilakukan Sepakbola Jakarta, komunitas suporter Persija Jakarta. Mereka mencoba menggalang dana untuk sedikit meringankan beban sesama manusia.

BACA JUGA: Persija Jakarta: Selain Prestasi, Stadion Juga Dinanti

Ketika ditemui di salah satu kafe di bilangan Jakarta Pusat, Jumat malam (20/12), mereka sedikit bercerita tentang hal baik yang coba dilakukan.

Meski dianggap tidak memiliki hubungan harmonis dengan Bandung, apa yang terjadi di Tamansari mereka sebut mengusik nurani. Seketika itu juga muncul keinginan dari salah satu anggota untuk bergerak melakukan sesuatu.

Keinginan yang kemudian disambut anggota lainnya. Mereka bersepakat untuk mengirimkan keuntungan penjualan kaus yang sedang mereka pasarkan sebagai wujud kepedulian.

Rizky Darmawan, salah satu anggota Sepakbola Jakarta menuturkan, seharusnya hasil penjualan kaus dialokasikan untuk pembiayaan situsweb mereka, sepakbolajakarta.com. Namun rencana tersebut dikesampingkan karena ada hal yang lebih penting.

Mereka juga menegaskan, semua murni inisiatif Sepakbola Jakarta yang terjadi begitu saja. Bahkan ketika ditanyakan mengenai alasan yang menggerakkan mereka, semua nampak sedikit bingung.

“Alasannya sederhana, kita sesama manusia. Dan ini sedikit yang bisa kita lakukan sebagai wujud solidaritas sesama manusia,” kata Rizky Darmawan.

“Jika penggusuran secara sewenang-wenang bisa terjadi di Tamansari, kemungkinan di tempat lain juga demikian. Mungkin berikutnya di Jakarta, atau bahkan di rumah kita,” sambung salah satu anggota Sepakbola Jakarta lainnya.

BACA JUGA: Lebih Dekat dengan Anggita Oktaviani, Bek Kiri Andalan Persija Putri

Sesuai janji mereka, dana Rp1 juta telah mereka kirimkan menuju posko bantuan Tamansari. Tidak lupa laporan disampaikan melalui akun media sosial mereka.

Dari total penjualan kaus, 25 persen mereka sisihkan, yang merupakan keuntungan utuh setelah biaya produksi dan biaya pengiriman ke pembeli. Dana juga ditambah sedikit dari hasil penjualan edisi sebelumnya.

“Rinciannya begini, biaya produksi satu kaus ditambah ongkos pengiriman butuh Rp75 ribu. Nah, kaus ini kan kita jual 100 ribu, dari sana ada keuntungan 25 ribu. Ditambah sedikit dari keuntungan sebelumnya, total 1 juta sudah kita kirimkan sore tadi (20/12),” ucap Rizky menguraikan.

Mereka sadar, uang Rp1 juta yang dikirimkan mungkin bukan jumlah yang besar. Terlebih apa yang dialami warga RW 11 Tamansari, bukanlah hal sepele. Mereka kehilangan rumah, harta benda, bahkan mungkin kehilangan harapan.

Namun begitu, Sepakbola Jakarta berharap apa yang mereka lakukan menjadi semacam dukungan moral. Sepakbola Jakarta ingin para korban penggusuran paksa tahu bahwa mereka tidak sendirian. Bahwa banyak orang yang ada di sekeliling mereka memberi kehangatan dan menumbuhkan kembali harapan.

Di sisi lain, Rizky dan teman-teman Sepakbola Jakarta lainnya ingin menegaskan. Meski mereka berada di Jakarta dan jelas pendukung Persija Jakarta, tidak lantas membuatnya buta dengan apa yang terjadi di Bandung.

BACA JUGA: Perpisahan Selalu Menyakitkan bagi Darije Kalezic

Bagi mereka rivalitas penting untuk dijaga. Hanya saja bagaimana menyikapi dan memposisikan rivalitas, itu lebih penting. Mereka rasa saat seperti ini bukanlah saat yang tepat membicarakan rivalitas yang sebaiknya sejenak dikesampingkan.

Sembari mengangkat gelas, mereka mengajak menikmati malam indah penuh kebaikan dan membicarakan rivalitas di lain hari.

“Jika rivalitas itu 90 menit pertandingan, ini adalah masa waktu tambahan. Waktu di mana semua bisa terjadi. Termasuk apa yang kita lakukan yang mungkin tidak diduga akan terjadi oleh kebanyakan orang,” pungkasnya.