Cerita

Bunda Temmy, Tentang Tribun Tanpa Asap di Jakarta

Tribun tanpa asap sudah mulai dikampanyekan di Jakarta. Bahkan Jak Mania telah diakui sebagai yang pertama melakukannya. Bukan hanya suar dan bom asap yang biasa mengganggu pertandingan, kampanye kali ini juga menyasar asap rokok untuk dibersihkan dari tribun stadion.

Selayaknya kampanye untuk hal tidak populer lain, upaya untuk melarang rokok di tribun saat pertandingan juga menemui tantangan. Ada saja di antara mereka yang menolak gerakan dengan tujuan baik ini.

Temmy Meliana sebagai orang paling vokal dalam memerangi rokok di tribun, sedikit-banyak berbincang dengan Football Tribe Indonesia jelang pertandingan Persija Jakarta menghadapi Arema di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu sore (3/8). Mulai dari kampanye yang digalakan, ancaman pembunuhan, hingga mendiang orang tua yang meninggal karena asap rokok.

Bunda Temmy yang juga salah seorang pendiri Jak Mania tidak perlu banyak alasan untuk bersikap. Sebagai Jak Angel, sebutan suporter wanita Persija Jakarta, hal terdekatnya sudah cukup menggerakannya terlibat lebih dalam kampanye kali ini.

“Kebayang dong kalo di dalam suasana pengap, orang rame, terus pada ngerokok, napas juga susah. Apa lagi kebayang kalau sampingnya anak kecil, ada ibu-ibu, anak perempuan, meskipun dia ngerokok kalau perempuan banyak banget yang nggak kuat, mungkin lagi dia punya penyakit asma,” terangnya.

Baca juga: Tribun Tanpa Asap Rokok, Aksi Keren Baru di Stadion

Kehadiran anak-anak menjadi pemikiran lainnya. Dengan mulai banyaknya mereka yang memboyong keluarga turut hadir ke stadion, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, harus lebih dipikirkan kenyamanannya, bukan hanya sekedar keamanannya. Bagi Bunda, tribun sehat menjadi inti kampanye.

“Yang paling gue pikirin tuh anak-anak kecil. Karena di tribun saat ini banyak yang bawa anggota keluarga, anak-anak bayi, ibu hamil, ibu menyusui, bawa anak kecil yang usianya masih beberapa bulan. Gue lebih konsen gimana sih, intinya tribun itu lebih sehat.”

Sayangnya tidak semua orang menyambut baik kampanye tribun tanpa asap. Sebagai orang paling vokal, cacian dan bully-an menghampiri. Kolom-kolom komentar media sosialnya penuh dengan kritikan. Mulai dari kata kasar hingga kata-kata yang tidak pantas diucapkan hadir di sana. Namun bagi Bunda semua adalah risiko yang harus diambil.

Tidak sebatas itu, lebih bahaya ketika semua telah mengarah pada ancaman. Ketika lingkungan SUGBK semakin ramai jelang pertandingan, Bunda Temmy melanjutkan ceritanya. Yang terparah, dari apa yang dilakukan, ancaman pembunuhan pernah mengarah padanya.

Pun seperti hari itu. Saat ditemui di zona 7 SUGBK, di saat yang sama Bunda tengah menunggu orang yang mengaku keberatan dengan kampanyenya. Alih-alih gentar dengan semua ancaman nyata, Bunda menganggap semua adalah risiko dari apa yang ia lakukan.

It’s okay, jalanin aja.”

Apa yang dilakukan Bunda Temmy dalam kampanyenya memang terbilang berani. Di tengah dominasi laki-laki, Bunda berani melakukan aksi nyata tidak biasa. Di tribun, ketika mendapati seseorang merokok, tidak segan ia melakukan penyitaan setelah sebelumnya melakukan teguran.

Bagi sebagian perokok tentu saja apa yang dilakukan menjadi hal yang menyebalkan. Pernah beberapa pertandingan lalu, entah sengaja atau tidak, perokok yang keberatan dengan apa yang dilakukan Bunda mendorongnya hingga terjatuh dan menggalami cedera pada bagian kaki.

