Beberapa saat lalu sempat muncul tren bersih-bersih tribun usai pertandingan. Setelah pertandingan selesai, beberapa orang berinisiatif bergerak dengan kantong plastik besar dan sebagian lagi mulai sibuk memunguti sampah yang berserakan.
Bagaimana dengan sebagian lainnya? Tentu saja sibuk dengan telepon genggamnya masing-masing. Merekam, membagian, memamerkan yang dilakukan rekan-rekannya.
Setelah viral di media sosial, bersih-bersih tribun usai pertandingan menjelma jadi sesuatu yang keren dan banyak diduplikasi kelompok suporter di negeri ini. Semua berlomba-lomba memamerkan yang mereka lakukan.
Dari tren tersebut dapat diambil pelajaran bila efek media sosial begitu besar unuk menyebar hal-hal baik. Bersih-bersih yang semula sederhana, menjadi terlihat keren dan banyak menarik perhatian hingga banyak ditiru usai dikemas manis di dunia maya.
Padahal seharusnya bersih-bersih tersebut tidak perlu dilakukan bila semua memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan selama pertandingan.
Kini perbuatan keren lain mulai dikampanyekan. Dari Jakarta, tribun tanpa asap rokok mulai digemakan. Bermula dari salah satu komunitas pendukung Persija Jakarta yang membuat unggahan di media sosial untuk mengajak sama-sama membersihkan tribun dari asap rokok, kini kampanye itu menjadi skala yang lebih besar.
Mulanya ide tersebut muncul dari salah satu komunitas yang melihat semakin banyaknya wanita dan anak-anak yang hadir langsung ke stadion. Tapi ada keprihatinan ketika wanita dan anak-anak tersebut terlihat terganggu dengan asap rokok dari penonton lain. Untuk itu stadion haruslah dibuat lebih ramah untuk mereka. Selain memberi rasa aman, rasa nyaman tentu harus diperhatikan juga.
Tentu semua tahu, selain membuat tidak nyaman, asap rokok tidak baik untuk kesehatan. Dengan ide sederhana, dan dengan cara yang juga sederhana, kampenye dimulai. Beberapa kali jelang pertandingan, secara khusus unggahan dibuat untuk mengajak sama-sama membuat tribun bersih dari asap rokok.
Nampaknya kampanye tersebut tertangkap oleh Pengurus Pusat kelompok suporter Macan Kemayoran. Dengan jangkauannya yang lebih luas, bahkan melibatkan ketua umum mereka, hal serupa lebih digalakan.
Dengan kapasitasnya, Ferry Indrasjarief, mendukung dan menggalakan kampanye yang sama. Terlebih pengelola Stadion Utama Gelora Bung Karno juga tidak mengizinkan rokok untuk masuk.
Dukungan lain pada kampanye ini hadir dari kapten Persija Jakarta, Andritany Ardhiyasa. Mengutip Bolasport.com, Bagol sapaan akrabnya, sangat setuju sekali dengan Gerakan Tribun Tanpa Asap, karena di tribun itu orang mau menonton dengan aman, nyaman, dan tiada penyakit. Ini dikatakan Andritanty di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (28/5) dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Lebih lanjut Andritany menghimbau dengan tegas agar para suporter coba berhenti merokok setidaknya 90 menit pertandingan. karena stadion tak hanya milik si perokok tapi juga milik orang-orang yang ingin menikmati pertandingan.
“Untuk para suporter yang masih merokok di dalam stadion, coba stop. Karena hanya 90 menit anda tidak memegang batang rokok, dan stadion bukan hanya milik anda tapi juga milik orang-orang yang ingin menikmati sepak bola,” serunya dengan tegas.
Kehadiran Andritany dan Ketua Umum Kelompok soporter Persija Jakarta pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia bukan tanpa alasan. Kelompok suporter klub ibu kota tersebut dinobatkan sebagai kelompok pertama yang menggalakan kampanye Tribun Tanpa Asap Rokok.
Berdasarkan pantauan Bung Ferry, beliau melihat ada hasil dari kampanye ini. Meski belum semua tribun terbebas dari asap rokok, tapi ada beberapa sisi sudah benar-benar tidak ada asap rokok. Namun hal unik biasanya terjadi saat jeda. Para perokok biasanya berbondong-bondong keluar tribun untuk mengobati kerinduannya akan sebatang tembakau.
Suporter asal Jakarta menjadi yang pertama memulai kampenye Tribun Tanpa Asap Rokok. Tugas berat selanjutnya bagi mereka adalah, membuktikan sebagai yang pertama berhasil membersihkan tribun dari asap rokok.
Diharapkan, layaknya aksi bersih-bersih sampah tribun yang dianggap keren dan menyebar ke kelompok lain, aksi ini juga memiliki dampak positif yang sama.