Di lain sisi Bunda Temmy sadar betul mereka memang memiliki hak untuk merokok. Namun mereka juga harus sadar, lebih banyak orang yang memiliki hak untuk menghirup udara bersih.

“Mereka punya hak untuk merokok, tapi ada hak juga untuk orang tidak merokok untuk menghirup udara bersih,” tuturnya.

https://www.instagram.com/p/B0FGuWDntoD/

Perlu diingat, larangan yang dikampanyekan Bunda Temmy hanyalah di dalam tribun selama pertandingan. Sebenarnya para perokok masih bisa merokok asalkan sesuai pada tempatnya. Bila di ruang berpendingin, di kendaraan umum, atau bahkan ketika di bioskop saja larangan merokok bisa dijalankan, mengapa di tribun tidak bisa? 

“Tapi gimana caranya kalau kita nekenin hal yang kayak gitu, awalnya paksaan tapi lama-lama akan terbiasa, insyaAllah.”

Kampanye tribun tanpa asap termasuk larangan merokok di tribun sebenarnya telah lama dijalankan kelompok suporter Persija Jakarta. Setidaknya sejak kompetisi musim 2017 kampanye telah dimulai. Dari mulai kampanye berupa video, kampanye akun media sosial di beberapa sisi stadion, hingga himbauan sebelum pertandingan.

Semua kampanye seolah hanya menjadi angin lalu. Untuk itu Bunda Temmy merasa perlu ada cara lain guna memberi efek lebih pada kampanye ini. Ia menganggap aksi nyata adalah tantangan terbesarnya.

“Sebetulnya ini sudah lama. Dari 2017 juga sudah ada. Cuma gini, kalau seandainya caption di Instagram tanpa action, jalan di tempat. Bagi gue nggak apa-apa lah gue yang keliling, gue ga bisa nonton pertandingan, yang penting tribun bebas dari asap. Ini tantangan terbesarnya.”

Baca juga: Jeremy Mathieu dan Kisah Para Perokok di Lapangan Hijau

Sebenarnya selain aksi razia dan penyitaan rokok yang dilakukan dan terkesan arogan bagi sebagian orang, Bunda Temmy punya cara lain. Setiap pertandingan kandang Persija, lima baju kampanye tribun tanpa asap dibagikan.

Tanpa banyak orang tahu Bunda Temmy punya cerita lain tentang kampanyenya memerangi rokok. Bunda yang biasa terliat berani dan berapi-api, kali ini menurunkan nada bicaranya. Dengan tertunduk seolah memanggil ingatan yang jauh tersimpan, cerita mulai mengalir.

Terlihat ada kesedihan, kekecewaan, juga sedikit kemarahan ketika mendiang orang tuanya hadir dalam ingatan. Pada 2013 lalu sang ayah berpulang. Sebabnya tidak lain karena rokok.

Sebagai perokok pasif, dokter menyatakan kanker paru yang diderita tidak lain karena asap rokok. Bunda percaya semua adalah takdir, tapi Bunda tetap tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama dengan apa yang dialaminya.

“Ini berkaca juga dari almarhum bokap gue. Dulu 2013 bokap gue itu perokok pasif, meninggal karena kanker paru. Ya emang takdir sih ya, tapi kalo dokter bilang ini akibat asap rokok. Nah gue nggak mau dong kalo seandainya orang-orang yang gue tahu itu karena asap rokok itu berbahaya, gue nggak mau juga orang-orang lain seperti bokap gue juga kayak gitu kejadiannya.”

Baca juga: Óscar Miñambres, Pensiun Dini dari Real Madrid dan Sekarang Berjualan Rokok

Terakhir, karena pertandingan segera dimulai, Bunda Temmy menyampaikan sedikit pesan untuk penghuni tribun. Bila mereka memang menganggap merokok adalah haknya, harus diingat ada orang lain yang tidak merokok dan harus dihargai haknya. Setidaknya cari tempat aman dari wanita dan anak-anak ketika hendak merokok.

“Pesannya sih simpel ya, kalau lu mau dihargain orang, hargain dulu orang lain.”

Bunda juga yakin, setelah diakui sebagai yang pertama memulai kampanye tribun tanpa asap, publik sepak bola Jakarta juga kelak akan jadi yang pertama berhasil melakukannya.